Menimbang Untung Rugi Indonesia Gabung BRICS

Internasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – BRICS kini hampir berusia 10 tahun. Sejak 20 September 2006, di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York Amerika Serikat, kala itu Presiden Rusia Vladimir Putin bersama dengan menlu Brasil dan China serta menhan India menyatakan minat mereka untuk memperluas kerjasama multilateral. salah

Namun baru tiga tahun kemudian yaitu pada 16 Juni 2009 di Yekaterinburg – Rusia, KTT BRICS pertama diselenggarakan. Saat itu Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan sepakat untuk memperkuat kerjasama multilateral di antara mereka.

BRICS adalah singkatan yang diambil dari nama kelima negara ini. Pada KTT di Yekaterinburg ini, para pimpinan BRICS  mengeluarkan pernyataan bersama dan menetapkan tujuan bersama melalui dokumen yang mereka tandatangani.

Baca Juga:

BRICS dan Dedolarisasi, Tanda Berakhirnya Hegemoni Amerika Serikat?

Mereka ingin mempromosikan dialog dan kerjasama diantara mereka. Namun tidak hanya itu. Mereka sepakat untuk membangun dunia yang harmonis dengan perdamaian dan kemakmuran bersama.

Inisiatif Indonesia untuk bergabung dengan BRICS sudah lama didengungkan. Tahun 2023 lalu, Indonesia sudah ditawari untuk gabung BRICS, namun saat itu Presiden Jokowi masih menimbang-nimbang untung rugi bagi bangsa Indonesia.

Hari ini, 6 Januari 2025 Indonesia resmi menjadi anggota BRICS. Di BRICS Indonesia kini bergabung bersama negara-negara yang menguasai 24 persen perekonomian dunia.

Menlu Sugiono mengungkapkan bawa bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan bagian dari politik Indonesia yang bebas aktif.

Baca Juga:

Mulus Jalan Swasembada Beras RI?

“Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif. Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” kata menlu Sugiono seperti dikutip oleh Antaranews.com (08.01.2025).

Dengan bergabung ke BRICS, Indonesia bisa mendapatkan beberapa keuntungan, antara lain :

Pertama : Indonesia mendapatkan manfaat dari peningkatan kerjasama dan kolaborasi dengan negara berkembang lain yang bergabung atau menjadi mitra BRICS.

Kedua: Membuka akses pemasaran yang lebih luas bagi perdagangan dan industri Indonesia, sekaligus mengurangi dominasi Dolar Amerika dalam perdagangan diantara anggota BRICS.

Baca Juga:

Kelor Antar Desa di Madura Jadi Desa Devisa, Desa di Flotim, Kapan?

Tiga: Meningkatkan peran aktif Indonesia dalam kerjasama multilateral, untuk mencapai tatanan global yang lebih inklusif dan berkeadilan.

Empat : Peran aktif dalam kerjasama multilateral tersebut juga membuka peluang bagi Indonesia untuk lebih di dengar suaranya dalam dan terwakili dalam pengambilan keputusan global.

Lima: Peran aktif ini juga sekaligus mendorong kerjasama dalam menghadapi berbagai tantangan global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan dan keadilan sosial.

Namun bergabungnya Indonesia ke BRICS juga mengandung konsekuensi lain. Dedolarisasi yang sedang didorong oleh anggota BRICS rupanya mendapat tanggapan negatif dari Amerika Serikat.

Baca Juga:

Menjadikan Kelor Ikon NTT Seperti Ginseng di Korea

Donald Trump mengindikasikan akan menutup Amerika dari perdagangan dengan anggota BRICS jika tidak lagi menggunakan Dolar Amerika Serikat atau menciptakan mata uang baru sebagai alat tukar antar negara anggota.

Walaupun demikian kita tentu berharap bahwa melalui BRICS, Indonesia bisa mengambil langkah penting untuk menjembatani dan menjadi penyeimbang antara China dan Amerika Serikat, Peluang mendapatkan minyak mentah dari Rusia dan menjadikan BRICS sebagai media untuk membantu masyarakat Palestina.

Foto ilustrasi dari balikpapantv.

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of