Mahasiswa Rentan Terhadap Cemas dan Stres. Ini Tiga Cara Mengatasi Menurut Harvard

Nasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Pada masa kuliah setelah lulus SMA, seorang mahasiswa sedang berada pada pertengahan hingga akhir masa remaja. Pada masa ini, biasanya hampir semua remaja berada dalam periode perkembangan yang disebut krisis identitas, di mana semua remaja mempertanyakan identitas sebelumnya, karena berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial dan nilai baru. 

Kondisi ini sudah menjadi pemicu kecemasan tersendiri pada mahasiswa. Kecemasan akan bertambah dipicu oleh tekanan banyaknya tugas kuliah yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan. Belum lagi  ditambah  hadirnya  mata kuliah yang tidak diminati dari gugus mata kuliah yang ditempuh, atau kehadiran dosen yang tidak disukai. 

Apalagi jika mahasiswa tersebut terbatas secara finansial sehingga ia terpaksa mengalami berbagai pengalaman  tidak menyenangkan, dibandingkan mahasiswa lainnya. Misalnya karena belum membayar uang kuliah, sebelum ujian ia harus menghadap pembantu rektor yang mengurusi keuangan, untuk memperoleh dispensasi mengikuti ujian. 

Baca juga :

Isu Kesehatan Mental Mahasiswa, Belum Menjadi Isu Penting Dalam Pengelolaan Universitas di Indonesia

Oleh karena itu, dapat dikatakan hampir semua mahasiswa pada waktu kuliah, mengalami kecemasan bahkan lebih dari itu, banyak mahasiswa  berjuang mengatasi stres dan depresi. Kondisi inilah yang menyebabkan universitas seperti Harvard aktif memberikan pendampingan kepada mahasiswa, baik melalui konseling maupun melalui pelayanan informasi. 

Dalam rangka pelayanan informasi, Harvard Medical School, merilis informasi tentang cara mengatasi kecemasan setelah American College Health Association (ACHA) pada tahun 2022 merilis hasil survei yang menyatakan 77 persen dari 54.000 mahasiswa mengalami gejala kecemasan, dan 35 persen didiagnosis mengalami kecemasan. 

Dokumen tersebut, memuat tiga langkah mencegah dan mengatasi kecemasan sebagai berikut, seperti dilansir pada laman detikedu. 

Dekati orang yang bisa membantu mengatasi masalah

Masalah yang dimaksud di sini adalah hal yang menjadi pemicu kecemasan, jadi bukan profesional yang membantu mahasiswa mengatasi kecemasan. Minta orang-orang yang bisa membantu untuk mengatasi masalah. Misalnya ada tugas yang sulit diselesaikan, maka dianjurkan untuk mengontak dosen atau asistennya untuk membantu menyelesaikan tugas. 

Baca juga :

Membumikan Tajuk Kesehatan Mental Melalui Media Sosial

Seringkali, karena sulit,  tugas tersebut ditunda untuk diselesaikan, padahal tugas baru terus berdatangan, baik dari mata kuliah yang sama maupun dari mata kuliah yang lain. Dengan menghubungi dosen atau asistennya untuk mendapatkan bantuan untuk menyelesaikan tugas tersebut, kecemasan dapat dicegah. 

Jika ada masalah lain, rumuskan masalahnya, jika tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut sendiri, hubungi orang yang dapat membantu dan segera selesaikan masalah tersebut, sebelum ada rasa cemas. 

Biasakan self-care pada diri sendiri

Mahasiswa biasanya jauh dari rumah. Oleh karena itu, banyak mahasiswa memiliki jadwal makan yang buruk. Sudah gitu, pada saat makan, yang dikonsumsi adalah makanan-makanan yang tidak sehat. Selain itu, tidak pernah olahraga dan tidur malam selalu larut malam. 

Baca juga : 

Menciptakan Lingkungan Yang Baik Bagi Ketahanan Mental

Oleh karena itu, mahasiswa dianjurkan untuk mulai self-care dengan disiplin diri yang lebih baik. Makan pada saat jam makan dan makan makanan yang sehat. Jadwalkan waktu untuk berolahraga secara rutin. Tidur dengan jam tidur yang cukup dan tidak larut malam. 

Disiplin merawat diri sendiri adalah cara penting mengatur suasana hati, mencegah dan mengatasi stres. Selain itu, lakukan aktivitas pada tempatnya masing-masing. Misalnya belajar di meja belajar, bukan di tempat tidur. Tidak minum minuman berkafein atau minum alkohol di malam hari untuk membantu tubuh bisa tidur nyenyak pada malam hari.  

Manfaatkan layanan yang ada di kampus 

Baik untuk tindakan pencegahan, maupun untuk mengatasi kecemasan, stres dan depresi mahasiswa, banyak kampus menyediakan layanan. Misalnya layanan untuk membantu mahasiswa menjalani masa transisi di awal kuliah. Cek layanan bimbingan akademik, layanan konseling, atau layanan kesehatan mental  mahasiswa yang disediakan kampus. 

Pengetahuan akan keberadaan layanan-layanan ini akan memudahkan mahasiswa ketika sungguh-sungguh mengalami kecemasan, stres, atau depresi, ia akan tahu melakukan tindakan apa dan ke mana. Jika sudah didiagnosa mengalami gangguan, entah kecemasan, stres atau depresi, manfaatkan layanan tersebut,

Baca juga :

Yoga Menjadi Kurikulum Sekolah di Kosovo

Itulah tiga hal yang dapat dilakukan untuk membantu mahasiswa mengatasi kecemasan, stres, bahkan depresi menurut Harvard selama mahasiswa menjalani kuliah, agar mahasiswa dapat terbebas dari masalah kesehatan mental, sehingga dapat menjalani proses belajar yang berkualitas. 

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto: ners.unair.ac.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of