Eposdigi.com – Berita tentang rencana Presiden memberikan tanda jasa kepada Fahri Hamzah dan Fadli Zon, menimbulkan pro-kontra. Ada yang menyindir, ini untuk membungkam kritik.
Sedangkan yang lain melihatnya sebagai suatu yang wajar di negara demokrasi. Mulanya, saya mengganggap aneh, tetapi yang memberi penghargaan adalah Pak Jokowi, maka saya harus memaknainya.
Soekarno, dalam pidatonya pada 10 November 1962 pernah mengatakan, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Situasi ini yang tengah dihadapi Jokowi.
Untuk merebut kemerdekaan dibutuhkan persatuan. Melalui kemampuan berpidatonya, Soekarno bisa mengajak rakyat bersatu dan mengusir penjajah. Perjuangan Soekarno lebih mudah karena musuhnya jelas yaitu penjajah.
Baca Juga : Menjawab Pertanyaan Retno Listyarti Kepada Mendikbud
Untuk membangun, Soeharto butuh persatuan. Para pengacau dan pengganggu persatuan adalah rakyat sendiri. Inilah yang oleh Soekarno dikatakan lebih sulit, harus melawan bangsa sendiri.
Tetapi Soeharto dengan sentuhan strategi tentaranya, para pengacau dan pengganggu persatuan dibungkam. Mereka dianggap penghambat pembangunan.
Di era demokrasi, untuk Indonesia maju, Jokowi butuh persatuan. Beliau tidak mengusir bangsanya sendiri seperti para lawan politiknya. Beliau tidak melawan bangsa sendiri, beliau tidak membungkam para kritikusnya. Beliau menjadikan mereka sahabat.
Jokowi memberikan diri
Jokowi dengan simbol Negara dipundaknya telah menunjukkan sikap kenegarawanan kepada lawan politik dan kritikusnya.
Baginya, lawan politik adalah dosen penguji gagasan politik dan pembangunannya. Para kritikus adalah panitia pengontrol pelaksana gagasannya.
Mendatangi Prabowo Subianto dan mengajaknya masuk kabinet, itu tidak untuk meredam isu perbedaan politik, tetapi Jokowi memberikan diri. Beliau mempertaruhkan reputasi politiknya di mata partai dan mayarakat pendukungnya.
Bapak Presiden tidak memberikan tanda jasa kepada Pak Fahri dan Pak Fadli, tetapi beliau memberikan diri. Beliau tidak memberikan penghargaan dalam bentuk tanda, tetapi sungguh menghargai jasa dan kritik-kritik kedua tokoh tersebut.
Baca Juga : Menunggu Pembuktian Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia, Bentukan Din Syamsuddin dkk
Callistasia Wijaya, Wartawan BBC News Indonesia, menulis, bahwa rencana tindakan ini memang mengundang pertanyaan. Mengapa justru Fahri Hamzah serta Pak Fadli Zon yang berlawanan dalam politik, berbeda dalam politik, yang diberi tanda jasa?
“Berlawanan secara politik bukan berarti kita ini bermusuhan dalam berbangsa dan bernegara. Inilah yang namanya negara demokrasi,” kata Presiden.
“Jadi saya berkawan baik dengan Pak Fahri Hamzah, berteman baik dengan Pak Fadli Zon. Inilah Indonesia,” imbuhnya.
Era New Normal
Berkaitan dengan virus Corona, masyarakat luas menilai bahwa tenaga medis adalah barisan terdepan dalam berperang melawan virus. Mereka adalah para pejuang dan pahlawan kemanusiaan.
Namun ketika menghadapi wabah yang membahayakan ini, dokter dan perawat mengatakan bahwa kami berperang melawan musuh yang tidak kelihatan.
Oleh karena itu, Presiden menegaskan bahwa yang menjadi garda terdepan dan pahlawan bukan hanya para tenaga medis, melainkan juga masyarakat.
Baca Juga : Pendidikan Karakter dan Upaya Melawan Perilaku Korupsi
Untuk mengatasi virus, masyarakat tidak perlu melawan, tetapi menerima sebagai sahabat dalam perjalanan. Masyarakat harus mengubah pola hidupnya. Kitalah yang harus menaikkan imun tubuh kita dengan makan makanan bergizi dan mengandung vitamin.
Kita selalu menggunakan alat pelindung seperti face shield dan masker. Kita budayakan cuci tangan secara rutin sebagai pencegahan. Kita menjaga jarak sosial dan jarak fisik. Itulah pola hidup “New Normal”.
Indonesia Maju
Bangsa ini, terjebak dalam modernisasi dan globalisasi, tidak bisa menghindar dari perubahan-perubahan dan persoalan yang mengikutinya. Ada begitu banyak hal negatif yang mengintai dan mengancam kita.
Itu adalah musuh yang tidak kelihatan. Kita mungkin tidak bisa mengusirnya, kita tidak perlu melawannya, kecuali menerima sebagai kawan dalam perjalanan hidup kita.
Yang penting adalah meningkatkan imun bangsa kita dengan bersikap adil melalui program-program pembangunan yang adil.
Kita melindungi diri dengan face shield dan masker keimanan. Kita mencegah tantangan dengan membiasakan diri untuk bersatu. Semoga ini jalan menuju Indonesia maju. (Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com dengan judul “Pendidikan Politik dan Cara Pandang Baru Gaya Jokowi” / Foto: menaratoday.com)
[…] Baca Juga : Antara Fahri Hamzah, Fadli Zon, Corona dan Demokrasi Jokowi […]
[…] Baca Juga: Antara Fahri Hamzah, Fadli Zon, Corona dan Demokrasi Jokowi […]
[…] Baca Juga: Antara Fahri Hamzah, Fadli Zon, Corona dan Demokrasi Jokowi […]
[…] Baca Juga : Antara Fahri Hamzah, Fadli Zon, Corona dan Demokrasi Jokowi […]
[…] Baca Juga : Antara Fahri Hamzah, Fadli Zon, Corona dan Demokrasi Jokowi […]
[…] Baca Juga: Antara Fahri Hamzah, Fadli Zon, Corona dan Demokrasi Jokowi […]