“…tidak hanya dalam pelayanan kesehatan….”
Eposdigi.com – Ketika mendengar kata Posyandu, yang terlintas di benak kita adalah bayi dan ibu hamil yang datang untuk mendapatkan sejumlah layanan kesehatan dasar.
Sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, posyandu menjadi salah satu penyelenggaraan kesehatan dasar yang mendekatkan diri dan langsung menyentuh masyarakat di desa.
Benar bahwa Posyandu merupakan sebuah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilakukan dari, oleh dan bersama masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh kesehatan dasar.
Baca Juga: Flores Timur Setelah Pilkades Serentak
Sebagai Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), kita cendrung mengenalnya sebagai sebuah kegiatan pelayanan kepada Ibu Bayi dan Balita ( Bina Keluarga Balita -BKB) juga pelayanan kepada para lansia (Bina Keluarga Lansia- BKL).
Namun sesungguhnya posyandu memiliki peran sentral dan vital dalam pembangunan sumber daya manusia di desa. Bahkan Posyandu pun bisa mengambil peran lain semisal perlindungan terhadap kelestarian lingkungan (Tanaman Obat Keluarga – Toga) bahkan pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi kreatif.
Ide tulisan ini lahir dari sebuah postingan di laman Facebook pada 22 Januari lau oleh Kay Zidane yang membagi beberapa foto kegiatan posyandu remaja yang dalam narasi postingannya ia menyebut sebagai yang pertama di Desa Pledo.
Menanggapi postingan itu dalam kolom komentar saya menulis “Melawan stunting mulai dari mereka. Ketika mereka punya anak, defisit gizi bawaan orang tua sudah teratasi dari dini. Ini pasti jauh lebih baik.”
Baca Juga: Orang Tua Penyebab Anak Kecanduan Gawai
Kemudian ketika melihat lagi postingan lain belum lama ini oleh Gokiel Kurman yang membagi album Kegiatan Posyandu Remaja di Dusun Lewowerang Desa Tuwagoetobi pada 13 Oktober belum lama ini, mendorong saya untuk segera menulis tentang ini.
Sebagaia Layanan Terpadu, Posyandu bisa didorong sebagai sebuah pusat pelayanan sepanjang hayat. Artinya posyandu tidak lagi hanya sebagai kebutuhan para balita, remaja dan lansia.
Posyandu benar-benar bisa menjadi kekuatan maha dasyat untuk mendorong perubahan dalam masyarakat. Ia adalah sebuah pintu masuk untuk mempromosikan hidup sehat kepada setiap orang sepanjang hayat hidupnya.
Tidak hanya dalam pelayanan kesehatan, Posyandu juga adalah pintu masuk untuk mendorong upaya melestarikan lingkungan hidup sekaligus sebagai unit usaha ekonomi produktif di desa-desa.
Pertama : Bayi dan Balita.
Untuk kategori usia ini, rasanya bukan sesuatu yang baru dalam kegiatan Posyandu. Posyandu ya bayi dan balita. Terutama sebagai layanan dasar bagi mereka. Pemeriksaan kesehatan dan layanan imunisasi dasar.
Para Ibu yang memiliki bayi dan balita secara rutin diberi pengertian tentang inisiasi menyusui dini, dan ASI (Air Susu Ibu) esklusif hingga 6 bulan pertama usia anak.
Semua hal mengenai bagaimana memberikan ASI secara baik dan benar, bagaimana menjaga produktifitas ASI. Menjaga pola makanan sehat untuk ibu menyusui. Dan bagaimana memilih dan meramu Makanan Pendamping ASI (MPASI) setelah 6 bulan usia bayi.
Baca Juga: Bayi Tewas Kesedak Pisang: Salah Siapa?
Membicarakan MPASI berarti harus mengaitkannya dengan makanan lokal yang sehat. Pilihan bahan, komposisi, hingga kandungan gizi dari setiap makanan lokal yag dipilih, termasuk bagaimana mengolahnya secara baik dan benar.
Jangan sampai kita lebih suka menjual sorgum, beras merah lokal, kacang hijau, kacang merah, ubi jalar, pisang yang ada di kebun-kebun kita untuk membeli bubur instan yang dijual hingga ke warung dan kios di sebelah rumah sebagai MPASI.
Dan membicarakan MPSI dari pangan lokal berarti kita berbicara mengenai kebun-kebun kita. Artinya ada integrasi Posyandu dengan kebun. Namun tidak berhenti. Ketika kita berbicara tentang MPASI berarti kita juga harus berani meyinggung program-program pengentasan stunting.
Baca Juga: Benarkah Banyak Anak Menjadi Penyebab Tingginya Angka Kemiskinan dan Stunting di NTT?
Entah darimana datangnya program-program pengentasan stunting, kita harus berani menolak makanan tambahan dari “proyek”yang pasti datang dari luar. Namun mengambil pilihan untuk mengolah makanan tambahan itu dari pangan lokal kita.
Ketika kita mengolah makanan tambahan dalam rangka pencegahan dan penuntasan stunting maka kita telah masuk pada kegiatan ekonomi produktif.
Mengolah berbagai pangan lokal kita menjadi makanan siap saji, dengan standar kualitas mulai dari isi hingga kemasan yang tidak boleh kalah dari makanan tambahan dari “proyek” luar. Bersambung….
(Besok kita akan mengulas bagaimana peran posyandu terhadap pertumbuhan usia emas anak; lima hingga 10 tahun; remaja, dewasa awal, pra nikah, pasangan baru menikah, menghadapi kelahiran buah hati, hingga para lansia, tidak hanya dari segi pelayanan kesehatan, namun juga dari segi pendidikan, hingga pewarisan nilai-nilai budaya).Foto : dari laman Facebook Gokiel Kurman
Leave a Reply