“Kisah-kisah heroik harus lebih banyak menjadi santapan mereka…”
Eposdigi.com – Dalam sebuah tulisan yang kami publikasikan lewat media ini, telah kami gambarkan bahwa persoalan stunting bukan hanya menyangkut tidak tidak tercapainya tinggi badan seorang anak sesuai perkembangan usianya.
Stunting bukan semata-mata gangguan tinggi badan seorang anak. Lebih dari itu, stuting berarti juga terhambatkan pertumbuhan otak sebagai pusat kecerdasan dan kerentanan seseorang terhadap berbagai ancaman infeksi penyakit.
Stunting bukan hanya terjadi pada seorang anak karena tidak tercukupinya nutrisi dan gizi seimbang yang dibutuhkannya seiring usia pertumbuhannya. Stunting adalah sejarah panjang kekurangan gizi dari seorang ibu yang kemudian berpotensi menurun pada anaknya.
Baca Juga: Posyandu: Potensi Dahsyat Mendorong Perubahan di Desa
Sejarah panjang defisit gizi bawaan ini, bukan hanya terjadi saat kehamilan, jauh lebih ke belakang adalah akibat dari kekurangan gizi yang dialami ibunya semenjak remaja.
Dan penderita stunting bukan hanya didominasi oleh penduduk miskin. Dalam tulisan sebelumnya yang kami maksud ternyata stunting juga dialami oleh anak dari keluarga yang tidak miskin yang berada di atas 40 % tingkat kesejahteraan sosial ekonomi.
Maka menurut saya defisit gizi yang dialami oleh seseorang adalah akibat dari ketidak tahuannya mengenai makanan yang bergizi. Entah itu sumber makanan, komposisi bahan bahan makanan hingga porsi gizi seimbangnya.
Karena itu Posyandu untuk seseorang pada usia remaja bukan hanya mengukur tinggi dan berat badan, atau pemeriksaan kesehatan yang lain, namun lebih jauh adalah bagaimana proses “cuci otak” terkait gizi.
Baca Juga: Selain Kesehatan, Hal ini bisa dilakukan lewat Posyandu Anak 5 hingga 10 tahun
Dan proses cuci otak ini harus dilakukan secara serius, melibatkan orang-orang yang kompeten di bidangnya, kemudian dapat ditelusuri progres perkembangan pada masing-masing individu yang menjadi anggota komunitas sebuah posyandu.
Proses penelusuran ini penting agar setiap anak remaja dipastikan tercukupi kebutuhan gizinya sebelum ia berkeluarga. Komunitas Posyandu harus memastikan bahwa tidak satupun anggota komunitasnya mengalami defisit gizi bawaan.
Setiap remaja yang menjadi anggota komunitas Posyandu dipastikan untuk tahu apa saja bahan makanan lokal dengan kandungan gizinya masing-masing.
Memastikan agar mereka tahu bagaimana cara mengolahnya dengan baik dan benar untuk menjaga kandungan nutrizinya, sekaligus bagaimana kombinasi bahan-bahan makanan agar seimbang kandungan gizinya.
Baca Juga: Hebat; Anak Remaja sudah Merokok
Selain itu, Posyandu Remaja juga memastikan hal-hal baik yang telah dibangun dan dibiasakan dari anak-anak telah menjadi kebiasaan baik yang terus dipertahankan.
Minat baca telah menjadi kebiasaan membaca. Mereka memperlakukan gadget di tangan mereka secara bertanggungjawab, menggunakannnya secara sehat hanya untuk mendukung tumbuh kembang mereka.
Ketika anak-anak memasuki usia remaja, kebutuhan lain yang juga bisa dipenuhi oleh komunitas Posyandu adalah bagaimana anak-anak mengerti dan memahami dan menjaga diri mereka. Pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi mulai dikenalkan secara serius.
Selain pengetahuan mengenai makanan bergizi, anak remaja juga diberi pemahaman dan didorong untuk menerapkan gaya hidup sehat.
Baca Juga: Benarkah Banyak Anak Menjadi Penyebab Tingginya Angka Kemiskinan dan Stunting di NTT?
Rutin berolahraga, menjauhi rokok dan miras serta cukup istirahat. Namun lebih penting dari ini semua adalah agar mereka paham betul kenapa mereka tidak bisa memilih untuk tidak melakukan kebiasaan baik ini.
Alasan dibalik ini semua harus disampaikan dan diterima mereka. Alasan yang cukup memotivasi mereka dari dalam diri agar membuat mereka selalu memilih untuk melakukan kebiasaan baik ini hingga akhir hayat mereka.
Maka pada usia ini peran orang tua sebagai teman yang mendampingi tumbuh kembang mereka sangat penting. Komunitas Posyandu perlu melibatkan para orang tua karena pada usia ini anak-anak remaja membutuhkan figur yang menjadi suri teladan.
Kisah-kisah heroik harus lebih banyak menjadi santapan mereka. Proses pewarisan nilai dari para orang tua secara lebih intim dan dilakukan terus menerus. Komunitas posyandu remaja mempertemukan mereka dengan para orang tua yang memang dilibatkan secara khusus untuk tujuan pewarisan nilai ini. Bersambung…
Foto : Remaja di Desa Tuwagoetobi antusias mengikuti Posyandu Remaja / Facebook Gokiel Kurman
Leave a Reply