Remaja Dengan Pola Asuh Buruk pada Masa Sebelumnya, Lebih Rentan Mengalami Gangguan Kesehatan Mental

Nasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Semua remaja, mengalami krisis identitas. Namun krisis tersebut tidak otomatis membawa resiko buruk pada kesehatan mental remaja, seperti depresi dan kecemasan. Kondisi tersebut sangat bergantung pada pengalaman pengasuhan orang tua pada tahap-tahap hidup sebelumnya.

Sebuah studi yang dilakukan di Kanada mengungkap bahwa remaja dengan pola pengasuhan yang baik di masa bayi dan kanak-kanak, cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik, Mereka tidak mudah mengalami depresi dan cemas meskipun mengalami berbagai perubahan karena krisis identitas. 

Sedangkan remaja dengan pengalaman pengasuhan yang buruk, rentan mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan, dan resiko kesehatan mental lainnya, yang cenderung merepresentasikan krisis identitas yang sedang dialami pada tahap perkembangan tersebut. 

Baca juga : 

Memahami Perilaku Tantrum pada Anak Balita

Studi tersebut dilaporkan pada jurnal Medical Daily, pada edisi Senin (29/4/2024), seperti dilansir pada laman Kompas.com. Studi tersebut dipimpin oleh Hasina Samji dari Simon Fraser University, Kanada. 

Tim peneliti tersebut melakukan survei terhadap 8.800 remaja dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda,  pada tahun 2022 pada saat dunia sedang dilanda oleh pandemi covid-19 gelombang kelima. 

Remaja yang disurvei adalah murid kelas 11 British Columbia. Para peneliti meminta remaja tersebut mengingat dan menyebutkan pengalaman baik dan buruk yang mereka alami hingga mereka berumur 18 tahun. 

Mereka juga diminta menilai tingkat kesehatan mental mereka berupa gejala depresi dan kecemasan serta kepuasan hidup mereka secara keseluruhan. Dari proses tersebut tim peneliti memperoleh kesimpulan berikut:

Baca juga : 

Enam Kebiasaan Buruk yang Dapat Merusak Otak

Remaja yang mengalami empat atau lebih pengalaman masa kecil yang buruk,  empat kali lebih mungkin mengalami depresi, serta kepuasan hidup yang lebih rendah. Penelitian juga menyimpulkan bahwa mereka tiga kali lebih cemas.  

Selain itu, studi juga menyimpulkan bahwa  remaja dengan pengalaman masa kecil yang buruk, 30 kali lebih sering memikirkan percobaan bunuh diri, dibandingkan dengan remaja yang pada masa bayi dan kanak-kanaknya mengalami pengasuhan yang baik.

Studi ini mengungkap hal yang penting tentang pengasuhan anak, bahwa pengalaman pengasuhan pada tahap pengasuhan sebelumnya akan menentukan kondisi anak, termasuk kesehatan mental anak pada tahap perkembangan berikutnya. 

Baca juga : 

Tiga Faktor Ini Menyebabkan Remaja Indonesia Mengalami Darurat Kesehatan Jiwa

Selain itu, studi ini juga menunjukkan bahwa pemerintah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab, perlu memiliki program inisiatif untuk membantu orang tua mengoreksi pola asuh. Juga bagi orang tua baru, agar mereka dapat memiliki pola asuh yang yang baik bagi anak. 

Dengan demikian, kesimpulan studi ini juga membuat kita melihat bahwa program pendampingan pra nikah pada calon suami istri baru, bukan hanya dibutuhkan melainkan sangat mendesak. Hal tersebut terjadi karena pola asuh yang buruk hanya terjadi pada orang tua yang tidak menyiapkan diri  menjadi orang tua.

Program pra nikah bagi calon suami-isteri baru telah diwacanakan sejak periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi, namun hingga kini, tidak sungguh-sungguh terealisasi oleh pemerintah. 

Baca juga : 

(Mencoba) Memahami Kondisi Psikologis Para Pecandu Judi Online

Sedangkan bagi remaja yang pada masa bayi dan kanak-kanak diasuh dengan pola asuh yang buruk, disediakan bantuan pendampingan misalnya melalui sekolah agar dampak dari pola pengasuhan buruk dikoreksi, sehingga, remaja tumbuh lebih sehat, sekaligus memiliki landasan bertumbuh lebih baik, pada tahap berikutnya.

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto: grid.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of