Eposdigi.com – Semua orang bisa jadi pemimpin. Tak perlu berdasi ataupun berjas. Yang terpenting, kita mampu memahami nilai dan pandangan hidup kita. Itu yang bisa membuat kita menjadi seorang pemimpin. Dengan percaya diri kita bisa menjadi apa yang kita inginkan.
Sebelum kita mampu untuk memimpin orang lain, terlebih dulu kita yakin bawah kita bisa memimpin diri sendiri.
Terkadang kita sering tidak bisa memimpin diri kita sendiri, dalam arti bahwa kita sering tidak bisa mengambil sebuah keputusan karena selalu bertentangan dengan pikiran kita sendiri. Hal-hal seperti ini mencermikan kita belum siap disebut sebagai seorang pemimpin.
Menjadi seorang pemimpin kita perlu tau apa tujuan kita, dalam arti bahwa setiap langka yang ingin kita tuju atau ambil benar-benar harus pasti.
Baca Juga: Gaya Gubernur NTT Memimpin dan Tantangan Kepemimpinan era Industri 4.0
Kita setiap hari pasti dihadapkan dengan banyak persoalan dalam diri. Kita sadar bawah yang mengambil keputusan adalah diri kita sendiri.
Banyak hal baik maupun yang buruk pasti akan terjadi jika kita tidak bisa menjadi pemimpin yang baik untuk diri sendiri, maka dari itu kita perlu menanamkan sikap konsisten dalam diri.
Berbicara soal menjadi pemimpin, kita perlu banyak belajar dari cara para Yesuit.
Yesuit adalah sebuah kelompok yang didirikan pada tahun 1540 oleh 10 orang tanpa modal, tanpa rancangan bisnis pula. Yesuit atau Serikat Yesus membangun, dalam waktu sedikit lebih panjang dari pada satu generasi, ‘’perusahan’’ paling berpengaruh di dunia dalam jenisnya yang tersendiri.
Baca Juga: Lee Kuan Yew, Pemimpin yang Tegas dan Ayah yang Demokratis
Mereka tanpa pengalaman mengelolah sekolah, tetapi mereka berusahan bagaimanapun sampai mereka berhasil mendirikan lebih dari 30 kolase dan mengolahnya dalam satu dasawarsa. Dan pada akhir abad ke-18, 700 sekolah menengah dan kolase terbesar di lima benua telah beroprasi.
Selain itu menurut suatu estimasi, para Yesuit mendidik hampir 20 persen dari semua orang Eropa yang menuntut pendidikan tinggi klasik dan masih banyak lagi pencapaian yang mereka peroleh sampai saat ini.
Singkatnya apasih kuncinya para Yesuit itu selalu berhasil mulai dari dulu sampai sekarang? Apa yang memacu kreativitas, energi, dan inovasi mereka? Bagaimana mereka telah menggapai sukses sementara begitu banyak perusahan dan organisasi telah lama tersungkur di tepi jalan?
Para Yesuit menerapkan empat pilar keberhasilan untuk menjadi seorang pemimpin.
Apa yang dianggap kepemimpinan dewasa ini ialah substitusi dangkal yang menggantikan subtansi dengan teknik. Kita harus menghindari gaya kepemimpinan yang sok gemerlap dan sebagai gantinya berfokus pada empat nilai induk yang menciptakan kita untuk menjadi pemimpin yaitu :
- Kesadaran diri
- Ingenuitas (kecerdikan dan fleksibilitas)
- Cinta kasih
- Heroisme
Dengan kata lain, kita mampu melengkapi diri kita untuk berhasil membentuk diri kita menjadi pemimpin yang memahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan pandangan hidup kita.
Baca Juga: Ilalang Tanah Gersang *
Berinovasi dan beradaptasi dengan yakin untuk merangkul seluruh dunia, membangun kontak dengan orang lain dalam sikap yang positif, penuh cinta kasih serta menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi-ambisi heroik.
Nah dari situ kita dapat melihat, bahwa menjadi seorang pemimpin harus berawal dengan kepemimpinan diri. Maka apa yang harus dilakukan seorang pemimpin? Atau menjadi pemimpin yang baik?
Dengan mengarahkan, memadukan orang, memotivasi dan memberi inspirasi serta membuat perubahan kita mampu menjadi seorang pemimpin yang baik.
Tidak hanya itu, pemimpin harus mencari tahu ke mana kita harus melangkah, menunjuk ke arah yang benar, menyepakati bahwa kita harus bisa untuk sampai ke sana dan mampu menyatukan kita untuk melewati rintangan-rintangan yang terhindar yang memisahkan kita.
Jadi, apa yang harus kita ketahui? Kita tahu apa yang menurut kita harus dilakukan seorang pemimpin, dan kita tahu bahwa selama lebih dari dua warsa kita mengalami defisit kepemimpinan.
Baca Juga: Mengintip Kegilaan Bill Gates : Beli Buku Seharga Rp 440 Miliar
Kita tahu bahwa resep tentang kepemimpinan yang mengalir terus-menerus dalam diri kita. Namun kita begitu malu tentang kepemimpinan yang kita perlukan.
Terus apa yang harus kita terapkan di kehidupan kita tentang kepemimpinan ini? Kita tentu tahu bahwa saat ini ego lah yang memimpin kita.
Kita melupakan kesadaran diri kita, kecerdikan dan fleksibilitas kita, cinta kasih, dan heroisme kita. Ketika ego yeng memimpin kita, kita hanya mementingkan diri kita sendiri dan hanya kita sendiri.
Inilah yang perlu kita hindari ketika kita harus menjadi seorang yang mampu memimpin diri sendiri atau orang lain.
Tulisan ini lahir dari membaca ‘sekilas’ buku “Heroic Leadership” Oleh Chris Lowney.
[…] Baca Juga: How to Be a Leader […]