Stunting, ‘SoLor’, dan “Syuting” di Flores Timur, Dari SoLor – Menggempur Stunting menuju Kedaulatan Pangan. (Bagian kedua dari dua tulisan)

Daerah
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Ketika pola pikir masyarakat sudah berubah maka pemikiran baru tentang stunting, mendorong setiap orang dengan sendirinya untuk semakin peka dan peduli terhadap stunting (poin pertama deklarasi menggempur stunting). Kepekaan dan kepedulian ini melahirkan perbuatan nyata memerangi stunting.

Namun memerangi stunting ketika dilakukan masing-masing, oleh orang per orang, tentu tidak membawa perubahan besar. Memerangi stunting harus menjadi sebuah gerakan. Gerakan ini harus dilakukan secara bersama-sama (poin ketiga deklarasi menggempur stunting). Ini diilhami dari pemikiran baru mengenai stunting. Gerakan memerangi stunting yang dilakukan bersama-sama tentu akan memberi efek yang luar biasa besar, dibanding yang dilakukan oleh masing-masing pribadi.

Stunting merupakan akibat dari deficit gizi bawaan seorang ibu, terutama pada masa kehamilannya. Menggempur stunting harus dimulai dan melibatkan semua  perempuan di Flores Timur. Pola asuh keluarga tentu menentukan bagaimana peran seorang perempuan – calon ibu – dalam keluarga. Keluarga-keluarga baru, butuh dipersiapkan lebih memadai. Mungkin akan dilihat sebagai campur tangan Negara terhadap urusan domestic keluarga namun pendidikan kepada calon pengantin yang akan menikah harus menjadi perhatian serius Negara.

Kurikulum pendidikan pra nikah mesti disiapkan dan menjadi domain Negara, sementara pelaksanaannya bisa dititipkan kepada lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pernikahan. KUA, Gereja atau pihak lain yang mensahkan sebuah pernikahan harus mengambil peran, sebagai pertanggungjawaban moril terhadap institusi keluarga yang diresmikannya. Bisa jadi, sertifikat kelulusan dari institusi-institusi seperti ini menjadi syarat pencatatan perkawinan oleh Negara melalui catatan sipil.

Gizi calon ibu, bukan semata-mata urusan pribadi perempuan – calon ibu. Itu menjadi bagian dari tanggungjawab keluarga besarnya sebelum dia menikah, tanggungjawab bersama suaminya saat menikah terutama saat kehamilan. Stunting juga dipengaruhi oleh defisist gizi bawaan ibu sejak usia muda. Mengatasi stunting untuk generasi mendatang berarti memenuhi kebutuhan setiap perempuan mulai dari saat ini.

Jika ingin bangsa ini maju, maka angkatlah harkat dan martabat perempuan lewat pendidikan yang memadai. Sebab mendidik satu perempuan sama halnya dengan mendidik sebuah keluarga. Termasuk pengetahuan atau pendidikan tentang kesehatan reproduksi. Mempersiapkan kehamilan, mengatur jarak kelahiran, pemenuhan gizi selama kehamilan, rutinitas control dan pemeriksaan kesehatan ibu hamil hingga kelahiran dan pasca melahirkan harus menjadi tanggung jawab seluruh keluarga.

Institusi-institusi kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat, posyandu-posyandu harus menjadi ujungtombak pelayanan kepada Ibu. Pelayanan kepada para Ibu ini menyangkut pendidikan sadar gizi keluarga, kesehatan reproduksi, menjaga kehamilan dan pengasuhan anak. Pada saat yang sama lembaga lain mustinya mengintervensi dengan pelatihan dan keterampilan usaha untuk mendorong kemandirian para Ibu.

Merubah mindset masyarakat tentang stunting juga harus menjadi gerakan bersama. Yang melibatkan semua institusi. Pelibatan semua institusi ini harus dilakukan secara massif dan sesering mungkin. Di setiap sekolah, di instansi-instansi pemerintah, di gereja-gereja dan mesjid-mesjid, pada setiap pertemuan di desa-desa, oleh semua orang. Semakin banyak orang terlibat, semakin sering proses pendidikan tentang stunting dilakukan, proses ini akan semakin cepat tertanam dalam pemikiran semua orang. Jika sudah tertanam dalam pemikiran tentu mendorong orang melakukannya lebih cepat.

Menggempur stunting di Flores Timur tidak boleh hanya sekedar menjadi formalitas acara di mana-mana. Atau bahkan sambil ‘syuting’ demi popularitas semu di media social. Atau barangkali demi memperoleh anggaran besar dari pemerintah pusat bermodalkan angka-angka stunting.

Memerangi stunting yang telah menjadi gerakan bersama, tentu akan menurunkan prosentase stunting (poin keempat deklarasi menggempur stunting). Apalagi jika gerkan ini dilakukan dengan kemandirian. Dengan seminimal mungkin diintervensi oleh pemerintah. Mendorong kemandirian dalam menurunkan angka stunting dengan mengambil sumber-sumber nutrisi terbaik dari pangan local.

Kemandirian untuk menghadirkan pangan local yang bergizi bagi keluarganya tentu sangat membantu pemerintah dari sisi anggaran. Sebab ketersediaan pangan local yang bergizi seimbang bagi seluruh keluarga tentu akan menghapus program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)  yang menelan anggaran Negara.

Pendidikan sadar gizi keluarga dan pelatihan keterampilan usaha menjadi pintu masuk paling penting untuk mencegah dan mengatasi stunting. Pemanfaatan sumber-sumber pangan local dan kombinasinya untuk menghadirkan gizi seimbang harus menjadi pengetahuan dasar para ibu.

Maka dalam konteks Flores Timur, memerang stunting harus dimulai dari SoLor. SOrgum dan keLOR sebagai pangan local yang sudah teruji kandungan nutrisinya harus menjadi bagian gerakan bersama ini.

Pembelajaran tentang stunting, berarti juga merubah cara pandang masyarakat tentang Sorgum (wata solot) dan Kelor (motong/merungge), Kacang Hijau (we’we’) dan Kacang Merah (utan). Pisang (muko), Kelapa (tapo) dan  Labu Kuning (be’si), Ubi Jalar (ke’woit), Jewawut (uwe’ hura) dan Singkong (uwe karo). Sumber-sumber nutrisi local terbaik ini adalah bagian dari gerakan bersama mengatasi stunting. Sekaligus memuliakan sumber-sumber pangan local. Pemuliaan sumber-sumber pangan lokal adalah gerakan menuju kedaulatan pangan. Mengempur stunting sekaligus mendorong kemandirian dan kedaulatan pangan.

Cara pandang yang baru mengenai stunting dan pengetahuan mengenai komposisi gizi terbaik yang bisa diperoleh dari sumber-sumber pangan local, pasti mendorong keluarga-keluarga untuk lebih sering mengkonsumsi makanan local. Bukan sekedar hanya karena itu tersedia di kebun, tapi dengan kesadaran untuk menanam di kebun-kebun guna mencukupi gizi keluarga. Kesadaran bersama untuk menanam dan mengkonsumsi lebih sering pangan local sumber nutrisi berarti memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

Ketika SoLor – Sorgum dan Kelor – serta pangan local lainnya,  sudah hadir di piring – piring setiap orang Flores Timur, setiap kali makan, itu berarti kita sudah menggempur stunting dan berdaulat di bidang pangan. (Foto : Maria Loretha. Ilustrasi Tambahan: Kopong Siba Paulus Tokan)

Sebarkan Artikel Ini:

7
Leave a Reply

avatar
7 Discussion threads
0 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
0 Comment authors
Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
trackback

[…] Stunting, ‘SoLor’, dan “Syuting” di Flores Timur, Dari SoLor – Menggempur Stunting men… […]

trackback

[…] Baca Juga: Stunting, ‘SoLor’, dan “Syuting” di Flores Timur, Dari SoLor – Menggempur Stunting men… […]

trackback

[…] Baca Juga: Stunting, ‘SoLor’, dan “Syuting” di Flores Timur, Dari SoLor – Menggempur Stunting m… […]

trackback

[…] Baca Juga: Stunting, ‘SoLor’, dan “Syuting” di Flores Timur, Dari SoLor – Menggempur Stunting men… […]

trackback

[…] Ayo Baca Juga: Stunting, ‘SoLor’, dan “Syuting” di Flores Timur, Dari SoLor – Menggempur Stunting men… […]

trackback

[…] Ayo Baca Juga: Stunting, ‘SoLor’, dan “Syuting” di Flores Timur, Dari SoLor – Menggempur Stunting men… […]

trackback

[…] Ayo Baca Juga: Stunting, ‘SoLor’, dan “Syuting” di Flores Timur, Dari SoLor – Menggempur Stunting men… […]