6 Kiat Finlandia Menjadi Negara Dengan Indeks Pembangunan Manusia Tertinggi

Internasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Finlandia adalah sebuah negara di dunia yang indeks pembangunan manusianya selalu tertinggi berdasarkan data yang dilansir oleh UNESCO.

Capaian ini bukan hanya disebabkan oleh kehebatan pemerintah Finlandia mengelola lembaga pendidikan, tetapi juga bagaimana keluarga berperan dalam mendidik anak, termasuk bagaimana keluarga disiapkan dari awal.

Oleh karena itu, bukan hanya cara mengelola lembaga pendidikan, tetapi pola parenting orang tua Finlandia menginspirasi masyarakat internasional, termasuk masyarakat di dunia ketiga yang sedang giat membangun.

Artikel ini hendak mengajak Eduers untuk belajar tentang parenting ala orang tua Finlandia dalam mengasuh anak-anak mereka. Berikut uraiannya.

Menyiapkan pasangan yang hendak menikah

Undang-undang Finlandia mengharuskan kursus pranikah bagi pasangan yang hendak menikah. Program ini berlangsung selama satu tahun, diselenggarakan oleh pemerintah dan gereja.

Baca juga:

Mutu Guru di Finlandia Dipengaruhi oleh Tiga Faktor Penting Ini

Modul yang dipelajari dalam kursus pranikah tersebut adalah seksualitas dan kesehatan reproduksi, komunikasi suami istri, komunikasi yang menumbuhkan anak, pengelolaan ekonomi rumah tangga, kesehatan dan gizi seimbang bagi janin, dan balita, serta pendidikan anak.

Kursus pranikah inilah yang melengkapi pengalaman mereka dididik sebagai anak dalam keluarga, sehingga pasangan muda ini lebih siap menjadi orang tua.

Ayah dan Ibu bekerja sama dalam pengasuhan anak

Dalam mengasuh anak, masyarakat Finlandia menerapkan prinsip kesetaraan gender. Pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak ibu saja, tetapi ayah dan ibu.

Baca Juga:

Empat Hal Ini Salah, Namun Sering Dilakukan Orang Tua terhadap Anak

Hal ini dimulai sejak anak baru lahir. Ibu misalnya fokus pada menyusui dan ayah bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan bayi.

Oleh karena itu, bagi pasangan yang bekerja, cuti melahirkan tidak hanya diberikan pada ibu melahirkan saja, tetapi juga pada ayah.

Jangka waktu cutinya pun relatif lama, yakni sekitar 164 hari atau 5 bulan lebih. Hal ini bertujuan agar ayah meluangkan waktu untuk mengurus istri yang baru melahirkan dan bayinya.

Baca juga : 

Dorong Anak untuk Bermain di Alam Terbuka, Baik untuk Kesehatan Fisik Maupun Mental

Selama cuti ini, ayah dan ibu wajib dibayar penuh, baik oleh negara ataupun oleh perusahaan swasta yang mempekerjakan pasangan ini.

Dalam pola pengasuhan selanjutnya, ayah ikut terlibat dalam mengasuh anak, mulai menyuapi anak makan, menemani anak belajar, hingga bermain bersama anak.

Masyarakat Finlandia percaya bahwa kehadiran dan keterlibatan sosok ayah dalam pendampingan dan pendidikan anak berperan penting dalam tumbuh kembang anak.

Ibu hamil disubsidi oleh negara

Di Finlandia, semua Ibu hamil disubsidi oleh negara, untuk memastikan orang tua dari keluarga muda dapat menjamin asupan gizi yang memadai bagi janin dalam kandungan.

Baca Juga:

Selain Kesehatan, Hal ini bisa dilakukan lewat Posyandu Anak 5 hingga 10 tahun

Karena pembentukan otak pada janin pada tahap itu, sangat memerlukan gizi yang berasal dari asupan makanan. Ini untuk menjamin bahwa otak janin tidak bermasalah sejak dari pembentukannya.

Ini adalah salah satu cara menjamin anak yang lahir dari Ibu Finlandia adalah anak yang cerdas atau paling tidak otaknya tidak bermasalah. Inilah salah satu cikal bakal mutu pendidikan di Finlandia.

Negara merekomendasikan buku yang harus dibaca oleh anak

Selain subsidi bagi ibu hamil, pemerintah Finlandia juga merekomondasikan sejumlah buku yang harus dibacakan oleh orang tua pada saat anak masih kecil, untuk menanamkan minat baca pada anak.

Karena bagi mereka, minat baca harus sudah dimiliki oleh anak sebelum mereka memasuki sekolah formal. Selain itu juga sebagai upaya dini untuk pembentukan karakter anak.

Jika anak-anak sudah dapat membaca, orang tua harus memastikan buku tersebut dibaca oleh anak, di antaranya agar anak memiliki kegiatan untuk mengalihkan anak-anak dari keinginan menggunakan gadget.    

Anak dilarang menggunakan gadget

Sejak kecil anak sudah diajak bicara oleh orang tua tentang apa yang boleh dilakukan anak dan apa yang tidak boleh dilakukan untuk membangun sikap disiplin pada anak.

Misalnya, anak-anak di Finlandia dilarang menggunakan gadget. Tetapi orang tua bukan hanya melarang, melainkan memikirkan bagaimana mengisi waktu anak, agar anak tidak mengisi waktunya dengan bermain gadget.

Baca juga : 

Bagaimana Orang Tua Mengantar Maudy Ayunda Meraih Segudang Prestasi?

Oleh karena itu keluarga Finlandia memiliki kebiasaan mengajak anak hiking atau camping pada akhir pekan. Selain menjauhkan anak dari gadget, tetapi juga mendekatkan anak dengan alam, dan quality time dengan anak.

Selain gadget, di Finlandia, hal lain yang dilarang bagi anak hingga usia 18 tahun adalah dilarang merokok dan mengkonsumsi alkohol.

Ketentuan ini dibuat oleh negara dan disetujui oleh orang tua. Orang tua bertugas mendampingi anak untuk melaksanakan peraturan ini di keluarga masing-masing.

Melatih kemandirian anak

Meskipun kedua orang tua, ayah dan ibu terlibat dalam pengasuhan anak, tetapi anak-anak di Finlandia dilatih oleh kedua orang tua mereka untuk mandiri.

Misalnya anak dilatih menyiapkan makanan ringan sendiri, melakukan pekerjaan ringan, melakukan tugas tertentu sendiri, sambil menunggu orang tua mereka pulang kerja.

Baca Juga:

Mengapa Orang Dewasa Awal, Pasangan Pra Nikah dan Keluarga Baru Menikah Harus Ikut Posyandu?

Pada saat orang tua pulang kerja, dalam rangka mengupayakan quality time, mereka menyiapkan makan malam bersama. Selanjutnya, mereka akan makan malam bersama, kemudian membereskan peralatan makan bersama-sama.

Tidak memberikan hukuman fisik pada anak

Negara Finlandia melalui undang-undangnya juga melarang orang tua menghukum anak dengan hukuman fisik. Atau hukuman fisik merupakan tindakan melawan hukum.

Misalnya tindakan sederhana seperti menarik rambut anak, apalagi mencubit anak, dilarang menurut undang-undang.

Dalam rumusan undang-undangpun ditegaskan alasan mengapa orang tua dilarang menghukum anak secara fisik, adalah karena orang tua harusnya bertanggung jawab atas kesejahteraan dan pertumbuhan anak.

Baca Juga:

Manfaat Dongeng bagi Perkembangan Kepribadian Anak

Inilah langkah yang diambil oleh Finlandia untuk untuk melakukan antisipasi dan memastikan anak yang lahir sehat secara fisik, dididik dalam iklim pendidikan yang kondusif agar anak tumbuh sehat.

Inilah cikal bakal Finlandia menghasilkan pendidikan formal yang bermutu, manusia lulusan sekolah yang bermutu. Inilah yang menyebabkan indeks pembangunan manusianya selalu tinggi. Kapan ya, Indonesia mulai memiliki program pengembangan sumber daya manusia seperti ini? 

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com. / Foto:lpmpjatim.kemdikbud.go.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of