Eposdigi.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), pada tahun ajaran 2024/2025 menghapus kebijakan penjurusan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo.
Kebijakan ini sejalan dengan kebijakan fleksibilitas pemilihan program studi bagi lulusan SMA di Perguruan Tinggi sejak tahun 2023. Ini artinya lulusan SMA boleh memilih program studi apa saja di Perguruan Tinggi, sesuai dengan bakat dan minat lulusan tersebut.
Kebijakan ini harus diikuti dengan kebijakan pembelajaran di SMA yang bersifat fleksibel sesuai dengan minat, bakat dan rencana studi di Perguruan Tinggi, sehingga murid memiliki pengetahuan dan keterampilan yang ia perlukan untuk belajar di program studi yang ia pilih di Perguruan Tinggi.
Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan di sekolah sejak dari SMP dan terutama di SMA harus melakukan perubahan. Berikut ini uraiannya.
Baca Juga:
Remaja Dengan Pola Asuh Buruk pada Masa Sebelumnya, Lebih Rentan Mengalami Gangguan Kesehatan Mental
Perubahan di SMP
Selama ini proses belajar mengajar di SMP, hanya merupakan kelanjutan dari proses belajar di SD dan sebagai persiapan secara akademis untuk memasuki SMA melalui pengajaran. Oleh karena itu, ketika lulus SMP, lulusan hanya memiliki pengetahuan untuk mengikuti pengajaran di SMA.
Padahal pada saat lulus SMP, lulusan seharusnya tidak hanya memiliki pengetahuan akademis tetapi juga pengetahuan tentang siapa dirinya, apa bakat dan minatnya, pengetahuan tentang karier yang menjadi landasan untuk memutuskan melanjutkan ke SMA atau ke SMK.
Oleh karena itu seharusnya muatan pembelajaran di SMP tidak hanya pembelajaran secara akademis tetapi juga terjadi proses eksplorasi diri, eksplorasi bakat, minat dan karier di masa dewasa melalui aktivitas untuk mengenal diri, mengenal bakat, minat, dan dunia karer.
Baca juga :
Menyiapkan Anak Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Memasuki Sekolah Baru
Hasil dari proses ini, diharapkan lulusan SMP memiliki pengetahuan akademis untuk melanjutkan pendidikan, mengenal dirinya, bakat dan minatnya, serta mengetahui orientasi karier di masa dewasa, bakat dan minat, termasuk mengetahui ke mana melanjutkan studi, apakah ke SMK atau ke SMA.
Hal ini misalnya dilakukan oleh SMP di Finlandia. Di Finlandia lulusan SMP sudah harus mengetahui minat dan bakatnya, bukan hanya berdasarkan hasil tes minat dan bakat, melainkan sudah ada aktivitas eksplorasi karier melalui kegiatan yang terprogram seperti orientasi dunia kerja di kelas 7, kelas 8 dan kelas 9.
Sehingga ketika lulus dari SMP, anak sudah mengenali bakat dan minatnya, bahkan sudah dapat membayangkan arah kariernya, sehingga sudah dapat memilih dengan baik hendak melanjutkan studi ke SMA atau ke SMK, tentu saja dengan pendampingan yang baik dari orang tua.
Perubahan Pengelolaan SMA
Bagi seorang murid yang memilih masuk SMA, berarti ia akan melanjutkan studi di Perguruan Tinggi. Meskipun demikian, selama ini beban yang dipikul murid SMA selalu lebih berat dari yang seharusnya ia butuhkan untuk kesiapan melanjutkan pendidikan pada program studi tertentu.
Baca Juga:
Rata-Rata IQ Orang Indonesia Berada di Peringkat 129 Dunia, Di ASEAN Paling Rendah, Ini Penyebabnya
Bahkan yang terjadi di banyak SMA lebih buruk dari itu, selain harus mempelajari banyak ilmu yang nanti tidak terpakai di bidang yang akhirnya ia pilih, banyak lulusan SMA yang bahkan tidak tahu harus memilih program studi apa dan di mana. Model seperti ini hendaknya harus segera diakhiri.
Seorang murid SMA ketika masuk SMA harus sudah tahu bakat dan minatnya, sekaligus program studi yang akan ia dalami ketika belajar di Perguruan Tinggi. Itu seharusnya menjadi tugas yang diselesaikan di SMP. Jika belum, sekolah melakukan proses untuk membantu murid. Proses ini harus terjadi di awal kelas X.
Dengan mengenali bakat, minat dan program studi di perguruan tinggi, serta arah karier ketika dewasa, proses belajarnya di SMA akan lebih efektif, selain karena mengetahui arah hidupnya, ia dapat mulai mempelajari secara akademis, semua hal yang ia butuhkan untuk menyiapkan studi dan kariernya dengan lebih baik.
Akan jadi sangat efektif jika di SMA murid dapat secara fleksibel memilih hanya mata pelajaran yang diperlukan untuk membangun basis dan landasan pengetahuan yang relevan dengan rencana studi lanjut di perguruan tinggi.
Baca juga :
Oleh karena itu, seorang murid yang merencanakan akan melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknik Sipil, hanya mempelajari Matematika lanjutan dan mata pelajaran Fisika tanpa harus mempelajari mata pelajaran seperti Biologi.
Atau murid yang ingin menjadi dokter yang akan melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran, hanya mempelajari mata pelajaran Biologi dan Kimia, dan tidak perlu mempelajari Matematika lanjutan. Hanya cukup mempelajari Matematika dasar di kelas X.
Demikian juga dengan para murid yang meminati bidang-bidang sosial dan bahasa, juga hanya mempelajari mata pelajaran yang sesuai dengan bakat, minat dan rencana studi mereka di Perguruan Tinggi. Hanya saja pengelompokan minatnya akan lebih banyak.
Dengan pendekatan ini, selain beban belajar murid lebih ringan, murid lebih fokus membangun basis pengetahuan yang lebih relevan untuk menyiapkan studi lanjut di Perguruan Tinggi. Murid hanya mempelajari mata pelajaran yang ia butuhkan untuk studi lanjut dan rencana kariernya.
Maka pengelompokan kelas akan berubah, dalam kelas-kelas yang lebih kecil sesuai dengan jumlah minat dan orientasi studi para murid. Ini akan menjadi tantangan tersendiri dalam pengaturan pengelompokan kelas dan penjadwalan guru.
Baca Juga:
Ada Dua Soft Skill Penting Yang Menjadi Rahasia Sukses Anak. Bagaimana Mengajarkan Pada Anak?
Sebagai pengelola kurikulum SMA, Kepala Sekolah dan staf yang mengurusi ini harus menguasai perkembangan program studi di Perguruan Tinggi dan muatan kurikulumnya untuk dapat membangun real kurikulum SMA yang relevan dengan kebutuhan studi lanjut murid.
Mudah-mudahan kebijakan ini tidak berubah seiring pergantian pemerintahan baru hasil pemilu 2024. Siapapun penggantinya, kita berharap ada kebijakan pendidikan yang berkesinambungan sehingga kualitas pendidikan menjadi semakin baik.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto: sma.kemdikbud.go.id
Leave a Reply