Eposdigi.com – Tanda-tanda pemulihan ekonomi – ditengah semakin melemahnya serangan Covid-19 – mulai terasa. Ekonomi global mulai menggeliat. Perusahaan-perusahaan kini kembali kekapasitas produksi normal.
Geliatnya ekonomi global memberi harapan baik bagi ekonomi dunia, setelah porak poranda karena Covid-19. Sayangnya pemulihan ekonomi global ini diikuti oleh permasalahan lain yang serius.
Dunia usaha yang sedang perlahan bergerak naik, membutuhkan berbagai sumber daya untuk memastikan system bisnisnya berjalan dengan baik. Salah satunya adalah pasokan sumber daya manusia.
Baca Juga:
Bahkan jika sebuah perusahaan berproduksi dalam skala padat modal, atau digerakan oleh system digital robotic sekalipun, fungsi tenaga kerja manusia saat ini belum sepenuhnya bisa digantikan oleh robot.
Masalah pelik yang dihadapi oleh dunia usaha global saat ini adalah kelangkaan sumber daya manusia yang trampil.
Banyak negara di dunia mengalaminya. Sebuah riset di Amerika Serikat oleh Randstad yang dirilis pada Mei lalu seperti dilansir cnbcindonesia,com (16.09.2022) mengungkapkan bahwa negara tersebut membutuhkan kurang lebih 11 juta lowongan pekerjaan.
Baca Juga:
Bahkan perusahaan-persusahaan tersebut telah mengumumkan gaji dan tunjangan yang tinggi bagi calon karyawan namun tak kunjung mendapatkan tenaga kerja.
Bidang usaha restoran, toko hingga penerbangan menjadidi bidang usaha yang paling terdampak persoalan kekurangan tenaga kerja trampil tersebut.
Dilain hari, cnbcindonesia.com (17.09.2022) merinci negara-negara dengan kebutuhana akan tenaga kerja yang mendesak.
Jepang misalnya, hingga tahun 2030 mendatang, membutuhkan hingga 10,47 juta tenaga kerja. Kanada, sejak Mei 2022 lalu membutuhkan 34.400 pekerja.
Baca Juga:
Inggris membutuhkan tenaga kerja untuk bidang manufaktur, kesehatan dan pekerja sosial, serta layanan transportasi dan pergudangan.
Bahkan Malaysia pun terkena dampak kelangkaan sumber daya manusia. Jiran kita ini membutuhkan kurang lebih 1,2 juta tenaga kerja untuk berbagai sector ekonomi.
Malaysia membutuhkan sekitar 500 ribu pekerja konstruksi, 12.000 lowongan untuk kelapa sawit, bidang kesehatan juga membutuhkan sekitar 12.000 tenaga medis, bahkan Polis Diraja Malaysia membuka 15.000 lowongan.
Fenomena kelangkaan tenaga kerja pada negara-negara tertentu ini tidak lepas dari mata organisasi buruh international – ILO. ILO mencatat bahwa ada distribusi tenaga kerja yang tidak merata.
Baca Juga;
Salah satunya adalah karena berbagai kebijakan pembatasan yang terjadi saat pandemic Covid-19. Bahkan di Amerika Serikat sendiripun, catat ILO, tersedia 2 lapangan pekerjaan bagi setiap orang yang menganggur.
Negara-negara dengan angka pengangguran yang tinggi berdasarkan laporan Bank Dunia seperti; Afrika Selatan, dengan tingkat pengangguran 29,2 persen, menjadi negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di dunia.
Disusul kemudian oleh Kosovo dengan tingkat pengangguran 26,2 persen. Djibouti 26,1 persen dan Palestina 25,9 persen.
Baca Juga:
Bagaimana dengan sikap Indonesia terhadap permintaan tenaga kerja di beberapa negara ini? Katakanlah Malaysia.
BPS mencatat bahwa tingkat pengangguran di Indonesia pada Februari 2022 lalu sebanyak 5,83 persen atau sekitar 12 juta dari total angkatan kerja. Apakah ini menjadi peluang untuk mengurai angka pengangguran kita di Indonesia?
Foto Ilutrsasi dari bacajogja.id
Geliatnya ekonomi global memberi harapan baik bagi ekonomi dunia setelah porak-poranda karena Covid-19. Sayangnya, pemulihan ekonomi global ini diikuti oleh permasalahan lain yang serius. Apa saja permasalahan tersebut?
Visit us Telkom University