Eposdigi.com – Bambu bagi masyarakat Lamaholot, bukan sekedar tanaman. Bambu adalah kehidupan. Mulai dari bahan bangunan dan perabot rumah tangga, hingga bambu yang memiliki simbol-simbol sakral tertentu.
Bambu memiliki nilai ekonomi, ekologis, nilai budaya bahkan nilai religi. Nilai ekonomi bambu bisa kita temukan dalam keseharian kita di rumah. Ada yang bilang “apa yang bisa dilakukan oleh kayu, tentu bisa pula dilakukan oleh bambu. Artinya bahwa bamboo bisa menggantikan semua fungsi kayu.
Nilai religi bamboo sangat jelas terlihat dari struktur struktur bangunan rumah-rumah adat. Di Adonara misalnya, bambu mendapat tempat khusus dalam ritual. “Eken Matan Pito”, bambu ber-ruas tujuh, adalah bagian penting dari rumah adat. Tidak tergantikan, selain bambu.
Baca Juga:
Nilai ekologis bambu tentu tidak boleh dipertanyakan. Rasanya, belum ada tanaman bisa menggantikan bambu secara ekologis, untuk memperbaiki lahan kritis dan mengkonservasi mata air.
Pertumbuhannya yang cepat, kanopi hutannya yang lebat, akarnya yang merupakan spons alami menjadikan bambu tanaman yang sangat tepat, dan karenanya banyak digunakan untuk mengkonservasi lahan kritis dan mata air.
Apalagi jika bamboo berada di tangan perempuan. Lahan Pertanian dan Mata Air adalah kehidupan. Begitu juga perempuan. Dalam banyak tradisi, terutama di Lamaholot, Gunung, Lahan Pertanian dan Mata Air tidak bisa dipisahkan dari sosok perempuan.
Baca Juga:
Tutur-tutur kuno, selalu mengait-eratkan Gunung, Lahan Pertanian dan Mata Air dengan perempuan. Begitu juga dengan simbolisasinya. Perempuan adalah simbol bagi Gunung, Lahan Pertanian dan Mata Air.
Mengenai peran bambu untuk konservasi lahan kritis dan mata air oleh para perempuan, kita bisa belajar dari “Mama Bambu” di ujung barat Pulau Flores yang berhasil mengkonservasi lahan kritis dengan bambu.
Diberitakan oleh detik.com (15.11.2022) ratusan Mama Bambu, gerakan ibu-ibu yang melakukan berbagai upaya konservasi lahan kritis di Pulau Flores NTT.
Mereka berhasil melakukan pembibitan anakan bamboo sebanyak 3,1 juta bibit, dan telah berhasil menanam diantaranya sebanyak 1,5 juta bibit di lahan kritis, sepanjang daerah aliran sungai dan di mata air.
Baca Juga:
Di Desa Beja di KAbupaten Ngada, misalnya; upaya pembibitan bambu didanai dengan dana desa, tulis mongabay.co.id (07.05.2022) telah berhasil menghijaukan lahan perbukitan di sekitar desa. Dulu bambu banyak digunakan untuk membuat kandang, kini mereka tengah mengakses pelatihan mengolah bambu untuk dijadikan berbagai anyaman dan kerajinan.
Berkat dana desa, saat itu, mama-mama yang melakukan pembibitan mendapat manfaat ekonomi yang luar biasa secara langsung, karena bibit bamboo mereka dibeli oleh desa dan digunakan untuk mengkonservasi lahan kritis di desa mereka.
Sayangnya gerakan Mama Bambu ini, saat itu tidak sampai ke Flores Timur. Tahun 2021 ada 7 kabupaten di Pulau Flores, bekerjasama dengan Pemprov NTT melalui pemberdayaan perempuan dan pengembangan hasil hutan non kayu, berhasil menyemai jutaan bibit bambu.
Lewat program ini, Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ngada, Nagakeo, Ended an Kabupaten Sikka mendapat kucuran dana 8.6 miliar untuk pembibitan bambu.
Baca Juga:
Kini kabupaten Ngada dan Nagakeo sudah mendapatkan berkah lain dari bambu yang mereka tanam tahun-tahun silam. Kamis,(22.08.2024) bersama Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) meme-mama bambu mendapatkan pelatihan untuk memproduksi biochar (arang) dan asap cair, bertempat di Kampus Bambu Turetogo Kabupaten Ngada.
Bambu terbukti menjadi pilihan paling bijak yang dapat digunakan untuk mengkonservasi lahan kritis dan mata air. Apalagi jika upaya untuk konservasi ini melibatkan masyarakat lokal secara langsung. Mulai dari pembibitan, penanaman hingga pemeliharaan.
Masyarakat jelas mendapatkan manfaat secara langsung dari harga bibit yang mereka semai dan jual. Namun tidak berhenti pada penjualan bibit semata. Berbagai upaya harus dilakukan secara bersamaan.
Baca Juga:
Langkah selanjutnya yang juga harus dipersiapkan secara matang adalah upaya memberi nilai tambah pada tanaman bamboo. Pelatihan- pelatihan memanfaatkan bambu untuk berbagai keperluan harus terus diupayakan.
Ini tentu sangat membantu masyarakat agar mereka mendapat berkah, baik langsung maupun tidak langsung dari seluruh mata rantai bisnis bambu. Mulai dari pembibitan hingga pengolahan bambu untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.
Bagaimana dengan kita di Flores Timur?
Foto dari bakti.or.id
Leave a Reply