Eposdigi.com – Hegemoni Dolar Amerika dalam perdagangan global sudah berlangsung lama. Sebelum Dolar Amerika perdagangan internasional menggunakan Poundsterling Inggris sebagai alat tukar.
Kala itu, Pound Sterling memimpin dunia karena emas yang digunakan untuk menjam nilainya. Cadangan emas milik Kerajaan Inggris yang banyak membuat nilai mata uang mereka dipercaya dalam perdagangan internasional.
Dicetaknya uang kertas dan Perang Dunia I, pelan-pelan memaksa Poundsterling harus meninggalkan singgasananya. Apalagi dengan ditemukannya cadangan emas di California jauh sebelum itu, membuat ekonomi Amerika semakin kuat.
Perang Dunia I memaksa Inggris mengeluarkan dana yang besar untuk membiayai perang. Cadangan emas Inggris menipis. Mereka harus meminjam uang. Dan pilihannya adalah Dolar milik Amerika Serikat.
Marshal Plan mendorong Amerika Serikat memberi Jaminan pemulihan Ekonomi dan Militer kepada Eropa pasca Perang Dunia II.
Baca Juga:
Pada tahun 1931 Inggris melepaskan emas sebagai jaminan bagi Pound Sterling miliknya. Negara-negara yang menggunakan Poundsterling sebagai alat tukar international mereka menjadi kewalahan. Mereka kesulitan menjaga nilai cadangan emas mereka, sebab standar nilai emas dalam Poundsterling menjadi tidak berlaku lagi.
Pada saat yang sama banyak negara-negara lain masih membutuhkan dana yang besar untuk pembangunan mereka termasuk untuk biaya perang. Uang kertas yang mereka cetak butuh kepastian nilai. Karena itu emas masih menjadi pilihan yang mereka ambil untuk menjaga nilai uang kertas mereka.
Pada tahun 1944, lewat Perjanjian Bretton Woods menandai dimulainya hegemoni Dolar Amerika Serikat (US$) dalam perdagangan Internasional hari ini.
Pada saat itu, 44 negara Sekutu bertemu di Bretton Woods, New Hampshire untuk membuat standar nilai bagi mata uang mereka, dengan emas sebagai jaminan. Uang kertas yang mereka miliki harus distandarisasi menggunakan nilai emas.
Amerika Serikat saat itu menjadi negara yang memiliki cadangan emas terbesar. Dolar Amerika dianggap stabil karena kekuatan besar ekonomi Negara itu termasuk di dalamnya cadangan emas yang Amerika miliki.
Karena itu, Perjanjian Bretton Woods ini mengizinkan negara-negara lain mematok nilai mata uang miliknya bukan dengan emas, melainkan dengan Dolar AS.
Baca Juga:
Bagaimana Gajimu Jika Dibandingkan dengan Rata-Rata Gaji dan UMR di ASEAN
Standarisasi nilai tukar mata uang masing-masing negara terhadap Dolar Amerika Serikat untuk memudahkan penentuan nilai tukar masing-masing negara dalam perdagangan internasional. Sementara itu Dolar Amerika Serikat dipercaya stabil karena dijamin oleh emas.
Data per Mei 2021, lebih dari 61 % cadangan bank asing di dunia disimpan dalam bentuk Dolar Amerika. Banyak Negara menilai cadangan devisa negaranya dalam bentuk Dolar Amerika Serikat. Tidak hanya itu bahkan Utang Luar Negeri negara-negara di dunia pun, sekitar 40 % dinilai dalam mata uang Dolar Amerika Serikat.
Namun kini kekuatan ekonomi global tidak lagi menjadi milik Amerika Serikat satu-satunya. Dolar tidak lagi menjadi satu-satunya perantara perdagangan internasional.
Yang saat ini secara terang-terangan melawan hegemoni Dolar Amerika Serikat adalah negara-negara BRICS. Brazil, Russia, India, China dan Afrika Selatan sepakat untuk tidak lagi menggunakan Dolar Amerika sebagai alat tukar perdagangan internasional mereka.
Mereka – BRICS – kini sedang menginisiasi sebuah mata uang bersama sebagai perantara perdagangan di antara mereka. Dimana mata uang baru ini dijamin nilai nya dengan menggunakan emas, komoditi perdagangan lain, termasuk dengan komponen tanah jarang.
Brazil dan China sepakat menggunakan mata uang mereka dalam menyelesaikan perdagangan internasional di antara mereka.
Baca Juga:
Daftar Negara Paling Bahagia dan Paling Sengsara di Dunia. Indonesia Masuk Kategori Mana?
Tidak hanya itu, cnbcindonesia.com (11.04.2023) mengutip Wall Street Journal menyebutkan bahwa Arab Saudi yang diketahui merupakan sekutu dekat Amerika Serikat pun kini menerima bayaran dalam mata uang Yuan dalam perdagangan minyak dengan China.
Apakah fenomena dedolarisasi dan hadirnya BRICS menjadi tanda runtuhnya hegemoni Amerika Serikat dalam perdagangan dunia? Bagaimana posisi Indonesia?
Tetap mempertahankan Dolar Amerika Serikat sebagai mata uang internasional dan cadangan devisa negara atau memikirkan alternative lain?
Leave a Reply