Corona dan Mahasiswa Perantau Yang Terjebak Rindu Kampung Halaman

Warga Peduli
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Hari berganti, bulan demi bulan, dan 3 tahun sudah. Canda, tawa, susah, sedih, silih berganti datang mengisi waktu-waktu itu.

Memilih untuk merantau memang bukan perkara mudah. Ada resiko sebesar tanggung jawab yang harus dipikul. Ada yang ringan, terabaikan. Sebagian yang berat butuh dihadapi dengan tekad  yang kuat dan semangat bagai baja.

Di tengah pandemi Corona, sebagai mahasiswa perantauan dengan latar belakang ekonomi keluarga a la kadarnya, mengharuskan hidup hemat, sehemat-hematnya. Keharusan untuk berdiam di kos-kosan menjadi perjuangan yang tidak ringan.

Pilihan ini tidak mudah bagi saya dan mereka yang nyambi kerja sepulang kuliah, demi menyambung napas di sisa hari tanggal tua. Nasib 10 koma -“tanggal 10 sudah koma”-, di tengah pandemic Corona lebih merisaukan dari virus corona sendiri.

Baca Juga : Mahasiswa, apa Prioritasmu?

Belajar dari rumah itu lebih berarti tambahan uang untuk beli paket data. Konsekuensinya, ikat pinggang lebih erat ditarik. Pinggang dipaksa mengecil menyesuaikan diri dengan asupan makan yang teralih jatah demi tidak buffering video live streaming kuliah online.

Boro-boro memikirkan nutrisi, nasi dengan lauk mi instanpun rela terbagi sebungkus untuk tiga kali makan.

“Catat dulu bang”, sambil buru-buru beralih pergi dari warung bubur kacang ijo dekat kos-kosan,  tidak lagi jadi senjata pamungkas. Si abang keburu balik kampung halaman, takut terjebak lockdown karena Corona.

Ada pikiran nakal, semoga si abang tak lagi balik, demi pemutihan “catat dulu bang” yang entah sudah berapa lembar jumlahnya.

Jika kemarin warung burjo begitu menghantui akibat “catat dulu bang”, kini menjadi kerinduan. Amukan perut rasanya mereda, walau hanya menatap pintu warung yang tertutup.

Entah. Barangkali lapar mengkompensasi diri dari horor tatapan yang punya warung; “mas, catatannya, kapan bisa diselesaikan?”

Corona lebih merisaukan dari “maaf ya nak, kiriman bulan ini agak terlambat,”. Bagaimana mungkin lebih dihemat, yang sebelum corona saja sudah tak cukup buat sebulan.

Baca Juga: Agar Lulus Kuliah Tepat Waktu

Tapi Corona juga menjadi guru. Kuliah online mendorong saya untuk memperdalam keterampilan computer. Terbiasa membuat konten-konten audio visual demi menjawab tugas-tugas matakuliah dari dosen.

Berdiam diri di kos-kosan menjadi waktu yang berharga untuk kembali ke diri sendiri. Lebih mandiri. Lehih tangguh.  Lebih bertanggung jawab.

Tidak terasa, sudah 6 semester berlalu, dan corona menjebak rindu kampung halaman. Terutama, sebentar lagi bulan puasa menjelang. Kerinduan untuk dekat dengan keluarga dan menjalankan puasa di rumah bersama keluarga, tak terhingga ukurannya.

Pada titik tertentu, menjadi sadar. Rindu yang terjebak corona tak bisa ditolak. Barangkali dengan menjaga diri untuk tetap tinggal di kos-kosan bisa membantu gerakan bersama memutus rantai penyebaran corona.

Corona bisa akan berlalu secepat kita semua menahan diri untuk tidak beraktifitas di luar dan tidak berkumpul sementara waktu. Sebab corona tidak menyebar, kitalah yang memindahkannya.

Besar hati ingin pulang ke kampung halaman, namun jauh lebih baik untuk sementara waktu bertahan di sini, disituasi seperti ini, hingga pandemi corona mereda dan kembali normal seperti sedia kala.

Baca Juga: LDK dan Makrab KMAY; Ajang Merekatkan Semangat Kekeluargaan

Barangkali rindu ini, ku kirimkan lewat cahaya bulan, untuk kedua orang tuaku, di rumah.

Aku di sini baik-baik saja, meminta do’amu. Tetap di sini, menjaga mimpi kita. Bertahan sebentar lagi dengan jarak ini. Hingga purna tugas kuliah. Di saat, kita meraih mimpi bersama. Saat aku didampingi bertoga.

Bertahan di sini, adalah ujud doa dan perjuangan yang tak mudah. Sambil tetap yakin bahwa selalu ada pelangi sehabis badai. Dan coronapun akan segera berlalu.

Semoga restu Tuhan dan Lewotanah Adonara menyertai dan melindungi kita selalu di manapun kita berada. Amin.

(Penulis adalah Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa – Anggota KMAY – dari Witihama – Adonara Timur – NTT / Editor : senuken)

Sebarkan Artikel Ini:

3
Leave a Reply

avatar
3 Discussion threads
0 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
0 Comment authors
Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
trackback

[…] Baca Juga: Corona dan Mahasiswa Perantau Yang Terjebak Rindu Kampung Halaman […]

trackback

[…] Baca Juga: Corona dan Mahasiswa Perantau Yang Terjebak Rindu Kampung Halaman […]

trackback

[…] Baca Juga: Corona dan Mahasiswa Perantau Yang Terjebak Rindu Kampung Halaman […]