Pintar Saja Tidak Cukup, Anak Perlu Memiliki Enam Karakter Ini Untuk Sukses

Nasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com Banyak orang tua, dengan berbagai cara, agar anaknya kelak pintar dalam berbagai hal. Oleh karena itu, selain mengikuti pelajaran di sekolah dan mengerjakan semua tugas sekolah dengan baik, anak harus mengikuti pelajaran tambahan.

Ini dilakukan agar anak siap mengikuti  pelajaran disekolah, mengerjakan tugasnya dengan baik, siap mengikuti ulangan dan ujian yang diselenggarakan di sekolah. Banyak orang tua meyakini cara ini membuat anak memperoleh nilai yang tinggi baik pada tugas, ulangan maupun ujian.

Anak memang siap mengikuti ulangan dan ujian dengan baik dan memperoleh skor yang tinggi, secara akademik. Anak dengan profil seperti ini akan siap dipilih untuk mewakili sekolah dalam berbagai ajang perlombaan, yang diikuti oleh sekolah dan meraih berbagai prestasi.

Anak kemudian menjadi sosok anak yang pintar, berprestasi secara akademis dan menjadi kebanggaan orang tua dan sekolah. Capaian ini membuat anak tidak punya waktu untuk bermain, bahkan kurang istirahat. Pada hal bermain dengan teman sebaya dan istirahat, dibutuhkan anak untuk bertumbuh.

Dengan ini anak mungkin bertumbuh secara akademis tetapi tidak bertumbuh secara sosial dimana, karakter dasarnya tidak bertumbuh karena tidak dilatih dalam pergaulan sosial dengan teman sebaya dan bermain.

Baca Juga:

Mengenal Tahapan Perkembangan Karakter Anak Berdasarkan Usia

Pada hal pada pergaulan dengan teman sebaya lah, orang tua dan guru, memiliki peluang untuk melatih berbagai karakter terpuji, yang akan melengkapi profil kepribadian anak, menjadi tidak hanya sekedar pintar dan berprestasi secara akademis.

Selain pintar, seorang anak harusnya memiliki karakter berikut, yang membuat hidup anak di masa depan, menjadi  pribadi dewasa yang seimbang dan efektif. Mengutip POPMAMA.com berikut uraiannya.

1.Suka Berbagi

Saat ini, untuk meraih kebahagiaan hidup, banyak orang ingin memiliki sebanyak-banyaknya, bahkan dengan cara yang curang dan tidak halal seperti korupsi. Mereka  dengan sengaja mengambil hak orang lain yang bukan menjadi haknya.

Oleh karena itu, menemukan sosok orang yang jujur, hanya mau menerima sesuatu yang menjadi haknya, bahkan mau berbagi adalah hal yang mengagumkan. Biasanya perilaku jujur dan suka berbagi bukan perilaku yang tiba tiba muncul. Perilaku itu merupakan hasil belajar sejak kecil.

Dan Latihan semacam itu hanya bisa dilakukan jika anak bergaul dengan teman sebayanya. Bisa dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Melaui kegiatan dilingkungan rumah, kegiatan di gereja, atau di mensjid. Bukan menghabiskan seluruh waktunya untuk kegiatan belajar secara skademis saja.

Baca juga : 

Urgensi Pendidikan Toleransi dalam Membentuk Karakter Anak

  1. Suka menolong.

Sama seperti perilaku suka berbagi, karakter suka menolong juga hanya bisa tumbuh jika ditumbuhkan sejak kecil melalui sifat peduli sesama dan toleran. Karakter ini tumbuh jika anak terbiasa bergaul dengan orang lain.

Pergaulan dengan anak yang kodisi sosial ekonomi berbeda, selain  menumbuhkan empati anak, juga memberi peluang orang tua dan guru melatih sifat peduli pada sesama. Dorongan untuk menolong dapat muncul setelah itu.

Kelak karakter suka menolong akan menumbuhkan solidaritas sosial antar kelompok dalam masyarakat dan menjadi perekat dalam kehidupan bersama yang saling menumbuhkan. Ini sangat dibutuhkan dalam masarakat yang beragam seperti Indonesia.

  1. Peka terhadap perasaan dan kondisi orang lain

Anak yang peka terhadap perasaan dan kondisi orang lain akan lebih mudah diterima orang lain dalam pergaulan. Ia juga akan lebih mudah beradaptasi dan bekerja sama dengan orang lain. Ini merupakan karakter yang sangat diperlukan saat ini karena hidup bersama dan kerja sama adalah keniscayaan.

Baca Juga:

Pramuka dan Pembentukan Karakter

Tidak  ada lagi satu orang pun, yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Semua orang saling membutuhkan kerjasama dengan orang lain. Oleh karena itu kepekaan terhadap perasaan orang lain perlu dilatih baik oleh orang tua sejak dini maupun oleh guru.

Memahami perasaan anak, menerima perasaan anak apa adanya, termasih mendengarkan ungkapan perasaan anak adalah salah satu cara melatih kepekaan anak terhadap perasaan orang lain. Cara lain melatih adalah membacakan ceritra, dongeng pada anak.

Sedangkan guru dapat  mengembangkan kepekaan perasaan melaui pelajaran humaniora seperti sejarah, pelajaran sastra dan seni jika pelajaran-pelajaran tersebut dijadikan sarana untuk latihan pengembangan imajinasi, memperhalus citarasa, kepekaan, menemukan dan menghayati nilai. Tekanan pengajaran humaniora bukan lagi pada materi pelajarannya seperti yang selama ini terjadi.

  1. Tangguh, pantang menyerah dan disiplin.

Selain pintar, seorang anak perlu dilatih agar  memiliki karakter tangguh, pantang menyerah dan displin menghadapi tantangan dunia yang terus menerus berubah. Oleh karena sejak kecil seorang anak perlu dilatih menemukan tujuan hidup dan berlatih fokus pada tujuan tersebut dan tidak mudah terpengaruh.

Caranya mudah, bersama anak tetapkan target dan dampingi dia dalam proses mencapai target tersebut. Jika target belum tercapai latih anak untuk bertahan. Di sini Latihan praktis untuk memotivasi diri, dan melakukan afirmasi positip pada diri sendiri menjadi keterampilan yang penting.

Baca juga : 

5 Dampak Buruk Sering Membentak dan Meneriaki Anak

Selain itu anak juga perluh dilatih memiliki cara berpikir positif terkait segala sesatu. Cara berpeikir positip membuat anak dapat terus mencari jalan, ketika menhadapai masalah.

Disamping itu untuk melatih disiplin, secara disi dengan pembiasaan seperti tidur tepat waktu sehingga  bangun tepat waktu juga dan memiliki waktu yang cukup untuk besiap dan berangkat kesekolah tepat waktu juga.

Jika hal hal ini dapat dilatih anak dapat dijamin akan meraih masa depan kehidupan yang sukses.

  1. Selalu Ingin tahu hal yang baru

Semua anak memiliki rasa ingin tahu. Namun tidak semua anak terus bertahan, tergantung bagaimana orang dewasa menghadapi dan merespon mereka. Anak yang pertanyaanya dijawab dengan sabar biasanya rasa ingin tahunya terus bertumbuh.

Sedangkan di banyak tempat pertanyaan anak  diukur dengan ukuran orang dewasa sehingga banyak anak di ketawai, dimarahi, sehingga bukanya rasa ingin tahunya tumbuh melainkan anak kapok bertanya bahkan rasa ingin tahu anak mati.

Mencoba memahami cara berpikir anak dan dengan sabar menjawab setiap pertanyaan anak adalah cara menumbuhkan rasa ingin tahu pada anak. Cara lainnya mengajarkan anak mencari jawaban pada sumber-sember ilmu penegetahuan sendiri..

Baca juga : 

Ini Lima Prinsip Bill Gates dan Melinda Gates dalam Mendidik Anak

Memelihara rasa ingin tahu anak adalah langkah awal mengkodisi anak untuk terus belajar sebagai salah satu cara beradaptasi terdap perubahan. Ini adalah salah satu cara meraih sukse dan terus bertahan di jalur sukses seperti dilakukan oleh orang orang sukses.

  1. Mau mengalah dan memaafkan.

Seorang anak sedini mungkin dilatih untuk mau mengalah dan memaafkan orang lain. Ini adalah sikap flesibel, jika memang dengan mengalah dan memaafkan membuat keadaan secara keseluruhan menjadi lebih baik.

Selain itu, seorang perlu juga bersikap realistis, karena selain tidak semua keinginan kita akan terpenuhi kita berhadapan dengan manusia lain yang tidak sempurnah, dapat melakukan kesalahan. Oleh karena itu memaafkan sering kali menjadi jalan keluar yang baik.

Untuk dapat melakukannya seorang anak perlu dilatih sedini mungkin untuk mempunyai tujuan hidup, sedini mungkin dibantu untuk memiliki prinsip hidup dan menghormati tujuan bersama. Ini adalah kebiasaan terpuji yang menjadi ciri pemimpin yang sukses.

Itulah enam karakter yang melengkapi seorang anak agar anak tersebut bisa tumbuh secara seimbang sebagai pribadi. Peribadi semacam ini akan memiliki peluang untuk sukses dalam karir dan kehidupan nya di masa depan. Dan orang tua punya tangung jawab untuk mewujudkannya.

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com / Foto: siedoo.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of