Mengapa Pemain Bagus di Tim Sepak Bola Junior Tidak Bagus Ketika Bermain di Tim Senior?

Hobi
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com –Publik Indonesia baru menyaksikan pertandingan membanggakan (2/8/2022) antara Timnas U16 Indonesia melawan Timnas U16 Singapura, di mana timnas U16 Indonesia menang 9-0.

Selesai pertandingan, pelatih Timnas U16 Singapura, Angel Toledano mengakui, tim-nya masih kalah jauh di bawah Timnas U16 Indonesia.

Angel Toledano menilai, anak asuhnya mendapatkan banyak pelajaran berharga  setelah menghadapi Timnas U16 Indonesia.

“Ini pertandingan sulit untuk kami. Timnas U16 Indonesia jauh lebih baik dari kami soal taktik, teknik, maupun ketahanan fisik,” kata Angel seperti dilansir pada laman Kompas.com.

Seminggu sebelumnya, berita menggembirakan juga datang dari Kompetisi Internasional Sepak Bola Remaja Gothia Cup di Swedia. Seperti dilansir VOA, pertandingan ini diikuti oleh tim remaja usia 12 tahun.

Di kompetisi ini, Indonesia diwakili oleh International Junior Soccer Leaque (IJSL). Tim ini dibentuk melalui seleksi ketat dari pemain sekolah sepak bola se-Jabodetabek.

Baca juga : Guru Harus Mengenal Empat Regulasi Akun Belajar Dalam Dunia Pendidikan

Seleksi pertema diikuti 1.000 pemain untuk memilih 56 orang calon pemain. Dari jumlah ini kemudian diseleksi lagi menjadi 21 orang. Dan pada seleksi terakhir menjadi 15 orang. Tim 15 inilah yang akhirnya berangkat ke Gothia Cup Swedia.

Kompetisi Gothia Cup diikuti oleh 1.700 tim dari 80 negara di dunia. Tim IJSL dari Indonesia turun dalam 6 pertandingan menghadapi tim dari Inggris, Jerman, Swedia, Belanda, Singapura dan Denmark.

Dalam pertandingan-pertandingan tersebut, Tim U12 tahun dari Indonesia tampil sebagai pemenang dalam semua pertandingan dengan skor 4-0, 8-1, 6-0, 8-0, 8-0 dan 4-1.

Dengan tantangan yang tidak ringan seperti suhu dingin di bawah 15-170C, dan pola makan yang sangat berbeda, mereka dapat beradaptasi, melakukan pertandingan dengan baik dan memenangkan pertandingan.

Meskipun Gothia Cup hanya merupakan pertandingan persahabatan, namun paling tidak turnamen ini menggambarkan bahwa Indonesia memiliki banyak pemain belia yang berbakat, seperti juga yang kita lihat dalam pertandingan Timnas U16 melawan Singapura.

Namun pertanyaan muncul berikutnya adalah mengapa kecemerlangan pemain junior ini meredup ketika mereka tampil di tim senior? Atau mengapa banyak pemain berbakat di level kompetisi junior tetapi tidak cemerlang ketika tampil di kompetisi senior?

Mengapa tidak bersinar di tim senior?

Paling tidak ada empat hal yang harus diperhatikan agar pemain  yang cemerlang pada tim junior tetap cemerlang ketika memasuki usia senior atau bahkan tetap bertahan menjadi pemain cemerlang di tim senior.

Pertama, Menurut Rahmat Dharmawan, salah satu pelatih kawakan Indonesia, untuk mempertahankan kesinambungan prestasi pemain junior hingga ke level senior, diperlukan kompetisi yang ideal di level junior.

Dalam rangka mengupayakan kompetisi yang ideal di level junior yang hingga saat ini belum diselenggarakan dengan baik, diperlukan kompetisi antar club dalam beberapa zona.

Untuk mencapai tingkat ideal menurut Rahmat, jumlah pertandingan dalam setahun harus mencapai 20-30 kali. Di samping itu, tim yang berlaga harus memiliki kemampuan yang setara dengan jumlah yang mencukupi.

Kedua, Menurut Rahmat Dharmawan pula, hingga saat ini club-club besar belum berani merekrut pemain-pemain junior berbakat, dan memberikan kepercayaan bertanding dalam pertandingan-pertandingan penting.

Menurut Rahmat, inilah yang membuat pemain junior tidak menjadi lebih matang, karena tidak dipercaya oleh pelatih ketika masuk tim senior

Baca juga : Satu Lagi Pemain Sepak Bola Jebolan Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan Berkarier di Eropa

Ketiga, pola hidup pemain menjadi masalah tersendiri. Banyak pemain bagus ketika di kompetisi junior, memasuki club professional senior, tetapi pola hidupnya amatiran.

Tidak disiplin berlatih, konsumsi makanan dan minumannya tidak mendukung pola hidup sehat. Tidak disiplin dalam istirahat dan tidur. Ini sangat berpengaruh pada permainan mereka di lapangan.

Keempat, gaya hidup pemain junior menjadi masalah serius lainnya. Banyak dari mereka terkena star syndrome. Besar kepala ketika namanya terangkat, sehingga tidak fokus lagi dalam karier sepak bola.

Jika tetap bermain sepak bola, performanya menjadi menurun. Bahkan banyak dari mereka yang tidak lagi memilih karier menjadi pemain sepak bola melainkan mencoba menjadi artis.

Samsir Alam atau Yongki Ariwibowo adalah contohnya. Setelah terkenal melalui sepak bola junior, mulai memasuki gaya hidup glamour, bahkan mencoba menjadi artis.

Itulah empat hal yang menurut hemat kami harus menajdi perhatian para penanggung jawab mutu sepak bola Indonesia.

Baca Juga:  Delapan Kebiasaan Baik Di Usia Muda Menjamin Masa Depan Gemilang

Masalah ketiga dan keempat menggambarkan kegagalan salah satu aspek pembinaan pemain muda yang penting. Mereka dilatih secara teknik dan taktik bermain sepak bola, tetapi tidak dibentuk secara karakter.

Keempat hal ini harus diperhatikan, harus diperbaiki, agar mutu pemain sepak bola Yunior kita meningkat ketika mereka memasuki tim senior. Sehingga pemain yang cemerlang di kompetisi Yunior tetap cemerlang di tim senior.

Foto: bola.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of