Eposdigi.com – Pengalaman menonton bioskop dalam format tiga dimensi (3D) bagi banyak orang menjadi pengalaman yang seru. Kita seolah berada di tengah-tengah keseruan film. Begitu dekat dengan tayangan – tayangan gambar bergerak seolah kita berada dalam dimensi cerita bersama para pemeran.
Dengan bantuan kacamata tiga dimensi (3D) kita bisa menjadi bagian dari jalannya cerita. Dekat dan seolah secara langsung mengalami sendiri, merasakan dan bersentuhan langsung dengan jalannya cerita.
Sama-sama menonton bioskop, namun menonton bioskop dalam bentuk dua dimensi (2D) tentu teramat sangat berbeda dengan mononton film di bioskop dalam bentuk tiga dimensi (3D). Bahkan jika filmnya sama sekalipun kita bisa membuat batasan pengalaman yang berbeda itu semakin jelas.
Baca Juga:
Sejak dipopulerkan oleh Neal Stephenson dalam novelnya “Snow Crash” tahun 1992, istilah metaverse kini menjadi bagian yang tidak dapat lagi dipisahkan dari perkembangan teknologi informasi.
Berbagai perkembangan teknologi informasi saat ini, dengan berbagai platform media komunikasi yang beragam namun berkembang demikian cepat, sebentar lagi barangkali ada pengalaman-pengalaman baru hasil dari berbagai perkembangan teknologi informasi terkini.
Loncatan-loncatan perkembangan teknologi informasi yang kita alami saat ini telah memberi banyak pengalaman berbeda. Tidak hanya pengalaman berbeda, berbagai perkembangan teknologi itu telah merubah begitu banyak dimensi kehidupan.
Baca Juga:
Kita tidak lagi bisa mempredikisi perubahan apa yang bakalan terjadi besok seiring perkembangan berbagai teknologi informasi. Dimensi kehidupan seperti apa yang bakalan berubah seiring perkembangan itu.
Yang pasti bahwa kita berubah oleh ciptaan kita sendiri. Dalam banyak hal, kita bahkan tidak bisa memprediksi seberapa dalam perubahan itu terjadi.
Metaverse adalah contoh sebuah perubahan itu. Metaverse bukanlah sebuah benda. Metaverse adalah sebuah gambaran besar, sebuah komunitas ruang virtual yang pintunya terbuka luas untuk dimasuki.
Baca Juga:
Jika pengalaman menjelajahi berbagai dunia virtual dalam bentuk dua dimensi seperti yang kita alami saat ini saja, telah banyak membawa perubahan yang merasuki begitu banyak dimensi kehidupan manusia, bagaimana dengan pengalaman menjelajahi dunia metaverse?
Komunitas metaverse memungkinkan seseorang tidak hanya berselancar dalam dunia internet secara tiga dimensi. Sensasinya barangkali sama dengan begitu berbedanya menonton film di bioskop dua dimensi dari menonton dalam bentuk tiga dimensi.
Dunia metaverse memungkinkan kita untuk bersentuhan secara langsung dalam dunia virtual dengan orang lain, beraktivitas yang sama, walaupun dimensi ruang kita berbeda dengan ruang orang lain yang berselancar bersama.
Baca Juga:
Sama seperti menonton film tiga dimensi di bioskop kita dilengkapi dengan kacatama tiga dimensi, maka memasuki dunia metaverse pun kita membutuhkan kacamata augmented reality.
Kacamata augmented reality seolah menjadi pintu masuk penjelajahan kedalam dunia virtual. Tidak hanya semata menikmati berbagai aktifitas virtual namun turut menjadi actor yang terlibat langsung dalam dimensi virtual metaverse.
Kedepan kita tentu tidak dapat menahan berbagai perkembangan teknologi yang melesat demikian cepat. Lebih dari itu berbagai perkembangan ini pasti akan menyeret kita turut berubah. Entah kearah mana perubahan tersebut, semoga saja kita tidak terkungkung dalam penjara virtual.
Baca Juga:
Tahun Ini Perusahaan Elon Musk akan Tanam Chip di Otak Manusia. Ini Dampaknya
Dunia metaverse harus kita sambut dengan gembira, dengan membawa sentuhan-sentuhan semanusiawi mungkin. Sentuhan yang semanusiawi mungkin ini bukan hanya semata untuk melawan dunia metaverse.
Berbagai kemajuan teknologi jangan sampai membuat kita kehilangan sisi kemanusiaan kita. Metaverse harus disongsong dengan membawa serta sisi kemanusiaan kita bahwa pengalaman perjumpaan secara virtual tidak bisa menggantikan keasikan bertemu dengan sesama secara actual.
Baca Juga:
Jangan sampai perkembangan berbagai teknologi internet saat ini, malah menjadikan kita semakin asing dengan sisi kemanusiaan dalam diri kita.
Sebab bagaimanapun perjumpaan dengan dengan orang lain dalam ruang fisik yang sama adalah penegasan atas identitas manusia sebagai mahkluk sosial. Tanpa itu nilai kemanusiaan kita harus didefinisikan ulang.
Foto Ilustrasi dari Uzone.id
Leave a Reply