BKKBN Sebut, Remaja Sekarang Lebih Dini Melakukan Hubungan Seks. Apa Resikonya?

Nasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Pemuda adalah kelompok penduduk usia 16-30 tahun, menjadi kelompok penting karena mereka akan memegang peranan kunci dalam pembangunan di masa yang akan datang. Berdasarkan data statistik, di Indonesia jumlah mereka 67,50 juta penduduk. Jumlah ini merupakan 23,86 persen dari total penduduk yakni 270 juta jiwa.

Kelompok pemuda inilah yang merupakan bonus demografi Indonesia pada tahun 2030, di mana jumlah mereka, jumlah usia produktif lebih besar daripada jumlah penduduk bukan usia produktif; lansia, anak-anak, dan remaja.

Mereka harusnya diproteksi pertumbuhannya, didampingi perkembamgannya, dibekali dengan skills, agar mereka sunguh-sunguh menjadi kelompok produktif, sehingga dapat mengambil alih pembagunan.

Namun hingga kini masih banyak tantangan serius yang dapat menghancurkan masa depan mereka, yakni perilaku seks pranikah yang semakin mengkhawatirkan. BKKBN misalnya melansir data bahwa telah terjadi percepatan usia remaja melakukan hubungan seksual pranikah.

Survei tahun 2008 menyimpulkan bahwa 60 persen remaja yang menjadi responden mengakui melakukan hubungan seks pranikah di usia antara 21-23 tahun. Survei lain yang dilakukan oleh Menko PMK tahun 2017 menunjukkan percepatan.

Baca juga :

Menggali Akar Masalah Pernikahan Anak Usia Dini

Survei tersebut nenyimpulkan bahwa 54 persen responden mengaku telah melakukan hubungan seks pranikah di usia antara 15-19 tahun, di mana 11 persen pelaku remaja wanita mengalami kehamilan.

Bahkan data terbaru yang dilansir oleh BKKBN menunjukkan percepatan yang lebih mengkawatirkan lagi yakni 20 persen remaja responden usia 14-15 tahun mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah, 60 persen remaja usia 16-17 tahun dan 20 persen remaja usia 19-20 tahun.

Dari data tersebut, 13 persen remaja wanita pelaku mengalami kehamilan terutama di kelompok umur 16-17 tahun dan kelompok umur 19-20 tahun. Data-data ini  sangat mengkhawatirkan dan tidak hanya terjadi di perkotaan, melainkan juga terjadi di desa terpencil.

Ini mengkhawatirkan dilihat dari resikonya. Sebuah studi baru menyimpulkan bahwa seks di usia terlalu muda bisa membawa efek negatif yang menetap hingga dewasa. Kemungkinan besar karena aktivitas seks tersebut terjadi ketika sistem syaraf masih berkembang.

Selain efek psikis negatif yang menetap tersebut, yang berdampak negatif secara psikologis, ada resiko tertular penyakit menular seksual dan HIV dan bagi rermaja perempuan ada resiko tinggi kehamilan tidak diinginkan dengan berbagai dampak ikutan lainnya.

Baca juga : 

Orang Tua Harus Sadar, Hamil Duluan Tidak Harus Dinikahkan

Sebuah studi yang diterbitkan melalui jurnal British of Cancer menemukan bahwa wanita yang terlibat dalam hubungan seks di usia terlalu muda melipatgandakan resiko kanker servisks.

Ketua peneliti, Dr. Silvia Francheshi memyatakan, peningkatan resiko bagi wanita muda yang berhubungan seks di usia dini tersebut diakibatkan oleh jangka waktu inkubasi yang lebih panjang untuk virus tersebut berkembang ke tahap kanker.

Belum lagi resiko kehamilan yang berakibat pada putus sekolah dan kehilangan harapan masa depan. Anak yang dikandung beresiko terlahir stunting dan keselamatan ibu dan anak terancam pada saat melahirkan.

Resiko-resiko ini hendaknya menjadi perhatian pemerintah. Harus ada upaya nyata dari pemerintah. Pendidkan seks bagi anak dan remaja menjadi keharusan yang mendesak untuk mengimbangi pengaruh media masa dan lalu lintas konten pornografi di internet yang hampir tidak dapat dibendung.

Jika tidak ada langkah antisipasi yang memadai dari semua pihak terkait, maka jangan harap kita dapat memetik bonus demografi di tahun 2030. 

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com / Foto: dp3ap2.jogjaprov.go.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of