Eposdigi.com – Ginseng (Panax Ginseng) bagi masyarakat Korea adalah identitas historis, budaya dan kesehatan dan kecantikan. Sejak zaman dahulu, bahkan ada literatur sejarah menyebutkan, ginseng sudah dikenal sejak tahun 400 SM.
Bagi masyarakat Korea, ginseng diyakini dapat meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah berbagai penyakit dan terutama meningkatkan stamina. Ginseng juga dapat meningkatkan daya ingat dan kecerdasan.
Tidak hanya itu, ginseng juga merupakan salah satu bahan perawatan kulit yang populer sejak zaman dahulu.
Sebenarnya, ginseng tidak hanya tumbuh di korea. Ginseng adalah tanaman yang dapat ditemukan di banyak daerah lain di Asia Timur. Namun demikian ginseng Korea dikenal karena aroma dan rasa yang berbeda dari daerah lain.
Pemerintah Korea kemudian gencar meneliti tentang Ginseng dan mempromosikan ginseng sebagai produk unggulan Korea. Ginseng ternyata bisa menjadi ‘duta’ Korea meningkatkan volume ekspor sambil memperkenalkan budaya Korea ke seluruh penjuru dunia.
Baca Juga:
Meneliti tentang Kelor Hantar Siswi SMA di Surabaya ini Juara Internasional
Sementara itu, bagi masyarakat NTT, tanaman kelor sudah biasa dikonsumsi sebagai sayuran. Belakangan ini kelor mulai dikenal sebagai sayuran ‘super’.
Banyak penelitian menegaskan tentang manfaat kesehatan dari kelor. Kelor ternyata memiliki banyak kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Bahkan salah seorang pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengklaim bahwa manfaat kesehatan dari kelor tidak kalah dari ginseng di Korea (cnnindonesia.com, 07/03/2023).
Baru-baru ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa mengingat kandungan gizi dan dapat berfungsi sebagai tanaman obat maka ia ingin kelor sebagai tanaman herbal yang khas Indonesia seperti ginseng di Korea.
“Saya pengin ngimbangin seperti ginsengnya Korea, dibikin penelitian yang serius untuk masuk dunia internasional,” kata Menkes Budi pada Senin (06/03) seperti dilansir oleh cnnindonesia.com (07/03/2023).
Sebelumnya Menteri Budi meminta Pemda NTT untuk meneliti secara serius tumbuhan kelor (Moringa Oleifera) sebab NTT merupakan provinsi dengan jumlah tanaman kelor paling banyak dijumpai di Indonesia.
Sementara itu data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia menjelaskan bahwa produksi kelor di Indonesia mencapai 3,7 juta ton, atau sekitar 30% dari total produksi kelor di dunia. Indonesia, bersama India, Kenya dan Nigeria menjadi negara penghasil kelor terbanyak di dunia..
Baca Juga:
Benarkah Banyak Anak Menjadi Penyebab Tingginya Angka Kemiskinan dan Stunting di NTT?
Tantangan yang dilontarkan oleh Menteri Budi tentang kelor seharusnya menjadi perhatian yang serius bagi masyarakat, terutama pemerintahan di NTT.
Ginseng menjadi ikon di Korea bukan persoalan instan. Ada penelitian yang serius, setelah itu promosi yang gencar dari pemerintah yang menghantar ginseng hadir sebagai wakil bangsa Korea dalam pergaulan Internasional.
Karena itu penelitian yang lebih dalam lagi harus terus dilakukan untuk menggali lebih banyak manfaat dari tanaman kelor. Kemudian setelah itu hasil penelitian itu dikampanyekan ke seluruh pelosok dengan produk jadi yang siap menyehatkan masyarakat dunia.
Produk-produk turunan kelor yang mempunyai khasiat kesehatan ini harus dipromosikan secara luas, menggunakan berbagai saluran promosi agar masyarakat dunia menyadari khasiat kesehatan dari kelor, entah sebagai suplemen kesehatan ataupun obat herbal yang menyembuhkan sakit.
Baca Juga:
Mencegah Stunting Sekaligus Pewarisan Nilai Lewat Posyandu Remaja
Namun jauh lebih penting adalah bahwa kelor bisa menjadi menu harian yang wajib dikonsumsi oleh masyarakat NTT. Konsumsi rutin harian ini bisa menjadi salah satu solusi pengentasan tingkat gizi buruk dan tingginya angka stunting di NTT.
“Tikus mati di lumbung pangan.” Jangan sampai kita membanjiri pasar dunia dengan produk kesehatan terbaik turunan kelor, sementara gizi buruk dan stunting belum tuntas di NTT.
Foto dari kompas.com
Leave a Reply