Rampungnya Gua Maria La Salette, Menjawab Impian Umat Paroki Lato

Budaya
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Dua puluh tahun silam tepatnya tanggal 19/09/2000, Paroki Santa Perawan Maria La Salette – Lato, Keuskupan Larantuka, resmi menjadi paroki mandiri.

Kebutuhan iman umat paroki ini dilayani oleh para Imam, Bruder dan Frater dari Kongregasi Para Misionaris Keluarga Kudus – Missionariorum a Sacra Familia (MSF).

Paroki Lato sendiri terdiri dari enam stasi. Di antaranya: Lato, Tenawahang, Pagong, Waidang, Tana Meang dan Baujawa. Saat ini jumlah umat yang dilayani sekitar 2.900 jiwa.

Kehidupan iman umat rata-rata seperti paroki umumnya yang ada di Keuskupan Larantuka. Masih sangat membutuhkan sentuhan pendewasaan.

Baca Juga: Bagaimana dengan nasi di piring Anda?

Sebagai paroki mandiri, umat setempat menghendaki adanya sebuah Gua Maria milik paroki. Oleh karena itu, enam tahun yang lalu gua dimaksud mulai dirancang.

Kala itu paroki yang berbatasan dengan wilayah Keuskupan Maumere pada bagian utara Pulau Flores ini dinahkodai oleh Rm. Yusup Sunarno, MSF. Pembangunan dilanjutkan ketika Rm. Hubertus Adi Wijayanto, MSF dipercayakan menjadi Pastor Paroki.

Kini di masa pimpinan Rm. Agustinus Eko Wahyu Krisputranto, MSF, Gua Maria yang menjadi impian umat paroki Lato, telah menjadi kenyataan. Setelah sekian lama berada dalam proses pembangunan, gua yang berlokasi di halaman Gereja Stasi Lato akhirnya rampung.

Lewat tangan terampil Febian Tatu, seorang putra Adonara yang terkenal tekun dan ulet kerja bersama tim. Sesuai dengan nama paroki dan patung yang ditahtakan pada gua saat ini maka boleh disebut Gua Maria La Salette.

Umumnya, material batu yang digunakan dalam konstruksi bangunan ini adalah jenis batu karang. Ini karena sebagian wilayah Paroki Lato kaya akan batu jenis ini.

Ukuran Gua tergolong besar dengan model yang cukup unik. Susunan bebatuan sepanjang 23 meter, lebar 4 meter dan puncak tertinggi mencapai 4,5 meter. Memiliki dua ruang dalam satu atap, masing-masing sebagai tempat pentahtaan Patung Maria La Salette dan Panti Imam.

Baca Juga: Terpencil Tapi Berprestasi: Puskesmas Lato Raih Akreditasi Madya

Di luar ruang sebelah barat tempat Patung Maria ditahtakan, terdapat susunan batu membentuk bukit yang tingginya mencapai 2,4 meter. Patung Tuhan Yesus pun terpasang di kayu salib yang ditanam pada puncak bukit dengan tinggi tiang salib 3,3 meter dan palang salib 1,9 meter.

Sedangkan di luar ruang sebelah timur Panti Imam, terdapat kolam air yang memancarkan kesejukkan. Sumbernya dari mata air “Wailihang”.

Pada dinding gua tertulis “Barang siapa haus, Baiklah ia datang kepada-Ku dan minum” (Yoh. 7:37). Di dekat kolam pula akan ditempelkan sebuah prasasti peringatan.

Untuk menuju ke pelataran gua, dikerjakan lorong yang permukaannya dihiasi batu-batu berbentuk ceper yang memberi kesan alami. Ada pula tiang-tiang berbentuk bulat, dibaluti dengan batu-batu pantai yang begitu menarik. Jumlahnya sebanyak 14 tiang yang berdiri kokoh berjejer di sepanjang lorong. Jarak antara tiang yang satu dengan yang lain adalah 11,5  meter.

Bagian atas setiap tiang, diletakkan patung dari pahatan kayu. Simbol jalan salib derita Tuhan Yesus dari perhentian ke-1 hingga perhentian ke-14.

Rampungnya Gua Maria Paroki Lato tidak terlepas dari campur tangan banyak pihak.

Selama pembangunannya, terjalin kerjasama yang baik antara pihak Gereja dan pemerintah serta lembaga pendidikan dan kesehatan baik yang ada di dalam wilayah paroki seperti desa Watowara, desa Tenawahang dan desa Adabang maupun diluar wilayah paroki seperti desa Serinuho dan desa Duli Jaya.

Ada desa yang berkontribusi dalam menyiapkan material, ada pula dengan mengerahkan tenaga kerja untuk bhakti desa sekaligus bhakti umat. Kegiatan terkadang berlangsung serempak namun kadang pula secara bergilir per desa, per stasi atau per lingkungan yang ada.

Baca Juga: Ada ‘Kanada’ di Flores Timur

Antusias umat tampak begitu tinggi, dilihat dari kehadiran setiap kali ada kegiatan umum masyarakat/umat di Gua Maria dan halaman sekitarnya. Selain kerjasama secara lembaga, pihak paroki pun bekerjasama dengan orang perorangan/keluarga, terkait sumbangan materil maupun moril.

Keaktifan umat bergotong-royong semakin nyata kurang lebih satu bulan terakhir menjelang pemberkatan gua. Di sisi lain, dana pembangunan gua umumnya diperoleh dari para donatur luar daerah yang digalang oleh Pastor Paroki.

Sebagai ungkapan syukur atas ulang tahun paroki ke-20 dan rampungnya Gua Maria La Salette, diadakan misa syukur sekaligus pemberkatan. Perayaan ini terjadi pada hari Minggu, 20/09/2020 mendatang. Rencananya akan dipimpin langsung oleh Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr.

Sebarkan Artikel Ini:

1
Leave a Reply

avatar
1 Discussion threads
0 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
0 Comment authors
Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
trackback

[…] Baca Juga: Rampungnya Gua Maria La Salette, Menjawab Impian Umat Paroki Lato […]