Eposdigi.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2021 mencapai 72,29. Angka ini meningkat 0,49% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 71,94.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa peningkatan ini terjadi karena perbaikan kinerja ekonomi yang kemudian berpengaruh positif pada peningkatan kemampuan mengakses fasilitas kesehatan, pendidikan dan peningkatan konsumsi perkapita.
Namun jika data ini ditelusuri lebih lanjut, kondisi pembangunan manusia Indonesia masih memprihatinkan. Misalnya seperti ditulis oleh Mirza Hapsari, seorang ahli gizi dari Universitas Gajah Mada, pada laman resmi humas UGM.
Mirza Hapsari, melaporkan bahwa hampir separuh anak Indonesia ternyata tak bisa sarapan pada pagi hari, sebelum berangkat ke sekolah.
Padahal sarapan pagi memiliki peran yang penting selain untuk pertumbuhan anak, sarapan pagi juga untuk menunjang aktivitas anak hari itu. Aktivitas anak hingga menjelang makan siang, membutuhkan asupan gizi yang berasal dari sarapan pagi.
Laporan tersebut juga menggambarkan mengapa para orang tua belum menjadikan sarapan sebagai kebiasaan sebelum anak berangkat ke sekolah.
Baca juga : Selain Kesehatan, Hal ini bisa dilakukan lewat Posyandu Anak 5 hingga 10 tahun
Beberapa alasan dikemukakan seperti, anak buru-buru berangkat ke sekolah karena bangun pagi kesiangan. Atau orang tua buru-buru berangkat bekerja sehingga tak sempat membuatkan sarapan.
Laporan tersebut juga memberi gambaran buram lain. Mengutip data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, laporan tersebut menggambarkan bahwa dari 25 ribu anak usia sekolah di 34 provinsi yang sarapan, 66,8% anak tidak sarapan dengan gizi seimbang.
Itu berarti, anak-anak sarapan dengan kualitas makanan yang kandungan gizinya rendah. Terutama tanpa asupan vitamin dan mineral. Padahal zat gizi tersebut sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan anak.
Baca juga : Mengapa Perkawinan Anak Usia Dini adalah Bencana Nasional?
Laporan tersebut juga menulis bahwa dalam sehari, anak usia sekolah membutuhkan 1.550 kalori yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Kalori yang diharapkan diperoleh dari sarapan, jika asupan sarapannya bergizi sebenarnya tidak besar yakni hanya sekitar 300 kalori saja. Data di atas menggambarkan bahwa sebagian besar anak usia sekolah gagal memenuhi kebutuhan kalori, baik karena sarapannya tidak bergizi maupun tidak sarapan sama sekali.
Kondisi ini harusnya menjadi problem serius yang membutuhkan pemecahan dari pemerintah terkait, karena tidak terpenuhinya kebutuhan kalori, berdampak pada fungsi otak anak.
Selandia Baru Larang Anak Mudanya Merokok Seumur Hidup, Indonesia Kapan?
Selain itu, anak yang tidak sarapan atau sarapan tidak mengandung asupan yang bergizi, menyebabkan anak kurang konsentrasi saat belajar, karena energi yang dibutuhkan oleh otak untuk bekerja, tidak diperoleh.
Oleh karena itu, anak kategori ini juga jadi kurang bisa belajar. Selain itu, rasa lapar karena tidak sarapan juga menyebabkan terganggunnya anak secara emosional. Dampak lanjutannya adalah, banyak dari mereka menjalani prose belajar yang tidak bermutu, bahkan pada akhirnya, banyak dari mereka yang mengulang kelas.
Kondisi seperti ini membuat kita berpikir ulang tentang peningkatan indeks pembangunan manusia Indonesia. Data kuantitatif mungkin menunjukkan perbaikan namun, data kualitiatifnya jauh dari baik. Ini harusnya segera diperbaiki pemerintah dan orang tua.
Tulisan ini sebelumnya tayang depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis /Foto :berkeluarga.id
Leave a Reply