Budaya Politik Baru Berkearifan Lamaholot untuk Ketangguhan Peradaban

Kearifan Lokal
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Hari ini, di awal tahun 2023 ini, kita berkumpul di tempat ini dalam acara Natal-Tahun Baru Bersama dan Epu Rebun Politik Adonara. Dalam tema “Budaya Politik Baru Berkearifan Lamaholot untuk Ketangguhan Peradaban”, kita hendak melakukan beberapa hal.

Pertama, kita hendak mengenali perilaku-perilaku politik kita, nulu walen politik kita, yang pasti dibimbing atau dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dan nilai-nilai tertentu, kemudian merefleksikan dan menetapkan, mana perilaku-perilaku politik yang kita anggap baik dan patut dipertahankan (nulu walen melan senaren), dan mana perilaku-perilaku politik yang tidak baik (nulu walen medhon daten) yang harus kita tinggalkan.

Kedua, melalui forum EPU REBUN ini kita juga hendak mengenali kearifan-kearifan Lamaholot, berbentuk tradisi, pandangan dan nilai-nilai, yang berlaku atau yang selama ini mempengaruhi perilaku politik kita, kemudian merefleksikan dan menetapkan, mana kearifan-kearifan yang positif yang harus diperkuat penerapannya, mana “kearifan-kearifan yang negatif” yang perlu dihindari, dan mana kearifan-kearifan yang harus diterapkan secara hati-hati dan terukur.

Ketiga, kita juga hendak mengkonstruksi apa yang kita sebut sebagai BUDAYA POLITIK BARU BERKEARIFAN LAMAHOLOT, dengan meramu secara cerdas kearifan-kearifan universal tentang hal-hal yang baik dalam dunia politik dan kearifan-kearifan Lamaholot yang pada aslinya berlaku di aspek kehidupan lain, tetapi yang relevan dan berguna untuk diterapkan dalam dunia politik bagi kebaikan politik itu sendiri.

Baca Juga:

Desa Berkearifan Adat: Menuju 3 Batu Tungku yang Saling Menggenapi (Penutup)

Keempat, kita juga hendak melihat dan menanamkan kesadaran tentang hubungan antara budaya politik dan kemajuan peradaban; bahwa budaya politik baik menyumbang secara positif kemajuan peradaban, dan budaya politik yang kurang baik menutup jalan bagi perkembangan positif peradaban.

Kelima, melalui forum EPU REBUN ini kita juga hendak mendefinisikan kepentingan ADONARA secara baik, yakni mendefinisikan kepentingan Adonara dalam kerangka BUDAYA POLITIK BARU BERKEARIFAN LAMAHOLOT tersebut, agar tidak mengarah kepada primordialisme sempit, melainkan berorientasi pada kepentingan yang wajar, sehat, dan terukur dalam kerangka kepentingan yang lebih besar, baik kepentingan Flores Timur secara keseluruhan, maupun kepentingan NTT, Indonesia, dan dunia.

Perilaku Politik Aktual

Tentang perilaku politik aktual yang perlu kita refleksikan, tanpa pretensi (atau maksud) untuk membuat kesimpulan yang ilmiah, kami melihat beberapa perilaku di bawah ini yang perlu kita kenali dan diskusikan. Ada perilaku bermasalah, ada perilaku yang perlu dibenahi, dan ada perilaku yang sudah positif.

Kita mulai dengan perilaku politik bermasalah, yang harus kita persoalkan, untuk perlu diperbaharui:

      1. Politik transaksional Gejala politik transaksional, atau tepatnya perilaku politik transaksional, relatif umum dapat kita kenali di sejumlah ruang interaksi politik.

Kita mengenal istilah mahar politik, politik uang (jual beli suara). Perilaku politik ini tentu sangat bermasalah. Perlu kita benahi. Kita harus menggantikannya dengan politik yang lebih menggambarkan rasa kemartabatan kita.

Baca Juga:

Menanti Tangan Dingin Para Kepala Desa

  1. Politik disinformasi (ope aka)

Perilaku politik ini juga tentu bermasalah. Tidak hanya baru menggejala sekarang, tetapi sudah lama, yang membuat politik dipelesetkan menjadi pelitik dalam pengertiannya yang sangat buruk. Kita harus menggantikannya dengan politik yang menggambarkan watak asli kejujuran kita. Politik kelohon.

Kita boleh mengerti bahwa di politik ada taktik, di samping strategi. Dan taktik ini banyak kali diterjemahkan sebagai tipu-menipu, ope aka.

Tapi politik tidak selalu harus seperti itu. Hari ini kita mesti menegaskan bahwa politik dan taktik politik sebagai tipu-menipu adalah hal yang sudah semestinya kita tolak. Bahwa orang tidak harus memenangkan suatu kontestasi politik dengan tipu-tipu.

Sebaliknya, seseorang dapat memenangkan kontestasi politik dengan kejujuran: jujur dalam menyampaikan niat dan program-program politik, jujur dalam menyampaikan peta politik, jujur dalam mengambil langkah-langkah politik, jujur dalam tutur kata politik.

Orang Lamaholot itu kelohon. Jujur. Kebaikan Lamaholot ini tidak harus ditiadakan atas nama politik.

  1. Politik Isi Tas

Perilaku politik berikut yang juga bermasalah adalah Politik Isi Tas. Fakta dari beberapa perhelatan politik, banyak yang terkooptasi dalam pikiran bahwa kepemilikan kita pada sumber daya finansial berlebihan menentukan kemenangan politik.

Dan bahwa tingginya status ekonomi seseorang memberikan jaminan yang lebih besar bahwa orang tersebut tidak korup di masa depan. Fakta menunjukkan, orang kaya yang masuk ke pemerintahan juga korupsi.

Baca Juga:

Ai Benga Olha dan Kritik Sosial

Maka pandangan politik yang ke-3 mengagungkan isi tas perlu kita benahi. Kepemimpinan dan perwakilan politik bukan soal kekayaan material. Tetapi kekayaan budi dan pikiran. Integritas dan kapabilitas.

  1. Politik Emosional Pikir Pendek dan Primordial

Primordialisme sempit kewilayahan tanpa pertimbangan rasional menggeja juga sebagai perilaku sebagian orang. Ini tentu harus pula kita anggap sebagai perilaku politik bermasalah, karena mengurangi peluang untuk menghasilkan kepemimpinan dan keterwakilan politik yang baik.

Unit-unit kewilayahan yang kecil membentuk primordialisme mereka yang menyulitkan kita membentuk kebersamaan yang lebih produktif.

Ego-ego kewilayahan masih menggejala, yang tragisnya dapat membuat kita menjadi buta dalam menilai kompetensi dan kinerja seorang pemimpin atau calon pemimpin.

  1. Politik remeh temeh (vs Politik Visioner Peradaban)

Politik kita juga masih diwarnai oleh “keramaian” dalam memperebutkan kucurankucuran bantuan kecil, yang diberikan hanya untuk menjaga konstituensi, dan bukan untuk mengembangkan kemandirian.

Interaksi politik dalam memberi dan menerima kucuran bantuan seperti itu kemudian seolah menjadi urusan utama politik, bahkan satu-satunya urusan, sementara urusan memperbesar kue pembangunan dan mengalokasikan secara cerdas untuk kemaslahatan keseluruhan warga terabaikan dalam urusan politik.  Merebo-merampa, upek gelapin dalam urusan ini kemudian menyita keseluruhan waktu produktif kita.

Baca Juga:

Birokrasi Bersih Melayani

Selain perilaku politik bermasalah tersebut, ada juga perilaku politik baik, yang kalau tidak dijaga akan mudah diambil untung untuk sesuatu yang buruk.

Sebut saja matematika budi. Orang Lamaholot sangat mengingat budi adat seseorang. Budi adat ini bahkan diadministrasikan dengan rapi untuk harus dibalas pada suatu waktu. Di dalam politik, “kebaikan” ini dapat disalahgunakan.

Seorang politisi korup atau politisi buruk dapat memanfaatkan kebaikan ini dengan membagi “budi” berbentuk apa saja, entah uang – entah materi, untuk mendapat dukungan politik.

Kebaikan lain berbentuk “lewotana pithan menukan” juga dapat disalahgunakan untuk pencitraan, seolah penerimaan Lewo untuk siapapun juga yang datang untuk meminta restu, merupakan dukungan praktis untuk suatu kontestasi politik.

Di luar perilaku politik dalam dua kategori di atas, yakni perilaku bermasalah dan “kebaikan” yang perlu dijaga agar tidak disalahgunakan, pada dasarnya secara teori budaya politik kita mengalami perkembangan yang baik.

Partisipasi kita berbentuk pemberian suara pada pemilihan umum sangat tinggi. Demikian pula budaya musyawarah sebagai unsur penting demokrasi juga sudah dilembagakan dengan baik melalui berbagai lembaga dan sistem permusyawaratan. Bersambung…..

Tulisan ini merupakan Orasi Pembuka pada acara NATAL – TAHUN BARU BERSAMA DAN EPU REBUN POLITIK ADONARA, yang diselenggarakan oleh Forum Epu Rebun Adonara (fERA), di Lamapaha, Kelubagolit, Adonara; 3 Januari 2023.

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of