Eposdigi.com – Pola asuh orang tua pada anak sangat dipengaruhi oleh kepribadian orang tua. Ada orang tua yang pola asuhnya sangat demokratis. Sementara orang tua lainnya menerapkan pola asuh permisif, dan ada pula orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter.
Pada era komunikasi dan informasi saat ini, sangat dianjurkan untuk menerapkan pola asuh yang demokratis karena anak memiliki kemampuan yang sama dengan orang tuanya dalam mengakses informasi. Sehingga yang diperlukan adalah dialog, bukan dikte, bukan perintah.
Orang tua pun sudah harus meninggalkan pola asuh yang bersifat otoriter dalam pendampingan anak, karena sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Demikian juga pola asuh permisif. Karena meskipun anak tidak dapat lagi didikte, orang tua pun tidak dapat membiarkan anak tanpa pendampingan.
Namun karena pola asuh orang tua sangat dipengaruhi oleh kepribadian, dan pola asuh yang dialami orang tua ketika menjadi anak, maka banyak oarang tua masih menerapkan baik pola asuh yang otoriter maupun pola asuh yang permisif.
Baca Juga:
Apa Dampak Pola Asuh Permisif Orang Tua Pada Anak, Ketika Anak Dewasa?
Belakangan ini, muncul diskusi di kalangan para ahli psikologi dan ahli pendidikan tentang istilah strawberry parents yang berkaitan dengan pola asuh permisif yang diterapkan banyak orang tua dalam pendidikan anak. Pola asuh ini ternyata berdampak buruk pada pertumbuhan anak.
Para ahli psikologi dan ahli pendidikan meyakini bahwa pola asuh permisif yang diterapkan oleh para strawberry parents diyakini sebagai biang keladi munculnya strawberry generation. Generasi baru yang rapuh dan lunak seperti stroberi. Mereka adalah generasi yang kreatif tetapi gampang sakit hati dan mudah menyerah.
Padahal pengalaman peradaban membuktikan bahwa, memiliki kreativitas saja tidak cukup. Kreativitas harus diwujudkan dalam barang atau jasa sehingga lebih membawa manfaat bagi kemanusiaan. Dan itu memerlukan benturan, kerja keras, daya tahan dan perjuangan.
Pola didik strawberry parents
Munculnya strawberry generation adalah akibat langsung dari pola didik para strawberry parents yang serba memanjakan anak, karena berbagai motivasi dan latar belakang. Anak diberi berbagai kemudahan dan fasilitas sebelum anak membutuhkannya.
Baca juga:
Pola Asuh Toxic Ini Harus Dihindari Orang Tua Agar Tumbuh Rasa Percaya Diri pada Anak
Orang tua lebih sering mengikuti apa yang anak mau. Anak tidak diarahkan. Anak tidak diajarkan untuk menunda pemenuhan keinginan karena semua kemauan anak dapat dipenuhi. Bahkan komunikasi yang terbuka dan mendalam dengan anak jarang dilakukan.
Dalam hidup sosial, anak tumbuh dalam lingkungan yang menerapkan aturan, tapi orang tua tidak mengenalkan anak pada aturan. Jika anak melanggar aturan, orang tua meminta orang lain memaklumi. Anak tidak dihukum sebagai konsekuensi perbuatannya, Anak tidak didampingi untuk belajar bertanggung jawab.
Oleh karena itu anak seperti hidup di dunianya sendiri. Anak mencoba berbagai hal semaunya dia. Jika ada kesalahan orang tuanya mengambil alih konsekuensinya. Jika anak melakukan dengan baik, orang tua memujinya secara berlebihan. Anak dianggap paling hebat. Anak memang menjadi kreatif namun ego individu lebih bertumbuh dari pada ego sosialnya.
Baca Juga:
Dengan bertambahnya usia, lingkup pergaulan dan area hidupnya semakin luas, tuntutan akan tanggungjawab sosial dengan tekanan sosial yang semakin tinggi, anak menjadi susah menghadapi tekanan berat dan mudah kecewa.
Selain itu, anak juga mudah emosi, mudah tersinggung, mudah sakit hati karena perlakuan orang lain. Anak jadi sulit mengontrol emosi, karena pada tahap sebelumnya semua yang dimaui anak boleh dilakukan. Anak tidak pernah belajar menahan diri.
Akibatnya, hubungan sosialnya dengan orang lain, tidak pernah harmonis. Mereka menjadi gampang galau, gampang mengeluh tentang orang lain, termasuk melalui media sosial. Anak tidak mampu bertahan dalam sistuasi sulit dan mudah hancur seperti strobery.
Itulah strawberry generation hasil dari pola asuh strawberry parents karena pola asuh permisif pada saat pertumbuhan anak, sejak masa bayi, kanak-kanak hingga mesa remaja dan dewasa awal. Saat ini, situasinya mengharuskan orang tua menerapkan pola asuh yang demokratis dalam pendidkan anak.
Tulisan ini sebelumnya tayang di www.depoedu.com / Foto: mediaciptaprestasi.com
Leave a Reply