Eposdigi.com – Ramai dibicarakan di media sosial tentang kasus alat tes antigen yang didaur ulang. Entah apa yang dipikirkan mereka, sehingga itu bisa terjadi. Kenapa? Hanya karena keegoisan dan kepentingan pribadi, mereka seenaknya melakukan hal semacam ini.
Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sumatra Utara mengatakan kasus penggunaan alat swab antigen bekas di Bandara Kualanamu, Medan terungkap akibat adanya keluhan para calon penumpang pesawat yang mendapat hasil rapid tes swab antigen mereka positif COVID-19.
Guna mengungkap kasus ini, anggota Krimsus Polda Sumatra Utara pun menyamar sebagai calon penumpang salah satu pesawat dengan menggunakan jasa laboratorium Kimia Farma yang berada di lantai M, Bandara Kualanamu, pada Selasa (27/4) pukul 15.05 WIB.
Anggota krimsus ini pun mengikuti rapid tes swab antigen seperti calon penumpang lainnya, setelah selesai pengambilan sampel, maka petugas krimsus ini menunggu hasil tesnya. Selang 10 menit menunggu, hasil yang didapatkan ‘’positif‘’. Setelah itu terjadi perdebatan dan saling balas argumen antara petugas krimsus dan petugas laboratoriun.
Baca Juga: “Bencana” dan Bencana – Relawan dan “Relawan”
Pihak kepolisian pun langsung memeriksa seluruh isi ruangan laboratorium rapid antigen. Selain itu semua petugas laboratorium Kimia Farma dikumpulkan dan diperiksa. Petugas Krimsus Polda Sumatra Utara pun mendapat barang bukti, yakni ratusan alat yang dipakai untuk rapid swab antigen untuk pengambilan sampel dan didaur ulang.
Menurut keterangan petugas laboratorium Kimia Farma saat diinterogasi, alat yang digunakan untuk pengambilan sampel merupakan alat yang telah digunakan sebelumnya.
Alat tersebut kemudian dicuci dan dibersihkan kembali, lalu dimasukkan ke dalam bungkusan kemasan untuk digunakan dalam pemeriksan berikutnya (voaindonesia.com).
Tidak hanya itu, kasus lain lebih mengerikan. Misalnya memproduksi makanan menggunakan bahan pengawet yang bukan untuk pengawet makanan (pengawet non pangan).
Contohnya pengawetan ikan, ayam, mie basah, kerupuk, manisan, saos, aroma sirup, terasi atau lainnya dengan formalin, boraks, rhodamin B, dan metanil yellow.
Dilansir kompas.com (07/09/2021) – Petugas Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang, mengamankan puluhan kilogram mie basah yang mengandung bahan pengawet sejenis formalin dan boraks.
Kepala BBPOM Semarang Supriyanto Utomo mengatakan, sebanyak 40 kg mie yang mengandung bahan pengawet tersebut diamankan dari pembuat mie industri rumahan berinisial HTN (39) yang beralamat di Jalan Puspawarno Selatan RT 03 RW 06 Semarang Barat saat dilakukan penggrebekan.
Menurut dia, pembuat mie berformalin yang digrebek diduga menjadi salah satu pemasok terbesar sejumlah pedagang mie di pasar tradisional di Kota Semarang, seperti Pasar Johar, Pasar Peterongan, Pasar Bulu dan Pasar Karangayu.
Ia mengatakan, produk bahan makanan yang mengandung sejenis bahan pengawet dapat dibedakan melalui warnanya yang cenderung lebih terang.
Saat dimintai keterangan oleh petugas, HTN mengaku mengetahui bahaya formalin dan boraks bagi kesehatan manusia serta telah menjalankan produksi selama satu tahun terakhir.
Alasan HTN menggunakan formalin menggunakan formalin dan boraks dalam mie basahnya karena dirinya sering rugi dengan mie basah yang dibuat tanpa bahan pengawet dan tidak laku dijual.
Sadar atau karena keegoisan yang terlalu mendominasi, mereka dangan percaya dirinya menjajakan jualannya tanpa memikirkan akibat yang diperbuatnya, tanpa tahu jika seseorang yang telah mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan-bahan pengawet tersebut dapat berakibat fatal dan dapat menyebabkan kematian, mengapa demikian?.
Ada beberapa bahan pengawet yang sangat berbahaya bila dikonsumsi, antara lain:
Formalin
Orang yang mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet formalin akan berakibat fatal, karena formalin adalah bahan yang digunakan untuk pengawetan mayat, organ-organ makhluk hidup, sebagai pembasmi hama, disinfektan dalam industri plastik dan busa serta untuk sterilisasi ruangan.
Baca juga: Bagaimana Sorgum Mengatasi Maag?
Selain itu formalin juga memiliki efek toksik yang sangat tinggi dan bersifat karsinogenik yang akan menyuburkan pertumbuhan sel-sel kanker.
Di dalam formalin juga terkandung 37 % formalidehid dalam air, dan bila digunakan untuk mengawetkan, ditambah metanol hingga 15 %.
Nah bila bahan-bahan itu masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan berakibat fatal dan berbagai penyakit akut maupun kronis akan menyerang tubuh.
Mereka mengaku memilih formalin sebagai bahan pengawet karena murah, jika dibandinkan pengawetan makan yang diperbolekan seperti asam sorban atau natrium bensoat. Selain murah, formalin juga lebih irit, mudah digunakan karena berbentuk larutan serta mudah didapatkan di toko-toko kimia.
Boraks
Boraks umumnya digunakan untuk memantri logam, pembuatan gelas, serta campuran pembersih. Bahan ini diketahui memiliki bahaya bagi kesehatan jika tertelan.
Banyak pedagang memanfaatkan boraks sebagai bahan pengawet untuk memberi kerenyahan pada kerupuk.
Orang yang telah mengkonsumsi makan yang mengandung bahan pengawet boraks akan mengalami efek; demam, muntah, mual, mata merah, batuk, dll, tetapi jika boraks masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang besar bisa menyebabkan kematian dan gagal ginjal.
Rhodamin B
Rhodamin B diketahui adalah salah satu zat pewarna sintesis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas.
Zat ini dilarang digunakan untuk pengawetan makanan oleh Menteri Kesehatan namun masih banyak orang mengunakannya sebagai bahan pengawet pada makanan seperti kerupuk, sambal botolan, dan sirup agar menghasilkan tapilan dan warna yang menarik.
Jika seseorang mengkonsumsi makanan yang mengandug pengawet rhodamin B dapat memicu terjadinya kanker.
Metanil Yellow
Metanil Yellow merupakan zat warna berbentuk serbuk berwarna kuning kecoklatan, zat pewarna ini bisa digunakan di industri tekstil, penyamakan kulit, kertas, sabun, kosmetik dan lilin. jika bahan pengawet metanil yellow masuk ke tubuh kita, akan memicu terjadinya penyakit kanker.
Baca juga: Wata Senema; Ada Filosofi Di Balik Kelezatannya
Berbicara soal makanan, mungkin kita lebih hati-hati lagi dalam memilih makanan untuk dikonsumsi, karena saat ini banyak orang di luar sana bertindak sesukanya hanya untuk memenuhi kepusan diri tanpa tahu akibatnya untuk orang lain.
Kita sering tidak puas dengan apa yang didapatkan, mereka akan menghalalkan berbagai cara untuk mencapai kepuasan tersebut.
Dalam banyak kasus kita juga seperti virus. Sifat tak terpuji berkembang biak cepat menyedot sumber daya hingga habis, sampai kemudian tidak ada lagi tersisa. Mereka rakus sekali. Maka seperti virus, hanya obat paling keraslah yang dapat menghentikannya. Obat apa yang paling baik untuk ego sebesar itu?
Foto: KajianPustaka.com
[…] Baca Juga: “Virus” itu bernama…. […]