Flores Timur, Bisakah Mencontoh Hutan Bambu Lestari di Ngada?

Lingkungan Hidup
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Adalah Budiyanto Dwi Prasetyo, Peneliti Sosiologi Lingkungan dari BRIN, dalam tulisannya yang dimuat di salah satu media digital pada Januari beberapa waktu lalu, menceritakan bagaimana bambu memainkan peranan yang sangat signifikan dalam upaya mensejahterakan masyarakat memiliki rumpun bambu.

Indonesia diketahui memiliki 157 varietas bambu. Di dunia, varietas bambu milik Indonesia sudah mengambil porsi lebih dari 10 % dalam kancah perbambuan di dunia.

Bagi banyak masyarakat di Indonesia, termasuk masyarakat Flores Timur dan sekitarnya, menjadikan bambu bagian dari keseharian hidupnya. Tidak hanya untuk berbagai kebutuhan hidup, bambu juga menjadi bagian dari tradisi sakral masyarakat Flores Timur.

Baca Juga:

Perempuan, Bambu dan Konservasi Lahan Kritis

Di Ngada, seperti yang disaksikan oleh Budiyanto Dwi Prasetyo,  lewat teknik budidaya Hutan Bambu Lestari (HBL) masyarakat di sana sudah mendapatkan manfaat ekonomi yang signifikan berkat bambu.

Hutan Bambu Lestari (HBL) merupakan sebuah metode budidaya mulai dari penanaman hingga pemanenan secara sangat ramah lingkungan. Hasil panen masyarakat bahkan bisa untuk memenuhi kebutuhan industri laminasi yang dibutuhkan oleh bangunan-bangunan modern.

Tidak hanya itu budidaya bambu ternyata memberi manfaat ekologis yang luar biasa. Bambu efektif sebagai pencegah erosi, membantu mengatasi polusi udara dan tanah, hingga menjadi area tangkapan air tanah yang baik.

Budidaya bambu berbasis warga ternyata memberi manfaat ekonomi sekaligus manfaat ekologis karena sifatnya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Baca Juga:

1001 Manfaat Ekologis Tanaman Bambu

Bambu Lestari di Ngada

Dalam industri manufaktur manapun, bahan baku yang terjamin kesediaannya secara periodik dan dalam jumlah yang cukup merupakan hal yang penting.

Menyadari nilai ekonominya yang tinggi masyarakat di Ngada  kemudian didampingi oleh Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) untuk memastikan bambu bisa dipanen secara rutin dan dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan industri

Untuk memenuhi berbagai syarat ketat masuk ke Industri, oleh YBLL, masyarakat petani bambu betung yang mereka budidayakan, diajari untuk menjaga kelestarian hutan bambu lewat empat proses utama, yaitu Survey, Pemberian Kode, Penimbunan dan Pemanenan Lestari.

Hutan-hutan bambu disurvei untuk mengidentifikasi skala ekonomis bambu, tetapi juga sekaligus sosialisasi dan pendampingan agar mau membudidayakan bambu miliknya sesuai standar HBL.

Baca Juga:

Bambu untuk Revitalisasi Mata Air

Tahap pemberian kode dimaksud untuk memberi identitas tegas atas bambu. Mulai dari menghitung jumlah rumpun, umur bahkan hingga ke pemilik bambu.

Identifikasi ini juga dimaksudkan untuk memetakan secara jelas waktu panen dan skala ekonomis dalam setiap kali panen. Pengkodean ini memberi data yang sangat akurat mengenai lokasi rumpun, jumlah bambu, usia tiap batang hingga waktu panen.

Tahapan berikutnya yaitu Penimbunan. Pada tahapan ini, rumpun-rumpun bambu harus dipastikan sehat: tumbuh subur dan dalam jumlah yang tepat. Akar-akar rimpang ditutupi (ditimbun) dengan tanah untuk menjaga kesuburannya.

Kemudian panen berkelanjutan adalah cara masyarakat untuk memastikan agar bambu hanya dipanen sesuai umur bambu (4 – 5 tahun) dan berkelanjutan atau tidak asal tebang sehingga banbu tidak punah.

Ukuran sehatnya adalah dalam setiap rumpun bambu hanya terdiri dari 36 batang, tidak lebih dan tidak kurang.

Baca Juga:

Urgensi Konservasi Sumber Air

Flores Timur seharusnya bisa mengadopsi semua hal baik dari Ngada. Mulai dari pembibitan, penanaman, perawatan, pemanenan dan manufakturingnya.

Tidak hanya untuk mendapatkan manfaat ekonomis semata. Lebih dari itu budidaya Bambu secara berkelanjutan juga bisa membebaskan Flores Timur dari kesulitan baku air akibat kekeringan panjang setiap tahun.

Foto dari theconversation.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of