Eposdigi.com – Paus Fransiskus menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat adat Kanada atas kekerasan yang terjadi di sekolah-sekolah berasrama, yang dikelola oleh Gereja Katolik, pada masa yang lalu.
Permintaan maaf tersebut disampaikan di hadapan delegasi suku asli Kanada yang terdiri dari Suku Metis, Inuit, dan First Nations, saat Paus Fransiskus mengadakan pertemuan di Vatikan, pada Jumat 1 April 2022.
“Saya meminta pengampunan Tuhan dan sangat menyesali perbuatan anggota Gereja Katolik yang tercela. Bersama para Uskup Kanada saya memohon maaf yang sedalam-dalamnya,” tutur Paus Fransiskus seperti dilansir pada laman vice.com.
Dalam pertemuan dengan delegasi Metis, Inuit, dan First Nations tersebut Paus pun menyampaikan harapannya untuk dapat mengunjungi Kanada pada bulan Juli 2022.
Perdamaian Tanpa Merusak: Tidak Ada Bela Israel Atau Bela Hamas!
Para anggota delegasi yang hadir menyambut baik rencana tersebut dan menantikan kunjungan tersebut. Mereka berharap, kunjungan tersebut dapat menjadi bagian dari proses pemulihan dan rekonsiliasi bagi keluarga para korban.
Permintaan maaf ini terkait penemuan sisa jasad 215 anak di bekas sekolah Katolik untuk murid pribumi Kanada pada tahun 2021 yang lalu.
Paus mendesak politikus Kanada dan para pemimpin Katolik untuk bekerja sama, guna menjelaskan temuan tersebut serta mengupayakan rekonsiliasi dan penyembuhan bagi para penyintas.
Temuan sisa jasad pada ratusan kuburan tak bernisan tersebut terjadi di lokasi bekas sekolah asrama untuk anak suku asli Kanada, Marieval Indian Residential School.
Baca juga : Ada ‘Kanada’ di Flores Timur
Sekolah tersebut merupakan sekolah asrama terbesar di Kanada. Sekolah yang dikelola oleh Gereja Katolik atas dukungan pemerintah tersebut, telah ditutup tahun 1978.
Sekolah ini, dengan dukungan pemerintah waktu itu, secara paksa memisahkan anak suku asli Kanada, dari keluarga mereka. Seperti dilansir CNN, sebuah penyelidikan menyimpulkan, melalui sistem sekolah berasrama tersebut, telah dilakukan genosida budaya.
Para murid yang adalah penduduk pribumi, dipaksa untuk secepatnya beradaptasi dengan budaya barat, budaya para pendatang. Selama bersekolah, mereka dilarang menggunakan bahasa ibu. Jika kedapatan melanggar, para murid disiksa.
Menurut laporan penyelidikan Komisi Kekerasan dan Rekonsiliasi Kanada, seperti dilansir oleh Al Jazeera, system sekolah asrama di seluruh Kanada, setidaknya telah membuat 4.100 anak pribumi Kanada terbunuh, karena tindakan kekerasan pengelola.
Dilaporkan bahwa anak-anak pribumi itu mengalami pelecehan seksual, pemerkosaan, malnutrisi dan berbagai kekejaman lain, dilakukan oleh pengelola sekolah berasrama tersebut.
Seperti yang disampaikan oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau bahwa temuan ini merupakan bagian kelam dan gelap dari sejarah Kanada sebagai bangsa dan sejarah kelam Gereja Katolik. Semoga ini menjadi pembelajaran bagi siapapun tentang peradaban dan kemanusiaan.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis. / Foto: relevantmagazine.com
Leave a Reply