Ini Temuan Terakhir Ilmuwan tentang Dampak Pandemi bagi Perkembangan Otak Remaja

Budaya
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Pandemi covid-19, tidak hanya merupakan masalah kesehatan fisik, tetapi juga menyebabkan masalah kesehatan mental, baik sebagai sebab langsung maupun sebagai sebab tidak langsung.

Sebagai sebab tidak langsung misalnya, banyak orang mengalami stress dan depresi karena orang-orang yang menjadi tulang punggung dalam keluarga mereka meninggal akibat terinfeksi virus covid-19.

Sedangkan sebagai sebab langsung misalnya, situasi yang disebabkan oleh kebijakan lock-down, menyebabkan banyak orang stress bahkan depresi.

Misalnya stress atau depresi karena harus tetap bekerja tetapi bekerja dari rumah. Oleh karena itu harus mengadaptasi cara kerja yang baru berbasis teknologi informasi, padahal sebelumnya teknologi tersebut tidak dikuasai.

Baca Juga:

Kandungan Gizi Enam Makanan Ini Sangat Diperlukan untuk Pembentukan Otak dan Meningkatkan Kecerdasan

Namun bagi remaja, dampaknya ternyata lebih dari gambaran tersebut. Sebuah studi yang dipublikasikan melalui jurnal Biological Psychiatry : Global Open Science menemukan hal yang berbeda.

Awalnya studi tersebut bertujuan untuk menilai perbedaan gender dalam tingkat depresi. Untuk tujuan tersebut, para ilmuwan melakukan pemindaian otak MRI yang dilakukan dalam waktu dua tahun di San Francisco Bay Area.

Tahun 2016, tim ilmuwan melakukan pemindaian otak dari 82 remaja yang diambil antara November 2016 dan November 2019, sebelum pandemi.

Sebagai kelanjutan dari rencana penelitian tersebut, tim peneliti melakukan pemindaian kembali pada 82 remaja yang sama, antara Oktober 2020 dan Maret 2022.

Data yang diperoleh dalam dua pemindaian terakhir kemudian dibandingkan dengan hasil pemindaian sebelum pandemi. Para ilmuwan menemukan hasil yang sangat berbeda, pada dua pemindaian terakhir selama pandemi.

Baca juga : 

Mencegah Stunting Sekaligus Pewarisan Nilai Lewat Posyandu Remaja

Otak remaja, hasil pemindaian selama pandemi, menunjukkan kondisi fisik yang tidak ditemukan di hasil pemindaian otak sebelum pandemi, tahun 2016 dan 2019.

Hasil pemindaian otak pasca pandemi menunjukkan berkurangnya ketebalan di cortex. Cortex adalah bagian otak yang mengontrol fungsi eksekutif atau fungsi otak dalam melakukan tugas merencanakan, memperhatikan, bernalar.

Selain itu, pada bagian amigdala dan hippocampus yang menunjukkan pertumbuhan. Amigdala adalah bagian pada otak yang mengatur rasa takut dan stress. Sedangkan hippocampus adalah bagian pada otak  yang mengontrol akses pada ingatan.

Baca juga : 

5 Dampak Buruk Sering Membentak dan Meneriaki Anak

Para ilmuwan ini melaporkan bahwa penipisan cortex dan pertumbuhan amigdala serta hippocampus ini biasanya khas terjadi pada individu yang sudah tua, atau pada anak yang mengalami penderitaan dan kesulitan di masa kanak-kanak.

Selain perubahan fisik pada otak, para peneliti juga  melaporkan, terdapat banyak masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, stres dan depresi pada kelompok responden ini.

Para ilmuwan ini mengaitkan perubahan tersebut dengan proses lock-down yang dialami oleh para remaja, kelompok responden tersebut. Mereka menyimpulkan proses lock-down menyebabkan kecemasan, stress, bahkan depresi yang mempercepat penuaan otak yang menguatirkan.

Kini, yang masih menjadi pertanyaan bagi kelompok ilmuwan ini adalah, apakah perubahan tersebut akan menyebabkan masalah kesehatan mental yang buruk di kemudian hari?

Baca Juga:

Kekerasan Pada Anak Melonjak Selama Masa Pandemi Covid-19, Apa Dampaknya Pada Anak?

Oleh karena itu, para ilmuwan tersebut berencana untuk meneruskan penelitian secara longitudinal, untuk mengamati apakah perubahan tersebut berdampak permanen bagi kesehatan mental mereka.

Selain itu, jika kondisi ini dianggap patologis, apakah diperlukan proses therapy? Pertanyaan lanjutannya, jika perlu, proses therapy-nya akan seperti apa? Ini adalah tantangan bagi konselor, psikolog, dan psikiater pasca pandemi.

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tyangkan kembanli dengan izin dari penulis / Foto: kompasiana.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of