Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan berjudul “Robot lebih Canggih dari Anda?”
Eposdigi.com – Autonomos milik Tesla bisa saja menghapal semua seluk beluk jalan di Amerika Serikat atau semua ruas jalan di Benua Amerika. Atau di Eropa. Atau bahkan semua jalan yang pernah di telusuri google street di belahan bumi manapun.
Itu dipahami karena autonomus terhubung dengan GPS. Selama sinyal GPS masih bisa ditangkap dan terbaca jelas olehnya.
Autonomus bisa menghindari kecelakaan, menjaga jarak dengan kendaraan lain, menambah maupun mengurangi kecepatan berkat semua perangkat yang terhubung padanya.
Sensor, kamera semua terhubung dengan mesin. Ini semua berkat sinergi antara internet of things dengan artificial intelligence milik autonomus.
Baca Juga: Hari Ini eranya Robot, Bung!
Sinergi itu bisa terjadi, karena memang autonomus diprogram demikian. Scenario-scenario logika direka yasa agar autonomus bisa membaca semua scenario keadaan yang dialami oleh autonomus.
Bisa saja atonomus juga diprogram untuk mengkombinasikan berbagai scenario untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi di jalan.
Bagaimana jika salah satu alat sensor itu rusak? Atau jika perangkat GPS tidak bisa menangkap sinyal dengan baik?
Jika autonomus hanya diprogram untuk menghapal semua jalan di Benua Amerika, maka ia tidak dapat berfungsi jika menelusuri jalan-jalan di Asia. Apalagi jika jalan-jalan itu tidak terdeteksi GPS.
Singkat kata, atonomus hanya dapat bekerja sesuai scenario logika yang sudah diprogramkan padanya. Di luar scenario program, ia tidak dapat berfungsi optimal.
Jika Si supercomputer Gunung Fuji – Fugaku – punya 7,3 juta core prosesor, dengan kapasitas isi otak sebesar 4,85 petabyte (4,85 x 1024 TB) apakah sebanding dengan kapasitas memori otak manusia?
Baca Juga: Belajar Dari Robot; Kenapa Tidak?
Jika Supercomputer Fugaku membutuhkan 4 lapangan basket untuk menampung semua rangkaiannya, bagaimana dengan kepala manusia yang tidak lebih besar dari sebuah bola basket?
Konon hanya seberat tidak lebih dari 1,5 kg, namun otak memiliki 1 triliun sel otak. Satu triliun sel otak itu terdiri dari 100 miliar sel aktif dan 900 miliar sel pelindung. Neuron atau sel aktif otak ini masing-masingnya memiliki cabang (dendrit) sebanyak 20.000.
Setiap dendrit ini adalah tempat penyimpanan informasi , mengolah, menghubungkan dan mengkombinasikan informasi-informasi tersebut dengan sel lain. Saat komunikasi antar sel pada setiap dendrit, lalulintas komunikasi ini dijaga dan diselubungi oleh 900 miliar sel glial.
Semakin beragam Interkoneksi yang tak terhingga pada setiap dendrit ini juga berarti semakin beragam pula scenario informasi yang diproses oleh otak manusia.
Baca Juga: Robot lebih Canggih dari Anda?
Tidak hanya otak sebagai penyimpan informasi, molekul emosi: peptida, pun menjadi tempat penyimpanan informasi. Peptida pada setiap sel tubuh menjadi ‘pikiran tak sadar’ yang mengolah informasi.
Bersama dengan otak, molekul-molekul emosipun berperan penting dalam menjalankan setiap system didalam tubuh.
Jika computer dijalankan secara elektris atau digerakan oleh tenaga listrik maka otak manusia digerakan oleh energy listrik sekaligus energy kimiawi. Jika diukur, dalam keadaan sadar, saat memproses informasi otak dialiri listri sebesar 25 watt.
Pada saat lalulintas interkoneksi informasi pada setiap cabang dendrit, ketika sebuah informasi ditransfer ke cangan dendrit yang lain, pada setiap ujung dendrit terdapat sinapsis, yang merubah rekasi elektris menjadi reaksi kimiawi. Perubahan reaksi elektris menjadi kimiawi pada sinapsis dikenal sebagai neurotransmitter.
Dan setiap manusia memiliki sekitar 70 jenis neurotransmitter, diantaranya adrenalin dan endrofin, zaat penghilang rasa sakit.
Baca Juga: Digitalisasi Administrasi Bisnis dan Tantangan Lembaga Pendidikan
Jika anda tertusuk duri di ujung jari, pada saat yang sama otak menanggapi informasi itu sebagai serangan terhadap tubuh. Rasa sakit yang anda alami adalah hasil dari proses informasi dalam neuron, yang kemudian ketika informasi itu melewati sinapsis otak secara otomatis memproduksi neurotransmitter untuk menenangkan bagian otak yang memproses rasa sakit.
Sakit pada ujung jari Anda tidak lagi dirasakan. Inilah salah satu cara kerja otak merespon informasi (rangsangan) apapun dari luar tubuh.
Setiap orang normal memiliki kapasitas otak yang sama. Namun “if you don’t use it, you lose it”. Anda tidak akan pernah kala dari robot, ketika otak Anda digunakan sebagai mana mestinya.
Robot atau system computer yang dilengkapi artificial general intelligence (AGI) sekalipun belum tentu dapat mengalahkan manusia.
AGI pertama kali diperkenalkan pada tahun 2017 oleh Mark Gubrud seorang fisikawan dan Profesor tamu di University of North Carolina – Amerika untuk kajian Perdamaian, Perang dan Pertahanan.
Baca Juga: Inovasi Elon Musk : Manusia Cerdas dengan Komputer di Kepala
Artificial General Intelligence (AGI) adalah kecerdasan buatan pada sebuah system computer yang membuatnya dapat melakukan intelektual apapun seperti yang dilakukan oleh manusia (Ricky Suwarno-medium.com / 12/07/2019).
Dengan AGI, sebuah system computer dapat berpikir dan belajar sendiri, memberi kesimpulan bahkan menciptakan solusi independen sendiri.
Bisa jadi, di masa depan, seiring majunya pengetahuan dan teknologi, sebuah system computer (robot) memiliki kecerdasan melampaui AGI.
Bukan soal kalah menang, yang paling penting adalah bagaimana kita menyiapkan diri untuk menghadapi era system computer yang memiliki kecerdasan melampaui AGI. Bersambung…
Inspirasi utama tulisan ini adalah buku The Learning Revolution oleh Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos – Diterbitkan oleh: Kaifa – Bandung – Tahun 2001 / Foto: ciotechie.com
[…] akhir tulisan “Jangan Mau Kalah Sama Robot” saya menulis bahwa “Bukan soal kalah menang, yang paling penting adalah bagaimana kita menyiapkan […]
[…] Baca Juga: Jangan Mau Kalah Sama Robot […]