Pola Asuh Overprotektif dan Dampaknya pada Tumbuh Kembang Anak

Budaya
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Semua orang tua memiliki naluri untuk melindungi anak. Ini adalah kecenderungan yang sangat wajar, yang pada dasarnya dibutuhkan oleh anak dalam pertumbuhan mereka. Namun jika anak dilindungi secara berlebihan, akan menghambat pertumbuhan tersebut.  

Tindakan melindungi anak secara berlebih ini oleh para psikolog disebut tindakan overprotective. Kata Pamela Li, penulis Turning Tantrums into Triumphs, orang tua overprotektif selalu terobsesi akan keselamatan dan kesuksesan anak mereka.

Namun tingkat perlindungan tersebut diberikan secara berlebihan, bahkan melebihi tingkat resiko yang mungkin terjadi. Orang tua mengambil alih semua masalah, menghilangkan semua rintangan, sehingga anak seperti ditempatkan dalam sebuah ruang kaca. 

Ciri-ciri orang tua yang overprotektif 

Apryl Duncan seorang penulis parenting di Verywell Family menggambarkan ciri-ciri orang tua yang overprotektif sebagai berikut:

  1. Serba mengatur dan menentukan

Salah satu ciri orang tua yang overprotektif adalah selalu mengatur, mengontrol semua hal dalam kehidupan anak. Orang tua yang berkuasa penuh memilih baju yang cocok, memilih makanan, hingga memilih les yang akan diikuti, ekstrakurikuler hingga memilih  jurusan.

Baca Juga:

Memahami Pola Asuh Strawberry Parents, Hingga Menghasilkan Strawberry Generation

Anak tidak diberikan kesempatan untuk berpendapat dalam proses memilih, apalagi memberi kesempatan pada anak untuk menentukan pilihannya. Pokoknya orang tua yang menjadi penentu, anak tinggal menjalani. 

  1. Memastikan keberhasilan anak dengan mengambil alih proses anak

Semua orang tua menginginkan keberhasilan anak. Namun orang tua yang overprotektif mengupayakan keberhasilan anak bukan dengan mendorong menjalani proses menuju keberhasilan, melainkan mengambil alih proses yang seharusnya dijalani anak. 

Baca juga :

Apa Dampak Pola Asuh Permisif Orang Tua Pada Anak, Ketika Anak Dewasa?

Oleh karena itu, anak meraih keberhasilan, tetapi anak sendiri tidak melakukan proses yang membuatnya berhasil. Dengan pengaruh orang tua, tanpa proses yang intens anak dinyatakan berhasil. 

  1. Tanggung jawab anak diambil alih

Ini biasanya terjadi karena orang tua, tidak tega melihat anak berproses sendiri sehingga mengalami kelelahan. Mereka bahkan berpikir bahwa kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit. 

Maka tanggung jawab yang seharusnya dilaksanakan oleh anak, diambil alih oleh orang tua, baik secara langsung maupun melalui orang lain. Orang tua seperti ini, tidak mengizinkan anaknya mengurus kamarnya sendiri,  mencuci piringnya sendiri sehabis makan. 

Jika anak bermasalah dengan orang lain, orang tua yang overprotektif pasang badan untuk menyelesaikan masalah tersebut, bukan mendorong anak untuk bertanggung jawab menyelesaikan masalah tersebut. 

  1. Sering melarang anak karena takut bahaya

Ciri lain dari orang tua yang overprotektif adalah banyak larangan bagi anak, karena takut anak mengalami kejadian yang membahayakan. Anak tidak dipercaya dapat melakukan segala sesuatu sendiri.  Oleh karena itu, anak menjadi tidak matang dan tidak mandiri. 

Baca Juga:

Pentingnya Empat Kebutuhan Dasar bagi Anak Usia Dini

Pengaruh buruk perilaku overprotektif  orang tua pada anak 

Perilaku orang tua sebagaimana digambarkan pada bagian sebelumnya berpengaruh pada pertumbuhan anak sebagai berikut:

  1. Menginterupsi tumbuh kembang anak

Dalam pertumbuhan anak pada masing-masing tahap perkembangan, ada tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh anak. Jika anak diproteksi secara berlebihan, anak tidak melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik. 

Baca juga : 

Pria Bergelar Doktor Ini Menganggur untuk Membalas Dendam pada Orang Tuanya?

Oleh karena itu tumbuh kembang anak akan mengalami interupsi. Misalnya untuk bisa berjalan, seorang anak harus belajar berjalan. Jika orang tua terlalu melindungi karena takut anak jatuh, maka anak tidak belajar jalan yang mengakibatkan anak tidak dapat berjalan meskipun usianya sudah matang. 

  1. Anak tidak mandiri dan tidak percaya diri

Sikap overprotektif  pada orang tua juga dapat menyebabkan anak tidak mandiri dan tidak percaya pada diri sendiri. Anak seperti ini akan mengalami banyak hambatan dalam bergaul. Anak seperti ini bahkan dapat menjadi sasaran bullying dari teman-temannya. 

Oleh karena itu akan mudah cemas ketika menghadapi hal yang baru, bahkan setiap pagi sebelum berangkat sekolah mungkin perlu proses tersendiri yang tidak mudah. Orang tua harus membujuknya. 

  1. Prestasi akademik cenderung buruk.

Belajar adalah peristiwa mental, yang hanya dapat dilakukan dengan baik oleh orang yang tidak punya hambatan. Jika anak cemas, jika anak tidak percaya diri, itu akan menjadi hambatan yang serius dalam berprestasi.

  1. Depresi

Dalam banyak kasus anak dengan gangguan-gangguan tersebut, juga mengalami depresi yang jika tidak ditangani dengan baik akan berakibat fatal bagi anak. Kasus bunuh diri mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan Unair belum lama ini ada kaitan dengan sikap protektif orang tua. 

Baca juga:

Bagaimana Orang Tua Mengantar Maudy Ayunda Meraih Segudang Prestasi?

Itulah uraian tentang ciri-ciri orang tua yang overprotektif dan dampak dari sikap overprotektif tersebut dalam tumbuh kembang anak. Intinya, sikap overprotektif itu sikap yang tidak baik ,oleh karena itu perlu diperbaiki. 

Bagi anak yang mengalami dampak buruk dari sikap overprotektif orang tuanya juga perlu didampingi agar arah tumbuh kembang yang salah dapat dikoreksi. Baik orang tua maupun anak, dua-duanya membutuhkan bantuan Ahli; Konselor,  Psikolog ataupun Psikiater. 

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto: kanya.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of