Eposdigi.com – Saat ini sering kali kita mendengar orang mengatakan, “UN ditiadakan, dan diganti dengan AKM”. Hal itu sontak menimbulkan kegelisahan di kalangan pendidik, karena ternyata masih banyak juga guru yang masih meraba-raba sebenarnya AKM itu apa.
Penulis sendiri juga awalnya merasa sangat bingung karena terlalu banyak teks tentang AKM yang disajikan secara panjang lebar sehingga agak sulit untuk dicerna. Maka, penulis berusaha membaca berbagai macam teks itu dan mencoba merenungkan dan menaris garis besarnya saja. Berikut adalah hal yang penulis simpulkan terkait AKM.
Pada dasarnya, AKM itu hanyalah merupakan bagian dari AN (Asesmen Nasional). Asesmen Nasional itu sendiri adalah merupakan upaya pemerintah untuk memetakan mutu sekolah berdasarkan 3 hal, yaitu: input, proses, hasil.
Ayo Baca juga: Apa Jadinya Jika Asesmen Nasional Dikomersialisasi Sekolah?
Asesmen Nasional terkait input dilakukan melalui Survei Karakter yang mengacu pada Profil Pelajar Pancasila dengan ciri sbb:
- beriman dan berakhlak
- bernalar dan kritis
- kreatif
- bisa bekerja mandiri maupun berkolaborasi
- berwawasan kebangsaan (menghargai kebhinekaan)
Asesmen Nasional terkait proses dilakukan melalui Survei Lingkungan Belajar yang menyasar 3 pihak (yaitu sekolah, guru, orangtua) dengan perincian sebagai berikut:
- penilaian Kebijakan Sekolah, terkait dengan:
- keamanan lingkungan sekolah
- kualitas program kerja / kurikulum sekolah
- sistem supervisi guru
- penilaian Kompetensi Guru, terkait:
- pengelolaan kelas
- pembelajaran kognitif
- pendampingan afektif
- penilaian Kondisi Orangtua, terkait:
- tingkat pendidikan terakhir orangtua
- profesi orangtua
- ketersediaan fasilitas belajar di rumah
Asesmen Nasional terkait hasil dilakukan melalui Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang secara garis besar mengukur 2 jenis kemampuan bernalar, yaitu:
- Kemampuan bernalar terkait Bahasa : AKM Literasi
- Kemampuan bernalar terkait Matematika : AKM Numerasi
Jika UN bersifat sumatif (hasilnya final, untuk kelulusan), maka AKM bersifat formatif (hasilnya tidak final, melainkan dijadikan feedback untuk meningkatkan kinerja sekolah). Maka, sasaran utama AKM bukan murid kelas 6, 9, 12, melainkan murid kelas 5, 8, 11. Harapannya, hasil AKM akan digunakan sekolah sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki kinerjanya dalam membimbing murid.
Teknis Pelaksanaan AKM:
- Peserta AKM dipilih secara acak dengan sistem daring.
(Jumlah peserta per sekolah maksimal 30 untuk SD, 45 untuk SMP SMA)
- AKM dilaksanakan di bawah pengawasan, sesuai jadwal, yaitu:
SMA : sekitar minggu pertama Maret 2021
SMP : sekitar minggu ketiga Maret 2021
SD : sekitar minggu pertama / kedua Agustus 2021
- Soal AKM berbasis komputer dan bersifat adaptif
(Artinya, kompleksitas soal disesuaikan kemampuan masing-masing peserta dalam mengerjakan soal. Jadi, apabila murid berhasil menjawab satu soal dengan benar, maka untuk soal selanjutnya akan diberikan soal yang lebih sulit, dan sebaliknya, apabila murid tidak berhasil menjawab satu soal dengan benar, maka untuk soal selanjutnya akan diberikan soal yang lebih mudah.)
Ayo Baca Juga: Ikatan Guru Indonesia Mendukung Penuh Peniadaan Ujian Nasional
AKM Literasi
Materi AKM Literasi mengacu pada 3 komponen, yaitu: konteks, konten, level kognitif.
Konteks AKM Literasi ada 3 jenis, yaitu:
- personal : terkait masalah pribadi
- publik : terkait masalah sosial budaya
- saintifik : terkait masalah ilmu pengetahuan dan teknologi
Konten AKM Literasi terbagi ke 2 kategori, yaitu:
- Teks Sastra : diari, jurnal perjalanan, surat pribadi
: biografi / autobiografi
: puisi, pantun, drama
: cerpen, novel
: legenda, fabel, mitos
- Teks Informasi : label barang, iklan, brosur, buku panduan
: resep masakan
: surat pemberitahuan, pengumuman, undangan, pidato
: artikel, berita, editorial
: resensi buku / film
: buku pelajaran, laporan penelitian, jurnal ilmiah
Level Kognitif AKM Literasi dikelompokkan dalam 3 jenis kemampuan, yang secara lebih detil bisa dikaitkan dengan 6 level kompetensi dalam Taksonomi Bloom, yaitu :
- kemampuan untuk menemukan info
- mengakses teks
- mencari lokasi informasi C 1 (tahu)
- memilih informasi relevan C 2 (paham)
- kemampuan untuk memahami info
- interpretasi teks C 3 (menerapkan)
- integrasi teks C 4 (mengaitkan)
- kemampuan untuk menggunakan info
- evaluasi teks C 5 (menilai)
- refleksi teks C 6 (menciptakan)
Distribusi Soal AKM Literasi adalah sebagai berikut :
Kelas 5 | Kelas 8 | Kelas 11 | |
Konteks Personal
Konteks Publik Konteks Saintifik |
60 %
30 % 10 % |
40 %
40 % 20 % |
30 %
40 % 30 % |
Teks Sastra
Teks Informasi |
50 %
50 % |
40 %
60 % |
30 %
70 % |
Menemukan Informasi (C 1, C 2)
Memahami Informasi (C 3, C 4) Menggunakan Informasi (C 5, C 6) |
50 %
40 % 10 % |
40 %
40 % 20 % |
30 %
40 % 30 % |
AKM Numerasi
Materi AKM Numerasi mengacu pada 3 komponen, yaitu: konteks, konten, level kognitif.
Konteks AKM Numerasi ada 3, yaitu:
- personal : terkait masalah pribadi
- publik : terkait masalah sosial budaya
- saintifik : terkait masalah ilmu pengetahuan dan teknologi
Konten AKM Numerasi dibagi ke 4 kategori, yaitu:
- Aritmatika : terkait pengenalan bilangan dan operasi hitung
- Aljabar : terkait persamaan
- Geometri : terkait pengukuran
- Statistik : terkait data (tabel, grafik) dan ketidakpastian
Level Kognitif AKM Numerasi mencakup 3 hal, yang secara lebih detil bisa dikaitkan dengan 6 level kompetensi dalam Taksonomi Bloom, yaitu:
- pemahaman konsep C 1, C 2
- penerapan konsep C 3
- penalaran masalah non rutin C 4, C 5, C 6
Distribusi Soal AKM Numerasi adalah sebagai berikut:
Kelas 5 | Kelas 8 | Kelas 11 | |
Konteks Personal
Konteks Publik Konteks Saintifik |
60 %
30 % 10 % |
40 %
40 % 20 % |
30 %
40 % 30 % |
Aritmatika
Aljabar Geometri Statistik |
40 %
10 % 25 % 25 % |
30 %
10 % 30 % 30 % |
20 %
25 % 20 % 35 % |
Pemahaman Konsep (C 1, C 2)
Penerapan Konsep (C 3) Penalaran Konsep (C 4, C 5, C 6) |
30 %
50 % 20 % |
25 %
50 % 25 % |
20 %
50 % 30 % |
Adapun bentuk soal, baik untuk AKM Literasi maupun AKM Numerasi, adalah sebagai berikut:
- Pilihan Ganda Biasa (hanya ada 1 jawaban benar) : 20 %
- Pilihan Ganda Kompleks (ada lebih dari 1 jawaban benar) : 60 %
- Menjodohkan (memasangkan soal & jawaban) : 10 %
- Isian Singkat (jawaban singkat & pasti) : 5 %
- Uraian (uraian dengan penjelasan bernalar) : 5 %
Begitulah pemahaman yang berhasil penulis refleksikan setelah membaca sekian banyak teks terkait AKM yang banyak dibagikan oleh rekan-rekan guru dari berbagai sekolah. Tapi sejujurnya, penulis merasa prihatin, karena penulis lihat, banyak sekolah yang berfokus pada AKM nya, seolah-olah AKM itu berdiri sendiri. Padahal, menurut pemahaman penulis, AKM adalah sekedar bagian dari Asesmen Nasional terkait hasil.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa ‘proses tidak akan mengkhianati hasil’. Tapi tampaknya banyak sekolah yang berfokus di hasil itu sendiri (yaitu AKM) dan seolah-olah mengabaikan prosesnya (yaitu Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar).
Pelaksanaan Asesmen Nasional yang terlalu berfokus pada AKM tapi sekedar basa basi di Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar, akan membuat AN seolah-olah adalah UN yang sekedar berganti nama.
Ayo Baca juga: Selamat Tinggal Ujian Nasional
Kalau kita perhatikan, banyak sekolah yang masih mengabaikan proses, dan sarat dengan berbagai masalah, seperti kurikulum yang centang perenang dengan materi yang disajikan secara tumpang tindih dan diajarkan oleh guru yang tidak kompeten.
Selain itu, penulis juga masih melihat banyak orangtua yang kurang punya wawasan pendidikan. Masih banyak orangtua yang merasa senang asal anaknya dapat nilai tinggi, tanpa mau tahu nilai tinggi itu didapat dengan cara bagaimana, dan maknanya apa.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa selama pelaksanaan Asesmen Nasional hanya berfokus pada AKM, dengan menomorduakan makna penting Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar, maka AN hanyalah suatu basa basi di dunia pendidikan alias UN yang berganti nama.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com dengan judul “Basa-Basi Asesmen Nasional?”/ Sumber foto:tmtimes.id
[…] Baca Juga: Asesmen Nasional Sekedar Basa Basi? […]
[…] Baca Juga: Asesmen Nasional Sekedar Basa Basi? […]