Apa Hubungan Stunting dengan Pola Hidup Sehat?

Daerah
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Pada Tahun 2024 ini, Pemerintah menargetkan angka stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), turun menjadi antara 10 sampai 12 persen.

Hal tersebut, disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kependudukan, dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NTT Elsa Pongtuluran sebagaimana dilansir oleh antara, Selasa (6/2/2024).

Elsa mengatakan, jumlah kasus stunting di NTT pada 2023 mencapai 63.804 anak atau 15,2 persen. Angka ini menurun 2,5 persen dari tahun sebelumnya.

Di tingkat nasional, pemerintah  terus melakukan berbagai upaya, untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting menjadi 14 persen di tahun 2024.  

Untuk mewujudkan target tersebut, Wakil Presiden (Wapres) K.H. Maruf Amin menegaskan bahwa implementasi akselerasi penurunan stunting, terutama di daerah harus terus dikawal oleh para gubernur, salah satunya dalam pemanfaatan yang tepat sasaran.

Baca Juga:

Stunting dan Masa Depan Generasi Sebuah Bangsa Bernama NTT

Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus satu (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak yang berumur di bawah 5 tahun dan memiliki dampak terhadap pertumbuhan fisik, serta kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

Penyebab utama dari stunting bagi pertumbuhan anak adalah kurangnya asupan nutrisi bagi seorang Ibu selama masa kehamilannya. Banyak yang tidak menyadari bahwa tinggi pendeknya anak bisa menjadi tanda adanya masalah gizi kronis.

Anak dengan asupan terbatas sejak kecil dan telah berlangsung lama beresiko mengalami pertumbuhan yang terlambat.

Menurut WHO,  suatu negara dikatakan memiliki masalah stunting bila kasusnya mencapai angka di atas 20%.  Sementara, di Indonesia berdasarkan data kemenkes pada tahun 2021,  kasus balita stunting di Indonesia sebanyak 24,4%  sehingga termasuk dalam masalah yang perlu ditangani.

Masalah kesehatan ini disebabkan oleh gizi buruk, terserang infeksi berkali-kali, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah. Tetapi, penyebab stunting paling banyak ialah kurang gizi.

Baca Juga:

Mencegah Stunting Sekaligus Pewarisan Nilai Lewat Posyandu Remaja

Maka dari itu, sebagai orang tua harus tau bagaimana cara mengatasi susahnya makan pada anak, yang terkadang menjadi masalah umum bagi anak-anak, khususnya pada balita.

Beberapa faktor terjadinya stunting pada anak ialah:

Kurangnya asupan gizi pada Ibu hamil,   stunting terjadi sejak anak berada dalam kandungan. 

Hal ini dapat terjadi akibat makanan yang dikonsumsi  Ibu selama hamil kurang bergizi sehingga janin tidak mendapatkan nutrisi.  Pertumbuhan janin dalam kandungan mulai mengalami hambatan dan terus berlangsung sampai anak dilahirkan.   

Maka dari itu, penting memastikan Ibu mengonsumsi makanan yang bergizi dan bernutrisi,  sebab kekurangan gizi dapat mengurangi tingkatan neurotransmitter, tertentu dan sebaliknya mempengaruhi jenis-jenis perilaku yang ditanggungnya.  

Selain kekurangan gizi, nutrisi pada ibu hamil dan janin yang tidak tercukupi,  terdapat faktor lain yang mempengaruhi stunting adalah:    

  • Kurangnya pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemenuhan gizi sebelum hamil,  saat hamil,  dan setelah melahirkan. 
  • Kurangnya persedian air bersih dan sanitasi.
  • Berat badan ibu tidak naik selama hamil atau kenaikan berat badan ibu kurang dari nilai ideal.
  • Terbatasnya akses pelayanan kesehatan dan  
  • Anak menderita penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi

Kebutuhan nutrisi anak tidak tercukupi,  kondisi ini biasanya terjadi setelah kelahiran, di saat anak di bawah usia dua tahun namun kebutuhan asupan gizinya  tidak terpenuhi.  Asupan yang dibutuhkan tersebut berupa ASI dan makanan pendamping ASI.

Baca Juga:

Stunting, ‘SoLor’, dan “Syuting” di Flores Timur, Dari SoLor – Menggempur Stunting menuju Kedaulatan Pangan. (Bagian kedua dari dua tulisan)

Selain itu, asupan makanan juga menjadi faktor penyebab terjadinya stunting. Khususnya makanan yang kaya akan nutrisi, zat besi, protein, yang penting bagi anak di usia balita.

Untuk mencegah terjadinya stunting di perlukan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung protein serta menjaga pola hidup.

Ilustrasi dari suaro.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of