Tulisan ini merupakan lanjutran dari tulisan yang tayang hari kemarin. Menjadi satu bagian dari Orasi “Budaya Politik Baru Berkearifan Lamaholot untuk Ketangguhan Peradaban.
Eposdigi.com – Lamaholot mempunyai banyak kearifan, berbentuk tradisi dan nilai-nilai, yang dapat mengisi dan memperkuat perkembangan suatu budaya politik.
1. Gelekat
Jika di Barat, dan dalam ajaran sosial gereja, dikenal istilah bonum commune (kebaikan bersama) sebagai tujuan dan orientasi yang harus dicapai dari setiap kegiatan politik, maka kita bersyukur, kita Lamaholot mempunyai padanan yang serasi: GELEKAT.
Gelekat merupakan Pengabdian diri seseorang untuk kebaikan bersama. Makna pengabdian di balik istilah gelekat bersifat mulia. Gelekat itu tidak kalkulatif, menghitung berapa bayaran suara yang bisa saya dapat dari suatu kegiatan gelekat.
2. Gemohing
Gemohing adalah juga modalitas kebudayaan kita, modalitas politik kita. Kita tahu, dengan gemohing banyak pekerjaan pertanian kita diringankan. Banyak urusan lewotana tertangani. Relevansi dan kegunaan gemohing dalam dunia politik tentu sangat besar.
Baca Juga:
Budaya Politik Baru Berkearifan Lamaholot untuk Ketangguhan Peradaban
Pertama, gemohing pikiran sangat berguna dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintahan yang baik membuka ruang bagi partisipasi pemikiran banyak orang. Dan gagasan-gagasan terbaik dapat disaring dari sana.
Kedua, gemohing tenaga. Jika saling kepercayaan sudah tumbuh, maka proses politik dalam suatu kontestasi dapat lebih ringan secara biaya, karena banyak orang menyumbang tenaga dengan sukarela.
3. Epu Rebun, dasar-dasar musyawarah
Musyawarah adalah jantungnya demokrasi. Demokrasi lahir dari keinginan rakyat agar suaranya didengar. Epu Rebun sebagai bagian dari tradisi budaya Lamaholot dapat kita revitalisasi untuk menopang perkembangan budaya politik yang lebih baik.
4. Keloho Helo Rera Wulan Galan, Dasar Integritas
Kebenaran dan kejujuran aslinya adalah watak-watak utama orang Lamaholot, yang mendefinisikan siapa orang Lamaholot, siapa orang Adonara. Kelurusan hidup adalah kita.
Siapa yang bengkok dan tidak lurus hidupnya akan terluka di medan laga, demikian keyakinan tradisional kita. Ketika keyakinan ini diceritakan oleh orang-orang tua ke kita, kita tidak hanya menanamkannya untuk menerapkan dalam urusan perang tradisional.
Karena sesungguhnya perang itu pun tidak ada lagi. Tetapi untuk diterapkan dalam keseluruhan urusan hidup kita, di segala aspek. Kita bekerja dengan penuh kejujuran, kita bekerja dalam kelurusan.
5. Keru Baki, Perekat Dasar
Demokratisasi yang merasuk masuk sampai ke kelompok-kelompok sosial terkecil,
bahkan sampai ke unit terkecil keluarga, memang tak bisa dihindari.
Pertemanan, persaudaraan, dan kekeluargaan tradisional juga mulai terancam ikatannya. Maka semangat keru baki sesama Lamaholot menjadi modal penting untuk menjaga hubungan-hubungan pertemanan, persaudaraan, dan kekeluargaan tradisional. Perbedaan-perbedaan politik sudah perlu dianggap sebagai hal yang wajar, tetapi persaudaraan keru baki tetap perlu dijaga dalam relasi-relasi sosial.
Apa Hubungan Korupsi Dana Desa Dengan Pendidikan Politik Warga Desa?
Di samping itu ada Mela Sare sebagai semacam “sakramen” rekonsiliasi, prinsip “lewotana pithan menukan” sebagai kesantunan dasar, prinsip Ata Diken sebagai moralitas dasar, hulen tada sebagai insting evaluatif penting, dan dopi kepo sebagai etos perjuangan. Bersambung…
Orasi Pembuka pada acara NATAL – TAHUN BARU BERSAMA DAN EPU REBUN POLITIK ADONARA, yang diselenggarakan oleh Forum Epu Rebun Adonara (fERA), di Lamapaha, Kelubagolit, Adonara; 3 Januari 2022 / Kata dalam kurung pada judul di atas ditambahkan.
Leave a Reply