Eposdigi.com – Penyebaran judi online yang masif dapat terlihat dari permainan yang diharamkan dan melanggar hukum tersebut menjerumuskan banyak orang. Data yang dilansir oleh PPATK menggambarkan bahwa saat ini ada 3,2 juta pemain judi online aktif di Indonesia.
Jumlah tersebut terdiri dari anak-anak hingga orang dewasa, laki-laki dan perempuan. Profesi mereka mulai dari pelajar (SD, SMP, sampai SMA), mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai, baik pegawai negeri maupun pegawai swasta, termasuk guru, polisi dan tentara.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat saat ini, anak-anak di DKI Jakarta yang aktif bermain judi online berjumlah 1.836 orang. Sedangkan dari kalangan polisi dan tentara berdasarkan data dari PPATK ada 97 ribu orang, baik polisi dan tentara yang terpantau bermain judi online.
Baca juga :
Dampak Judi Online Kian Mengkhawatirkan. Apa Yang Harus Dilakukan Pemerintah?
Dampak Buruk Judi Online
Kalau dari segi dampak, salah satu dampak judi online adalah dapat menyebabkan kecanduan. Karena kecanduan, para pemain judi online, mencari cara agar dapat terus bermain, tanpa mempedulikan resikonya. Kalau uangnya habis, mereka bisa melakukan apapun untuk mendapatkan uang, agar dapat kembali bermain.
Mulai dari menipu orang tua kecil-kecilan, berbohong pada istri/suami karena sudah terlanjur menggunakan uang belanja sampai menggelapkan aset, atau bahkan korupsi. Misalnya seperti yang dilakukan oleh seorang guru di Pangandaran. Karena kecanduan judi online, ia menjual 26 unit komputer sekolah, dua laptop dan dua infocus.
Baca juga :
(Mencoba) Memahami Kondisi Psikologis Para Pecandu Judi Online
Atau seperti dilakukan oleh seorang pegawai bank di Cirebon. Ia menggelapkan dana nasabah sebesar 230 juta rupiah. Lain lagi dengan Kepala Kantor Pos di Natuna yang korupsi dana BLT sebesar 448 juta rupiah untuk terus bermain judi online.
Lebih mengerikan lagi seorang ayah di NTT menjual anaknya yang baru berusia 11 bulan untuk dapat bermain judi online. Atau banyak orang terlilit hutang pada pinjaman online, untuk bermain judi online.
Oleh karena itu, judi online juga sangat merusak sendi ekonomi rumah tangga dan sangat merusak hubungan suami-istri. Misalnya kasus yang terjadi di Jawa Timur. Seorang polwan membakar suaminya yang adalah seorang polisi hingga tewas, karena suaminya menggunakan uang belanja keluarga untuk bermain judi online.
Baca juga :
Atau seorang istri di NTT marah dan menyiram dengan bensin lalu membakar suaminya yang sedang tidur karena suaminya main judi online dan selama dua tahun tidak menafkahi keluarga. Akibatnya suaminya mengalami luka bakar hingga 80 persen di sekujur tubuhnya dan dilarikan ke rumah sakit.
Judi susah diberantas karena aparat terlibat
Melihat dampak buruknya, semua orang sepakat bahwa judi, termasuk judi online, harus diberantas. Namun Itu baru fenomena di hilir. Masih ada fenomena di hulu yang membuat kita pesimis, bahwa judi dengan dampak terburuknya, melibatkan tidak hanya kekuatan tetapi juga kekuasaan yang besar. Oleh karena itu, judi tampaknya akan sulit diberantas.
Baca juga :
Judi Online Marak, Banyak Anak SD di Indonesia Mulai Terdeteksi Kecanduan
Lihat saja, data yang dilansir pada laman kompas.com, bahwa ada 461 pejabat tinggi negara Indonesia dari kalangan polisi, tentara dan aparat hukum lainnya terdeteksi terlibat judi online. Mereka membeking dan melindungi situs-situs judi online dan para bandar judi tersebut.
Atau dari kasus judi online yang baru saja dibongkar polisi misalnya. Dari 18 orang yang ditangkap polisi, 11 di antaranya adalah pegawai pada kantor Kementerian Komunikasi Digital. Mereka ini adalah pegawai yang diberi wewenang untuk memblokir situs judi online, mereka malah menyalahgunakan wewenang tersebut untuk mengamankan situs judi online.
Dari belasan ribu situs judi online yang yang harusnya diblokir, ada 1.000 situs yang mereka lindungi operasinya karena bersedia membayar imbalan 8,5 juta rupiah per dua minggu sekali bayar. Ini semua menunjukkan bahwa memberantas judi online di Indonesia bukan perkara yang gampang dikerjakan.
Baca juga :
Orang Tua Perlu Kenali Ciri Anak dengan Screen Time yang Berlebih, Segera Batasi
Ini akan terus terjadi jika aparat pemerintah yang seharusnya mengawal penegakan hukum, justru malah terjerumus dalam kegiatan yang jelas melanggar hukum. Maka masyarakat menunggu tindakan tegas pemerintah terhadap para bandar judi dan siapa saja yang melanggar hukum.
Selain itu, sangat perlukan gerakan reformasi di kalangan birokrasi pemerintah dan aparat penegak hukum untuk memperbaiki birokrasi pemerintah dan aparat penegak hukum, sebelum negeri ini semakin hancur.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto: indonesia.go.id
Leave a Reply