Pola Asuh Toxic Ini Harus Dihindari Orang Tua Agar Tumbuh Rasa Percaya Diri pada Anak

Budaya
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Setiap anak individual. Oleh karena itu berbeda dengan anak yang lain, bahkan jika anak yang lain tersebut adalah saudara sekandung atau bahkan saudara kembar.

Untuk dapat memberi perlakuan yang tepat pada anak, apalagi mendidik anak tersebut dengan baik, orang tua tidak hanya perlu mengenal anak tersebut, menerima anak apa adanya, tetapi juga perlu memiliki wawasan tentang psikologi manusia dan psikologi pendidikan.

Ini hanya mungkin terjadi jika sebagai pribadi, orang tua tersebut cukup matang, sehingga tindakan yang ia lakukan benar-benar mempertimbangkan sang anak, demi kebaikan anak, dan bukan demi nama baik orang tua.

Jika wawasan orang tua tidak mendalam, tentang manusia dan pendidikan, jika sebagai pribadi orang tua tidak matang, ada banyak tindakan orang tua yang seolah-olah untuk anak, namun sebetulnya hanya untuk nama baik orang tua.

Baca Juga:

Bagaimana Orang Tua Mengantar Maudy Ayunda Meraih Segudang Prestasi?

Oleh karena itu, dari orang tua seperti itu muncul banyak tindakan yang toxic terhadap anak, yang dampaknya justru buruk pada pertumbuhan kepribadian anak.

Berikut ini lima tindakan toxic dari orang tua yang perlu dihindari, agar anak dapat tumbuh lebih sehat sebagai pribadi, seperti dilansir pada akun instagram Kemendikbudristek sebagai berikut.

  1. Disiplin secara berlebihan

Mendidik disiplin pada anak memang diperlukan agar anak dapat tumbuh di tengah tawaran dan pengaruh lingkungan hidup anak.

Baca Juga :

5 Dampak Buruk Sering Membentak dan Meneriaki Anak

Namun penerapan disiplin harus terukur, sesuai dengan kondisi anak, termasuk kebutuhan anak. Penerapan disiplin bukan demi nama baik orang tua.

Bahkan para ahli pendidikan mengatakan, penerapan disiplin secara berlebihan tanpa mempertimbangkan kebutuhan anak, dapat menggangu pertumbuhan rasa percaya diri anak.

  1. Tindakan overprotective

Selain disiplin yang berlebihan, orang tua juga perlu menghindar dari tindakan overprotective. Anak dijaga habis-habisan. Tidak boleh melakukan ini, tidak boleh melakukan itu. Hanya supaya orang tua tidak terganggu dan anak tetap aman.

Padahal para psikolog mengatakan bahwa, tindakan overprotective membatasi dan menghambat anak untuk keluar dari zona nyamannya, agar anak belajar mengambil resiko, dan belajar menghadapi tantangan.

Baca Juga:

Gordon Ramsay : “Antara Memenuhi Keinginan atau Kebutuhan Anak”

Ini sangat diperlukan anak, untuk pertumbuhan kepribadiannya. Anak sangat memerlukan pengalaman mengambil tindakan sendiri, dengan resiko yang terukur.

  1. Membandingkan anak dengan anak lain

Orang tua sering tanpa sadar, membandingkan seorang anak dengan anak yang lain. Padahal sebagai anak yang individual, mereka memang berbeda.

Bagi anak, tindakan orang tua membandingkan dengan anak yang lain adalah tindakan penolakan, bukan penerimaan terhadap anak apa adanya. Selain itu, tindakan orang tua membandingkan, membuat anak juga terlukai.

  1. Memarahi anak di depan orang lain

Karena tidak sabar, orang tua memarahi anaknya di depan orang lain. Atau kadang-kadang hanya untuk menunjukkan citra tegas di mata orang lain.

Baca Juga :

Toxic Femininity Juga Bisa “Membunuh”

Tindakan ini selain membuat anak merasa sedih dan terluka, juga akan membuat anak merasa tidak dipahami. Oleh karena itu, anak kehilangan kepercayaan pada orang tua.

  1. Tidak mendengarkan anak

Ketika orang tua tidak mendengarkan cerita, kata-kata, apalagi permohonan anak, anak merasa seperti diusir, bahkan anak merasa tidak dianggap ada.

Padahal mendengarkan harusnya merupakan langkah awal bagi anak untuk membuka diri kepada orang tua. Membuka diri pada orang tua langka awal untuk menjalin kedekatan dengan anak.

Demikianlah lima pola asuh yang toxic ini   sangat banyak dan mudah terjadi dalam hubungan antara orang tua dengan anak. Ini menunjukkan ketidakmatangan banyak orang tua sebagai pribadi, dalam hubungan dengan anaknya.

Ketidakmatangan ini menyebabkan orang tua yang seharusnya bertugas menumbuhkan anak malah menginterupsi bahkan merusak pertumbuhan anak. Kita harus belajar berubah, agar anak-anak kita bisa tumbuh bersama kita.

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto dari okezone.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of