Happy International Women’s Day: Selamat Merdeka PerEMPUan

Budaya
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com –  Kesetaraan Gender: Setiap manusia, baik itu perempuan maupun laki-laki memiliki perbedaan. Satu perbedaan mendasar yakni jenis kelamin.

Jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan memiliki peran biologis dan kodrati yang berbeda. Misalnya seorang laki-laki dikaruniai kemampuan untuk membuahi. Sedangkan seorang perempuan, mengalami mensturasi/haid, dikaruniai potensi untuk dibuahi/hamil, melahirkan, dan menyusui anak.

Peran kodrati di atas jelas tidak dapat disubstitusikan atau diubah.  Laki-laki normal tidak mungkin hamil, melahirkan, dan menyusui. Begitupun dengan perempuan normal, tidak mungkin dapat membuahi/menghamili laki-laki atau sesama perempuan.

Perbedaan yang cukup signifikan di atas merupakan kodrat yang tidak dapat dinafikan.Tetapi dalam kenyataannya kadang peran antara laki-laki dan perempuan diperdebatkan. Lebih-lebih setelah isu gender mulai gencar dikampanyekan.

Mahar Gading Gajah lambang “Harga Diri” Perempuan Lamaholot?

Namun, sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu kita mengenal, perbedaan antara jenis kelamin dengan gender. Dan mengapa gender kemudian menjadi sesuatu yang dipersoalkan???

Jenis kelamin dan gender pada hakikatnya berbeda, satu dengan lainnya.

Sebagaimana uraian di atas,  jenis kelamin berkaitan dengan perbedaan biologis. Sedangkan gender adalah pembedaan akan peran, fungsi dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam konteks kehidupan sosialnya.

Atau sederhananya dapat dikatakan, bahwa jenis kelamin berkaitan dengan kodrat, sedangkan gender berkaitan dengan hasil konstruksi masyarakat.

Lantas, mengapa gender menjadi suatu persoalan yang cukup seksi dalam kehidupan sosial kita? Hal ini tentu tidak terlepas dari kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan.

Baca Juga: Pendidikan Kontekstual dan Gerakan Pemberdayaan Perempuan

Selain daripada itu, budaya patriarki yang cukup kental di Indonesia cenderung menjadikan perempuan sebagai korban, hingga kelompok yang disubordinasi atau dinomorduakan.

Padahal secara garis besar yang membedakan laki-laki dan perempuan adalah anatomi dan fisiologi manusia.

Pada dasarnya kita adalah makhluk biopsikososial yang hidup tidak terlepas dari peran, dan fungsi kita masing-masing dalam hidup bermasyarakat.Tak terkecuali peran dan fungsi reproduksi yang tidak dapat diubah.

Pada tatanan kehidupan bermasyarakat, salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap peran dan fungsi gender ialah sosial-budaya. Karena hal ini membentuk peran sosial yang berbasis budaya setempat.

Kehidupan sosial dan budaya yang berlangsung di suatu tempat memiliki pandangan masing- masing terhadap peran, posisi, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Dari sinilah timbul ketimpangan atau ketidakadilan terhadap gender.

Benarkah Masyarakat Adonara Murni Patrilineal?

Pemberian peran sosial dan pengaruh budaya ini berlangsung terus menerus. Bahkan tanpa kita sadari bahwa hal ini mulai terjadi sejak seseorang masih dalam kandungan.Hal ini secara terus-menerus menyebabkan diskriminasi dan ketidakadilan gender yang tersistematis.

Meminimalisir Diskriminasi Gender

Walau demikian, ketidakadilan dan diskriminasi gender dapat diminimalisir, bahkan dihentikan.

Adapun strateginya, yakni dapat dimulai dari diri sendiri dengan mengubah pola pikir kita. Kita harus memiliki pandangan dan prinsip yang teguh, bahwa laki-laki dan perempuan adalah setara dalam peran, fungsi, dan tanggung jawab sosial.

Lalu kemudian bergeser ke keluarga. Di dalam keluarga selain pola pikir, kita juga diharapkan membiasakan sikap adil. Misalnya memberikan reward (hadiah) maupun punishment (sanksi) secara merata kepada anak laki-laki maupun perempuan.

Setelah dari keluarga, kita juga mulai mendorong partisipasi semua pihak, baik itu antara laki- laki dan perempuan dalam kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat secara adil tanpa diskriminasi.

Hal ini lama kelamaan akan mengkonstruksi suatu budaya emansipatoris dan kesetaraan di dalam masyarakat.

Baca Juga: Perempuan (Ina Wae) Adonara Adalah Berkat

Lebih lanjut, diskriminasi dan ketidakadilan gender ini didorong untuk menjadi isu publik sehingga menjadi masukan bagi pihak berwenang dalam membuat kebijakan yang responsif gender yang anti terhadap diskriminasi dan ketidakadilan gender.

Muara dari semua usaha dan strategi itu, yakni terciptanya masyarakat adil tanpa diskriminasi gender. Dimana tiap laki-laki dan perempuan bisa sama-sama jadi pemimpin.

Laki-laki dan perempuan bisa sama-sama mencari nafkah. Laki-laki dan perempuan bisa sama-sama mengurus anak. Laki-laki dan perempuan bisa sama-sama mengurus dapur. Lagi dan lagi, kita setara.

Perempuan Melihat Dirinya.

Lalu, bagaimana kita sebagai perempuan melihat diri kita? Kita cantik, kita hebat, kita kuat, kita istimewa.

Sebagimana kata Pramudya Ananta Toer, “tanpa wanita tak akan ada bangsa manusia. Tanpa bangsa manusia tak akan ada yang memuji kebesaranMu. Semua puji-pujian untukmu dimungkinkan hanya oleh titik darah, keringat dan erang kesakitan wanita yang sobek bagian badannya karena melahirkan kehidupan.”

Rambut Rebonding, Celana Umpan dan Martabat Perempuan Adonara

Oleh karena itu, Puan, jangan mau direndahkan, jangan mau dipermainkan, jangan mau dimanfaatkan. Lawan selagi kita benar, hajar saat dalam bahaya.

Ketika menemukan toxic relasi segera keluar dan cari circle yang positif, karena kita bukan kaum lemah. Sebesar apapun berperasaan, logika, rasional tetap harus ada.

Salam untuk per(t)EMPU(r)an yang hebat, dari semua puan-puan cantik di muka bumi  yang sudah berjuang sejauh ini. Happy International Women’s Day.

Tulisan ini awalnya diposting di laman FB penulis. Ditulis dalam rangka memperingati Hari Perempuan International 08 Maret lalu. Foto: dari laman PB penulis.

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of