Eposdigi.com – Nama Rambu Kareri Emu yang adalah Sekretaris Badan Diklat Provinsi NTT yang juga adalah istri dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi NTT seketika menjadi bahan perbincangan jagad media maya oleh masyarakat Flores secara khusus masyarakat Lamaholot dan terutama masyarakat Adonara.
Dalam potongan rekaman yang disebarkan secara audio, Rambu diduga melakukan penghinaan terhadap masyarakat Flores dan juga Alm. Bapak Frans Lebu Raya (mantan Gubernur NTT) dengan menyebutkan bahwa; “orang-orang Flores di zamannya alm. Frans Lebu Raya adalah pencuri dan makan ceke sampai muntah.”
Pernyataan ini jelas merupakan pernyataan provokatif yang bisa berdampak pada kebencian berbau SARA dan merupakan pernyataan yang tidak etis karena merendahkan martabat masyarakat Flores bahkan “menghina” alm. Frans Lebu Raya.
Baca Juga:
Sangat disayangkan pernyataan seorang ibu yang tentunya lebih memiliki kepekaan rasa dan hati untuk menempatkan setiap kata secara baik dan benar sebelum menyampaikan sebuah pernyataan. Semua, siapapun bisa emosi dan marah namun kemampuan mengendalikan diri dan masih bisa menjaga tutur jauh lebih bermartabat daripada jabatan dan status sosial yang disandang.
Rambu dalam tradisi adat Sumba adalah nama bagi seorang perempuan yang menegaskan kedudukan atau status sosial sebagai seorang raja, bangsawan ataupun keturunan raja, bangsawan dan terhormat di dalam masyarakat.
Maka sudah sejatinya kehormatan sebagai seorang yang adalah keturunan raja ataupun bangsawan tidak hanya karena kedudukan dan status sosial itu sendiri melainkan karena keteladanan dalam perilaku, tindakan dan dalam bertutur kata.
Kedudukan maupun status sosial yang melekat dalam nama yang diberikan sudah sejatinya menjadi pengingat dan pengontrol untuk menempatkan diri secara baik dan benar ketika berbicara dan bertindak.
Baca Juga:
Dan ibu Rambu lupa soal itu sehingga menjadi lupa diri yang membuatnya lepas kontrol.
Secara pribadi saya menghargai klarifikasi ibu Rambu. Namun bagi saya klarifikasi itu sendiri seakan membenarkan dirinya bahwa kata-kata penghinaan yang ia keluarkan bisa dibenarkan karena diungkapkan dalam konteks di kantor (penanusantara, May 26, 2022). Tidak demikian bu.
Berangkat dari klarifikasi ibu Rambu dan pernyataannya, saya justru menemukan bahwa ibu Rambu tidak bisa membedakan yang namanya oknum dan masyarakat Flores. Seolah-olah perbuatan satu orang Flores adalah perbuatan seluruh masyarakat Flores. Demikian juga ia lupa bahwa Flores itu terdiri dari sekian banyak pulau dan suku.
Maka dari itu secara pribadi saya melayangkan protes dan gugatan moral kepada ibu Rambu karena pernyataannya telah ikut melecehkan dan melukai hati saya sebagai anggota masyarakat Flores.
Adapun dasar protes dan gugatan moral saya kepada ibu Rambu adalah sebagai berikut:
- Subjek. Subjek yang menjadi sasaran hinaan ibu Rambu adalah masyarakat Flores entah yang berada di wilayah NTT maupun di seluruh Indonesia bahkan luar negri. Seperti dalam klarifikasinya ibu Rambu tidak menjelaskan secara rinci Flores mana, asal kabupaten, kecamatan dan desa.
- Kata Pencuri. Ini adalah ungkapan yang sangat melecehkan. Supaya ibu Rambu tahu dan sadar bahwa jika kami adalah pencuri atau dengan kata lain memanfaatkan posisi dan jabatan Alm. Pak Frans Lebu Raya maka saya meyakini seluruh Flores sudah maju dan berkembang. Namun kami sadar bahwa Pak Frans Lebu Raya bukan hanya milik masyarakat Flores secara khusus Adonara dan Watoone melainkan milik masyarakat NTT maka Beliau bekerja untuk NTT. Bahkan keponakannya maupun keluarganya sendiri tidak serta merta karena posisi dan jabatan Beliau bisa dengan mudah menjadi PNS. Tidak demikian. Ini menunjukan bahwa kami bersama alm. Pak Frans Lebu Raya memiliki komitmen yang sama dalam memberantas yang namanya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
- Berangkat dari klarifikasi ibu dan jika itu benar maka tindakan mereka itu adalah oknum yang tidak mewakili seluruh masyarakat Flores. Dalam konteks ini ibu Rambu tidak membedakan perilaku oknum yang kebetulan berasal dari Flores dan perilaku masyarakat Flores secara keseluruhan. Artinya tidak semua orang Flores berperilaku demikian sebagaimana yang ibu hina dan lecehkan.
- Banyak orang Flores termasuk alm. Pak Frans Lebu Raya yang memberikan kontribusi dan mengabdikan dirinya untuk pembangunan di NTT baik di lingkungan pemerintahan provinsi NTT, sekolah dasar hingga universitas, lembaga keagamaan maupun sosial kemasyarakatan untuk memajukan NTT.
- Hingga akhir hidupnya, alm Pak Frans Lebu Raya tidak pernah dijatuhi hukuman pidana karena melakukan praktek KKN. Terlepas apapun kasus yang pernah Beliau alami namun hingga Beliau meninggal tidak pernah terbukti bersalah. Ini menjadi penunjuk jelas bahwa Beliau juga bukan pencuri.
Oleh karena itu sebagai anggota masyarakat Flores yang berasal dari desa Keluawain-Adonara-Kec. Kelubagolit – Kab. Flores Timur saya meminta pertanggungjawaban moral ibu Rambu Kareri Emu agar:
Baca Juga:
1) Segera membuat pernyataan permintaan dan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Flores dimanapun berada baik secara lisan maupun tertulis dan dimuat di berbagai media online maupun media cetak lainnya di wilayah NTT karena pernyataan ibu telah ikut melukai dan menyakiti hati kami semua.
2) Segera membuat pernyataan permintaan dan permohonan maaf kepada istri dan anak-anak serta keluarga besar alm. Pak Frans Lebu Raya baik secara lisan maupun tertulis dan dimuat di berbagai media online maupun media cetak lainnya di wilayah NTT karena pernyataan ibu telah ikut melukai dan menyakiti hati mereka semua.
3) Meminta pimpinan dinas terkait dimana ibu Rambu bekerja untuk memberikan pembinaan dan sanksi secara tegas dan transparan serta terbuka terhadap ibu Rambu Kareri Emu dengan tetap mengedepankan asas keadilan dan kebenaran.
Gugatan moral ini adalah panggilan nurani pribadi tanpa mewakili masyarakat Flores karena kehormatan dari seorang Rambu Kareri Emu justru menjadi tidak terhormat lantaran sebait tutur katanya yang telah meruntuhkan kehormatannya sendiri.
Penulis adalah misionaris yang sedang menjalankan tugas di Filipina./ Foto ilustrasi dari kagama.co
Leave a Reply