Minat Baca Masyarakat Indonesia Hanya 0.001 Persen

Nasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Rasa tidak percaya akan presentase minat baca masyarakat Indonesia yakni sebesar hanya 0,001 persen mendorong saya untuk menggali lebih dalam kebenaran akan pernyataan tersebut.

Media besar seperti kompas.com dan detik.com, hanya menyebutkan bahwa angka tersebut dikeluarkan oleh The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), tanpa menyebut kapan kesimpulan itu dibuat.

Kominfo.co.id dalam artikelnya yang berjudul “Malas Baca tapi Cerewet di Medsos” yang tayang Oktober 2017 lalu pun hanya menyebutkan “menurut data UNESCO”. Cukup mengejutkan sebab 0.001 persen ini berarti hanya 1 dari setiap 1000 orang Indonesia yang memiliki minat membaca buku.

Data lain yang disebtkan oleh kominfo.co.id pada artikelnya yang sama ini adalah hasil dari oleh Central Connecticut University pada Maret 2016 menempatkan Indonesia pada posisi ke 60 dari 61 negara soal minat baca. Indonesia hanya lebih baik dari Botswana.

Baca Juga:

Komunitas Baca “Masdewa”, Contoh Nyata Pendidikan Kontekstual

Hasil ini bertolak belakang apabila ditimbang berdasarkan infrastruktur yang mendukung untuk membaca, kata kominfo.co.id, peringkat kita lebih baik dibandingkan dengan banyak negara di Eropa.

Perbandingan antara Membaca Buku dengan Main HP.

Laman goodstats.id pada April 2022 lalu menyebutkan bahwa rata-rata durasi membaca buku masyarakat Indonesia adalah 1 jam 36 menit perhari. Sementara jumlah buku yang dibaca adalah sejumlah dua buka dalam tiga bulan.

Kontras dengan rata-rata orang Indonesia bermain HP dalam sehari (indonesiabaik.id/Juli 2023). Setiap orang Indonesia menghabiskan 5,7  jam sehari untuk bermain HP. Katadata.co.id (08.03.2023) menyebutkan bahwa 67% masyarakat Indonesia yang berusia lebih dari lima tahun telah memiliki HP.

Terlepas dari data data tersebut, ada kabar baik yang disampaikan oleh indonesiabaik.id adalah bahwa tingkat minat membaca buku masyarakat Indonesia mengalami tren kenaikan.

Baca Juga:

Pemerintah Aktif di Forum Pengembangan Literasi Dunia, Bagaimana Pengembangan Literasi di Dalam Negeri?

Jika di tahun 2016 lalu hanya sebesar 26.5 persen, meningkat menjadi 36.48 persen di tahun 2017. Tahun 2018 minat baca masyarakat Indonesia naik signifikan menjadi 52.92 persen. Kemudian naik lagi menjadi 53.84 persen di tahun 2019. Di tahun 2020 naik menjadi 55,74 persen.

Prosentase minat baca ini diperoleh berdasarkan sebuah survey oleh Perpustakaan Nasional terhadap 10.200 responden di 34 provinsi di Indonesia.

Data mengenai minat membaca buku masyarakat Indonesia, juga bisa kita konfirmasi menggunakan peringkat PISA (Programme for International Student Assessment). Organisation for Economic Co-operation and Development (OEDC) yang menyelenggarakan PISA menyebutkan bahwa scor PISA di Bidang Literasi kita hanya sebesar 371 jauh di bawah rata-rata OEDC sebesar 487 (kemdigbud.go.id/04.12.2019).

Meningkatkan Minat Baca Buku

Rasanya sudah terlalu banyak petunjuk, tips, panduan dan apapun istilahnya untuk mendorong tumbuh dan meningkatnya minat baca masyarakat Indonesia, sekaligus bagaimana cara agar waktu bermain HP dapat dikurangi.

Tidak sulit kita temui berbagai petunjuk dan tuntunan baik dari berbagai sumber mengenai cara mengajak anak-anak kita menyukai buku lebih dari menyukai bermain HP.

Baca Juga:

Menumbuhkan Minat Baca; Harus Mulai Dari Mana?

Karena itu, kali ini kita fokus pada bagaimana mendorong para mahasiswa kita untuk lebih gemar membaca.

Pertama : Kenali Gaya Belajar, Suasana Belajar dan Pelajari Cara Belajar yang Baik.

Soal membaca, banyak orang memiliki gaya menikmati bacaan yang berbeda-beda. Mereka yang bertipe visual suka buku yang banyak gambar dan ilustrasi. Yang bertipe audio visual senang membaca sambil mendengar music.

Ada yang suka membaca di tempat sepi agar tidak terganggu, ada yang menikmati membaca tanpa gangguan di tempat tempat umum yang ramai. Mengenali gaya belajar adalah cara untuk menciptakan suasana belajar yang paling produktif.

Cara belajar yang baik seharusnya adalah membiasakan diri dengan kaidah-kaidah ilmiah. Sistematika penulisan buku biasanya mengikuti alur pemikiran yang tersusun dan terstruktur dengan baik. Penyajian fakta dan analisanya biasanya mengikuti kaidah-kaidah baku yang teruji secara ilmiah.

Kebiasaan membaca buku adalah cara yang paling baik untuk mempertajam sistematika berpikir, memperkuat argumentasi dan memperdalam analisa. Membaca buku adalah mengasah kemampuan berpikir kritis.

Kedua: Pilih Lebih dari 1 Sumber Bacaan.

Apapun topiknya, apapun latar belakang keilmuan, apapun mata kuliah yang tengah diambil pasti memiliki lebih dari 1 rujukan yang berbeda, termasuk lebih dari satu pendapat para alhli mengenai topic tersebut.

Baca Juga:

Membaca itu Piknik. Kok Bisa?

Karena itu sumber bahan belajar tidak hanya berasal pengajaran dosen saja. Ada banyak sumber mengenai topic yang sama yang bisa diakses secara online di berbagai media social. Dan ada banyak buku yang ditulis oleh orang yang berbeda yang mengutip banyak ahli yang berbeda untuk sebuah topic yang sama.

Menggunakan berbagai macam sumber adalah cara memperkaya, sekaligus  memperdalam topic yang akan dipelajari. Satu buku sebagai sumber bacaan saja tidak cukup.

 “Jika hanya mengetahui satu hal, itu sama artinya dengan tidak mengetahui apapun.” Karena itu harus menggunakan lebih dari satu sumber untuk menguji sekaligus memperdalam materi yang sedang dipelajari.

Mengenali gaya belajar berarti tahu memilih sumber bahan pelajaran yang paling membuat seseorang menyerap materi yang dipelajari. Ada yang cukup hanya membaca dari buku, namun ada pula yang membaca buku dan melihat materi dari youtube untuk semakin memahami materi tersebut.

Ketiga : Membangun Kebiasaan untuk menulis.

Menulis merupakan cara terbaik untuk mengkonfirmasi material yang telah dipelajari. Menulis adalah cara untuk menguji diri sendiri tentang sebuah topic. Karena itu menulis adalah sebuah cara. Sebuah alat ukur untuk menguji seberapa dalam pemahaman kita tentang materi.

Baca Juga:

Ulang Tahun Eposdigi; Komitmen Untuk Terus Mengajak Mahasiswa Menulis

Namun menulis tidak hanya menjadi sebuah alat ukur terakhir. Menulis bisa saja merupakan cara untuk menguji pemahaman awal, menguji pemahaman selama proses belajar dan menguji pemahaman diakhir proses belajar.

Para penulis biasanya mendorong diri untuk memperkaya diri dengan berbagai pemikiran terkait materi yang sedang ditulis. Dorongan untuk memperkaya pemikiran inilah yang mengharuskan seorang penulis membaca lebih banyak buku, menggali informasi lebih dari satu sumber.

Oleh karena itu, menulis merupakan salah satu cara yang kami yakini efektif untuk membangun kebiasaan membaca. Dengan membaca penulis berkesempatan untuk memperkaya tulisannya, sekaligus mengkonfirmasi sumber-sumber dan memperdalam materi yang ditulisnya.

Baca Juga:

Menulis Menjadikanmu Abadi

Ketiga hal yang kami utarakan bukan merupakan satu-satunya sumber yang paling sahih kebenarannya. Setiap orang memiliki cara yang khas dan unik untuk mendorong minat membacanya sendiri. Biasanya keunikan dan kekhasan ini ditemu kenali ketika kita sudah menyadari bahwa membaca adalah sebuah pengalaman yang menyenangkan.

Foto dari detik.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of