Agusalim Bebe Kewa: Guru Kampung Menembus Batas

Tokoh
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Madrasah Reform adalah sebuah tawaran yang diluncurkan oleh Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan madrasah di seluruh Indonesia.

Program ini dianggarkan selama lima tahun mulai dari 2020 hingga 2024 tahun mendatang dengan menggunakan dana bantuan dari Bank Dunia.

Program yang diluncurkan sejak Oktober 2020 lalu ini, dengan nama resmi Reform Realizing Education’s Promise and Madrasah Education Quality Reform (REP – MEQR) ini memiliki 4 pilar komponen.

Baca Juga:

Indonesia Tersungkur dalam Data PISA, Masihkah Kita Bertahan di Jalur yang Keliru?

Pertama penerapan sistem Rencana Kerja dan Anggaran Madrasah berbasis Elektronik (e-RKAM) dan pemberian bantuan untuk madrasah. Pilar kedua, penerapan sistem penilaian hasil belajar di tingkat Madrasah secara nasional.

Pilar ketiga adalah kebijakan dan pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru kepala madrasah dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan kompetensi mereka serta pilar keempat adalah penguatan sistem untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan.

Salah satu kegiatan untuk mendukung pilar kedua penerapan sistem penilaian hasil belajar di tingkat madrasah adalah diselenggarakannya Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI).

Kegiatan penilaian secara komprehensif untuk menilai kelebihan dan kelemahan siswa yang menyangkut literasi membaca, literasi numerasi, literasi sains dan literasi sosial budaya, juga termasuk didalamnya adalah survei karakter.

Baca Juga:

Mengapa Peringkat Literasi Kita Nyungsep?

Pentingnya kegiatan asesmen ini, disambut serius oleh Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama. Salah satunya adalah dengan melatih dan mempersiapkan para guru Madrasah sebagai penulis soal tingkat nasional untuk mempersiapkan asesmen.

Adalah Agusalim Bebe Kewa, S.T. Setelah melewati ribuan peserta dari seluruh Indonesia, Ustadz Azam, demikian ia biasa disapa, menjadi salah satu dari 45 guru dari seluruh Indonesia, terpilih sebagai penulis soal  untuk literasi numerasi  tingkat nasional.

Agusalim Bebe Kewa, S.T – Guru MTsN 4 Flores Timur – Witihama di Pulau Adonara- Kabupaten Flores Timur – NTT, memberi sambutan dan memperkenalkan diri sebagai perwakilan dari NTT

“Ternyata guru kampung seperti kami, tidak mudah melewati begitu banyak penilaian. Baik penilaian akademik, hingga psikotes untuk bisa sampai pada tahap ini,” kata Ustadz Azam.

Diceritakan Ustadz Azam,  tahapan yang ia lalui tidak sederhana. Dari ribuan pelamar, melewati tahapan demi tahapan seleksi ia akhirnya bisa menebus hingga 45 besar tingkat nasional.

Jika dihitung, kata ustadz Azam, kurang lebih 4   tahap sebelum psikotes. Tahap pertama hingga empat tahap berikutnya adalah semacam tahapan eliminasi.

Dari kurang lebih lima ribuan peserta dari tahap pertama, setelah melewati proses tes akademik, selanjutnya ada semacam evaluasi untuk membahas dan mempersiapkan tes pada tahap berikutnya.

Tes demi tes dan tahapan demi tahapan dilewati dengan berbagai persiapan dan evaluasi hingga. Dari lima ribuan pelamar pada tahap pertama, yang lolos ketahap kedua tersisa tiga ribuan peserta. selanjutnya hingga tahapan psikotes yang memilih 45 orang untuk penulis soal bidang literasi numerasi tingkat nasional.

Baca Juga:

Berliterasi Di Taman Baca Waibalun

Tahapan demi tahapan yang tidak mudah namun berhasil dilalui, menegaskan bahwa apa yang telah dicapai Agusalim Bebe Kewa patut diapresiasi. Berasal dari sebuah madrasah nun jauh di kampung Witihama – Adonara Timur – Kabupaten Flores Timur NTT, ia bersama dua teman lainnya mewakili NTT menggenapi guru hebat lainnya menjadi penulis soal untuk literasi numerasi.

Didukung Penuh oleh Sekolah.

Sejak tahun lalu, tehapan-tahapan kegiatan itu sudah diselenggarakan. Tahun lalu tahapan-tahapan dan  beberapa pertemuan dilakukan secara online, menyesuaikan diri dengan kebiasan baru pandemi Covid-19.

Kini, tahapan-tahapan kegitan persiapan asesmen saat ini sedang berlangsung secara ofline. Saat ini ada tiga kali kesempatan pelatihan yang sudah diikuti Ustadz Azam. Pertemuan pertama di Malang, ke dua di Jakarta, dan kegiatan ketiga baru saja berakhir diselenggarakan di  Bogor.

Padatnya kegiatan tingkat nasional ini, mau tidak mau, membuat Ustadz Azam sering meninggalkan sekolah. Namun, kata dia, sekolah mendukung penuh pencapaian Ustadz  Azam.

Baca Juga:

Perkembangan Teknologi, Godaan Salin Rekat, dan Literasi Kita

Kepala MTsN 4 Flores Timur – Witihama, Karim Kopong Keda, S.Pd., saat dikonfirmasi mengatakan bahwa sekolah merasa bangga akan pencapaian Ustadz Azam. Karena itu maka sekolah mendukung penuh semua kegiatan yang diikuti olehnya.

“Kami bangga atas pencapaian Ustadz Azam, ini tentu mengharumkan nama sekolah, Lewotanah Witihama – Adonara. Karena itu kami mendukung penuh apa yang dicapai Ustadz Azam,” kata Karim Kopong.

Dukungan dan Doa Orang Tua

Tidak hanya dukungan dari sekolah, Ustadz Azam menyadari sungguh dukungan orang tua. Pencapaian Ustadz Azam adalah berkat doa kedua orang tua. Dalam suasana batin Ata Diken Lamaholot, dukungan orang tua adalah juga doa dari para leluhur Lewotanah.

Ata Diken Lamaholot percaya bahwa pendidikan adalah “deket”. “Deket nolhon dopi noon gala, Deket Murine Tulis – Baca.” Sebuah kekuatan adiluhung masyarakat Lamaholot.

Baca juga:

Koda dan Integritas Ata Lamaholot

Dari NTT, untuk literasi numerasi, diwakili tiga orang guru hebat.

Pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh Ustadz Azam  tentu berdampak langsung meningkatkan kualitas sekolah-sekolah, bukan hanya yang berada dalam naungan Kementerian Agama, namun dunia pendidikan secara umum di NTT, di Flores Timur, di Adonara terutama di MTsN 4 Flores Timur – Witihama.

Patut disayangkan, kesempatan baik ini tidak banyak disambut antusias oleh banyak guru madrasa di NTT. Dari empat literasi, hanya literasi numerasi yang berhasil mengirimkan wakil ke tingkat nasional.

Bersama Agusalim Bebe Kewa, Ustadzah Laily dari MTs Muhammadiyah Wuring – Kabupaten Sikka dan Ustadzah Nur Cholifatur Rojidah, dari MIN 1 Sikka. Yang menarik bahwa kedua ibu guru hebat ini adalah kakak beradik kandung.

Tiga Perwakilan dari NTT untuk Penulis Soal Literasi NUmerasi Tingkat Nasional

Tiga wakil dari NTT, memberi gambaran bahwa guru kita di NTT mampu bersaing dengan guru-guru se Indonesia. Kesempatan ini adalah kesempatan langka. Sayang jika dilewatkan. Padahal kegiatan ini berdampak langsung pada kualitas dan kapabilitas pribadi guru.

Pencapaian tiga guru hebat kita ini, patut diapresiasi. Kesempatan ini harus bisa memotivasi para guru untuk ambil bagian dalam event-event skala nasional.

Baca Juga:

Depoedu dan Eposdigi: Melangkah Pasti Walaupun Tantangan Tak Ringan

Dengan meningkatnya kualitas guru tentu berdampak langsung terhadap kualitas dunia pendidikan di NTT secara keseluruhan. Karena itu seharusnya kesempatan ini disambut baik oleh banyak kalangan. Tidak hanya untuk literasi numerasi, semoga saja kedepan, pada kesempatan berikutnya NTT bisa mengirim lebih banyak wakil ke tingkat nasional. 

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of