Melihat Masa Depan Flores Timur dari Laut

Daerah
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Hari-hari ini, berbagai laman facebook dibagikan oleh banyak orang, ‘flyer’ digital yang berisi informasi tentang program bidang kelautan dan perikanan salah satu kandidat bupati Flores Timur yang akan datang.

Informasi di dalam ‘flyer’ yang berjudul “Lompatan Jauh Sektor Kelautan dan Perikanan Flores Timur” inilah yang menginspirasi kami menghadirkan tulisan ini.

Dari delapan (delapan) poin program yang disampaikan oleh Barisan ADD (Anton Doni Dihen) saya tertarik untuk melihat poin nomor enam (6). Point nomor 6 ini diberi judul “Optimalisasi Gerakan Konservasi”.

Penjelasan dari informasi tersebut tertulis, diantaranya “memetakan potensi dan persoalan daya dukung ekologi kawasan pesisir, memperluas gerakan konservasi terumbu karang dan hutan bakau.”

Baca Juga:

Emas Hijau Milik Indonesia ini Lebih Berpotensi Cuan Dibandingkan Nikel

Judul tulisan ini seharusnya diberi tanda tanya (?) di bagian belakang. Ia menjadi pertanyan yang membutuhkan jawaban serius. Apa Pasal? Apakah masa depan Flores Timur ada di laut? Atau apakah kita berani melihat laut sebagai jawaban atas kemiskinan dan keterbatasan PAD di Flores Timur?

Sebelum menjawab, baik adanya jika kita melihat sejumlah data berikut ini (florestimurkab.go.id): Terdiri dari tiga pulau besar yaitu Flores bagian Timur, Pulau Adonara dan Pulau Solor,  dan 24 pulau kecil lainnya, dimana luas keseluruhan Kabupaten Flores Timur lebih kurang 5.983.38 km2.

Gagasan Lompatan Jauh Flores Timur di bidang Kelautan dan Perikanan

Yang menarik adalah bahwa sekitar 70 % atau sekitar 4.170,53 km2 dari luas wilayah tersebut adalah perairan atau laut. Tidak hanya itu, diketahui pula bahwa panjang garis pantai sekitar 2.064,65 km. Hampir semua wilayah perairan Flores Timur merupakan terumbu karang. Kemudian; luas padang lamun sekitar 1.639,82 hektar dan luas hutan mangrove 639, 83 hektar.

Data-data ini sedikit banyak memberi kita pandangan bahwa ada begitu banyak dan luas kesempatan yang bisa didayagunakan dari wilaya perairan sepanjang garis pantai Kabupaten Flores Timur.

Baca Juga:

Menjawab Tantangan Pertanian NTT dengan Sinergi

Terumbu karang merupakan rumah alami dan tempat tumbuh kembang ikan dan berbagai biota laut lainnya. Belum lagi padang lamun. Padang lamun merupakan ekosistem pesisir yang memiliki tingkat produktivitas hayati yang tinggi. Apalagi rumput laut bisa dikatakan sebagai emas hijau yang potensi ekonominya begitu luar biasa besar.

Padang lamun merupakan tempat bertelur sekaligus daerah asuhan berbagai jenis ikan dan biota laut. Termasuk didalamnya adalah jika mu menjadikan padang lamun sebagai ekosistem alami untuk budidaya udang dan atau rumput laut.

Demikian juga dengan ekosistem mangrove. Hutan mangrove di kawasan pesisir adalah tempat alamiah bagi ikan untuk bertelur, tempat hidup berbagai vertebrata laut, udang, kepiting, kerang-kerangan, juga tempat tinggal berbagai binatang darat dan habitat asli banyak jenis burung.

Selain itu mangrove adalah pelindung alami dari gelombang besar dan abrasi pantai. Termasuk pelindung dari tsunami, sebab Flores Timur adalah salah satu daerah yang memiliki intensitas gempa tinggi.

Baca Juga:

Tokoh Lamaholot Jakarta dan Pemuda Mantap Dukung ADD

Konservasi baik mangrove maupun terumbu karang harus melibatkan masyarakat lokal setempat dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kearifan lokal.

Konservasi yang berkearifan lokal inilah yang menjadi benteng bagi komunitas masyarakat pesisir untuk mengedepankan cara-cara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam mencari berbagai sumber pendapatan mereka di laut.

Pengeboman dan penggunaan racun dapat mengakibatkan berbagai biota laut termasuk terumbu karang hancur dan mati. Hal ini jelas adalah ancaman serius bagi ikan dan biota laut lainnya. Juga ancaman yang serius bagi manusia.

Tidak hanya itu, sudah saatnya masyarakat diberi pelatihan untuk memilah dan memilih ikan atau biota laut mana saja yang sudah boleh ditangkap baik dari jenis dan ukuran. Ini untuk menghindari, masyarakat menangkap ikan-ikan kecil yang seharusnya lebih bernilai ekonomis jika dibiarkan besar.

Baca Juga:

Pahitnya Gula di Lidah Petani Tebu Hindia Belanda, Semoga Tidak Dialami Petani Komoditi Lain Saat Ini

Namun harus dipikirkan alternatif lain yang mendatangkan nilai ekonomis lebih besar daripada menangkap ikan. Masyarakat pesisir harus mendapat insentif lebih besar karena program pembatasan menangkap ikan tersebut.

Sinerginya adalah, menjadikan hutan bakau sebagai alternatif sumber penghasilan bagi nelayan pesisir. Misalnya budidaya kepiting, madu hutan bakau, dan juga ekowisata mangrove.

Melihat dari potensi kelautan dan perikanan yang begitu besar di Flores Timur maka tidak berlebihan jika kita berani melihat masa depan Flores Timur dari laut. Maka inisiatif-inisiatif politis seperti Lompatan Jauh di bidang Perikanan dan Kelautan harus dilihat sebagai kesempatan besar bagi kemajuan Flores Timur kedepan.

Ini berarti bahwa, gagasan-gagasan seperti ini, dari siapapun harus didukung dengan keterlibatan secara penuh masyarakat Flores Timur tanpa kecuali dengan berbagai perannya masing-masing. Besar maupun kecil.

Foto ilustrasi dari mongabay.co.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of