Eposdigi.com – Semua kita mungkin tidak asing dengan sebutan ‘’Autisme.’’ Sebenarnya secara pribadi pun saya tidak terlalu paham dan familiar dengan sebutan atau istilah autisme tersebut.
Ketika mendengar kata autisme dalam benak atau pikiran saya terlintas anak dengan autis adalah mereka yang memiliki keterbatasan dalam hubungan sosialnya, artinya mereka tidak suka keramaian dan lebih senang menyendiri.
Alasan saya mau menulis tentang autisme ini karena sebuah keadaan yang mendesak saya untuk harus mengenal dan mampu memahami hal-hal yang berkaitan dengan autisme tersebut.
Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan, saya mengajukan diri sebagai guru bantu dalam bidang studi PPkn di sebuah sekolah SMP. Mengingat saat ini saya berada di jenjang semester tujuh perkuliahan dan mengambil jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pancsila dan kewarganegaraan. Karena itu saya diharuskan melakukan praktek mengajar di sekolah.
Baca Juga:
Empat Hal Ini, Harus Dilakukan Oleh Orang Tua Dalam Mendampingi Remaja
Singkat cerita saya keterima dan sudah boleh mengajar jadi guru bantu di sekolah tersebut, awalnya semua aman tidak ada hal yang terlalu dikhawatirkan, dalam pikiran saya paling yang perlu saya lakukan adalah mempersiapkan diri dan menguasai materi pembelajaran agar tidak menjadi masalah ketika mengajar nanti.
Seperti biasanya menjadi seorang pengajar atau guru, tentu yang perlu kita lakukan ketika masuk kelas tentu harus diawali dengan sapaan, menanyakan kabar, mengecek kehadiran dan mungkin bisa dilanjutkan dengan mereview kembali materi sebelumnya dan menjelaskan materi pembelajaran untuk hari ini.
Ketika masuk kelas seperti biasa layaknya anak-anak remaja, kelas mereka sedikit ramai. Tetapi ketika menyadari kehadiran guru ada yang mulai diam dan kembali ke tempat duduknya masing-masing. Ketua kelas kemudian menginstruksikan untuk memberikan salam untuk guru.
Saya perhatikan ada anak yang tidak duduk di tempatnya, tetapi jalan berputar-putar di dalam kelas. Ada anak yang tidak menghadap ke depan tetapi malah menghadap ke samping.
Baca Juga:
Orang Tua Perlu Kenali Ciri Anak dengan Screen Time yang Berlebih, Segera Batasi
Saya juga memperhatikan kegiatan anak-anak itu. Mereka melakukan hal tersebut dalam jangka waktu yang agak lama. Karena itu saya menjadi penasaran kenapa gurunya pun tidak menegur anak-anak tersebut setidaknya meminta mereka untuk tertib dan duduk dengan rapi di bangkunya masing-masing.
Kebetulan saat masuk saya didampingi guru PPKn. Guru ini yang nantinya akan saya bantu mengajar PPkn di kelas tersebut. Karena penasaran, saya kemudian menanyakan ke beliau terkait kondisi anak-anak tersebut.
Ternyata anak-anak tersebut mengalami gangguan perkembangan, yang biasanya kita kenal dengan sebutan autisme.
Timbul pertanyaan dalam benak saya, apakah saya sanggup untuk mendampingi kelas ini? Saya merasa saya juga masih berproses belajar untuk menjadi seorang guru. Untuk menguasai materi dan proses pembelajaran di kelas, saya pun merasa masih perlu belajar dan beradaptasi.
Lalu ketika dihadapkan dengan situasi baru, terutama saat berhadapan dengan kondisi anak-anak yang unik ini, yang saya khawatirkan adalah tidak mampu menerangkan materi ke anak-anak yang unik tersebut.
Baca Juga:
Mengenal Gejala Anxiety Disorder Pada Anak, Orang Tua Wajib Paham
Secara pribadi saya tidak punya pengalaman sedikitpun dalam menangani anak-anak dengan autisme. Saat perkuliahan pun kami tidak ada mata kuliah yang khusus yang diajarkan untuk menangani anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan atau dalam kondidi seperti mereka.
Disaat yang sama, sebagai seorang guru kita dituntut harus profesional. Artinya sebagai guru yang profesional kita tidak hanya menjadi pengajar saja tetapi mampu menjadi fasilitator. Kita tidak hanya berfokus pada memberikan informasi atau pengetahuan kepada peserta didik (sebagai pengajar), tetapi juga berperan sebagai pendamping mereka untuk belajar
Sebagai fasilitator, guru harus membantu peserta didik untuk belajar secara mandiri, mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis, dan memfasilitasi proses pembelajaran dengan menyediakan alat, sumber daya, dan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam.
Baca Juga:
Ini Tanda Orang Tua Menghargai Anak dan Dampaknya pada Pertumbuhan Anak
Dengan situasi dan kondisi saya saat ini, saya mulai berfikir intervensi apa yang perlu saya lakukan untuk menemukan alternatif solusi atas keadaan yang saya hadapi saat ini. Ini menjadi tugas yang cukup berat karena saya harus mencari tahu hal-hal yang berkaitan dengan anak autisme. Saya harus belajar lagi hal baru. Bersambung…
Foto ilustrasi klinikrhe.co.id
Leave a Reply