Rapor yang Bicara: Mengubah Tradisi Lewat Student-Led Conference

Nasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com -Memasuki sebuah gedung tua yang megah, dengan arsitektur khas era kolonial, rasanya seperti menjejakkan kaki ke masa lampau. Gedung itu, SMA Regina Pacis, berdiri kokoh di usianya yang mendekati 60 tahun. 

Di balik usianya yang setengah abad lebih, sekolah ini terus bertransformasi mengikuti kodrat zaman. Salah satu inovasi terbaru mereka adalah mengubah tradisi pembagian rapor menjadi sesuatu yang lebih bermakna: Student-Led Conference (SLC).

Tak lagi didominasi oleh wali kelas yang menjelaskan panjang lebar kepada orangtua, SLC memberikan panggung kepada peserta didik untuk berbicara tentang perjalanan belajarnya. Dengan penuh percaya diri, mereka menyampaikan capaian, refleksi, hingga rencana ke depan, langsung kepada orangtua mereka.

Menghidupkan Rapor yang Bermakna

Bayangkan suasana ruang kelas pada hari pembagian raport. Dulu, pemandangan yang sering kita temui adalah anak-anak duduk diam, mendengarkan wali kelas berbicara kepada orangtua mereka. 

Baca juga : 

Apa Itu Survey Karakter dan Bagaimana Survey Karakter Dilakukan

Mata mereka mungkin berbinar ketika nilai tinggi disebutkan, atau justru menunduk malu saat angka yang kurang memuaskan terungkap. Dalam momen itu, mereka hanya menjadi objek, penonton dalam cerita mereka sendiri.

Tidak ada ruang untuk suara mereka, apalagi untuk menceritakan perjuangan di balik nilai yang tertulis di kertas rapor.

Namun, kini tradisi itu mulai berubah. Dengan penerapan Student-Led Conference (SLC), pembagian rapor menjadi momen yang hidup dan penuh makna. SLC memberi panggung kepada peserta didik untuk berbicara.

Mereka berdiri di depan orang tua, dengan portofolio belajar di tangan, menjelaskan perjalanan mereka sepanjang semester. Tidak lagi hanya angka yang berbicara, tetapi juga cerita perjuangan di balik angka itu. 

Baca juga : 

Long Term Memory, Stella Christie dan Lamanya Perjalanan Sebuah Ilmu Pengetahuan ke Indonesia

Anak-anak ini mengungkapkan tantangan apa yang mereka hadapi dan bagaimana mereka mengatasinya dengan strategi yang mereka pilih sendiri.

Salah satu keajaiban SLC adalah bagaimana anak-anak ini belajar merefleksikan diri. Mereka tidak hanya menceritakan hasil, tetapi juga proses—dari kegagalan hingga keberhasilan.

Seorang siswa mungkin berbicara tentang betapa sulitnya memahami materi Matematika di awal semester, tetapi kemudian menunjukkan bagaimana kerja kerasnya membuahkan hasil di pertengahan semester. 

Dalam proses ini, mereka belajar tentang tanggung jawab, kejujuran, dan kebanggaan atas usaha mereka sendiri.

Melalui SLC, peserta didik juga menjadi lebih percaya diri. Momen ini memberi mereka kesempatan untuk berdialog langsung dengan orangtua dan guru dalam suasana yang setara. 

Baca juga : 

Sembilan Penemu dari Indonesia yang Karyanya Diakui Dunia

Bagi orangtua, ini adalah pengalaman yang mengharukan dan mendalam—melihat anak mereka tidak hanya sebagai penerima hasil belajar, tetapi sebagai subjek yang aktif, penuh inisiatif, dan bertanggung jawab atas perjalanan pendidikan mereka sendiri.

Inilah makna sejati dari sebuah rapor yang hidup, rapor yang bukan hanya sekadar dokumen, tetapi juga cerminan jiwa seorang pembelajar.

Transformasi Pendidikan di SMA Regina Pacis

Di SMA Regina Pacis, SLC menjadi bagian dari upaya besar untuk menerapkan pembelajaran berbasis murid. Program ini dimulai dengan melibatkan peserta didik sejak awal semester. 

Mereka menetapkan tujuan belajar bersama guru, memonitor progres, dan menyusun portofolio yang mencakup hasil kerja, refleksi, serta rencana ke depan.

Baca juga : 

Asesmen Nasional Sekedar Basa Basi?

Pada akhir semester, portofolio inilah yang menjadi bahan presentasi mereka di hadapan orangtua. Dengan dukungan guru sebagai fasilitator, peserta didik menjelaskan:

  • Apa yang telah mereka capai.
  • Apa yang mereka pelajari dari tantangan.
  • Bagaimana rencana mereka untuk berkembang di semester berikutnya.

Keseruan di Balik SLC

“Saya awalnya gugup banget,” cerita seorang siswa kelas 10 setelah SLC pertamanya. “Tapi begitu mulai bicara, saya merasa bangga bisa menjelaskan semuanya langsung ke Papa dan Mama. Mereka bilang mereka jadi ngerti usaha saya di sekolah.”

Orangtua pun merasakan manfaatnya. Salah satu orangtua siswa menyatakan, “Rasanya berbeda sekali. Mendengar anak kami berbicara langsung membuat kami lebih paham apa yang dia alami di sekolah. Kami jadi tahu bagaimana cara mendukungnya di rumah.”

SLC bukan hanya milik SMA Regina Pacis. Banyak sekolah di Indonesia, terutama yang menerapkan Kurikulum Merdeka, mulai menggunakan pendekatan ini. Selain meningkatkan keterlibatan peserta didik, SLC juga memperkuat komunikasi antara sekolah dan keluarga.

Baca juga : 

Lima Strategi Pembelajaran selama Periode Learn from Home (LFH)

Namun, inovasi ini juga memiliki tantangan. Tidak semua peserta didik terbiasa berbicara di depan publik, dan tidak semua orangtua siap menerima perubahan ini. Oleh karena itu, peran guru sangat penting dalam membimbing peserta didik mempersiapkan SLC serta menjelaskan manfaatnya kepada orangtua.

Menghadirkan Masa Depan Pendidikan

SLC adalah langkah nyata menuju pendidikan yang benar-benar berpusat pada murid. Dengan melibatkan peserta didik dalam setiap tahap pembelajaran—dari perencanaan hingga evaluasi—pendidikan menjadi lebih dari sekadar transfer pengetahuan. 

Pendidikan menjadi ruang bagi anak-anak untuk belajar bertanggung jawab, percaya diri, dan mandiri.

Maka, saat kita melangkah ke masa depan pendidikan, mari kita tinggalkan tradisi lama yang membuat peserta didik pasif. Saatnya memberi mereka suara, karena suara mereka adalah bukti bahwa pendidikan tidak hanya tentang angka, tetapi juga tentang perjalanan membangun karakter.

Baca juga : 

Terobosan Baru Nadiem Untuk Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri

SMA Regina Pacis dan banyak sekolah lainnya telah menunjukkan bahwa perubahan itu mungkin. Bagaimana dengan sekolah Anda? Sudahkah Anda siap menghidupkan rapor yang berbicara? 

Penulis adalah Kepala SMA Regina Pacis Jakarta

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto: sman1ampekangkek.sch.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of