Eposdigi.com – Akhir tahun 2019 lalu, di kota Wuhan – Tiongkok dilaporkan adanya temuan kasus pneumonia berat namun belum diketahui penyebab pastinya (etiologi-nya).
Kasus ini etiloginya diduga kuat oleh Ilmuwan Tiongkok berkaitan dengan SARS (Severe Acute Respiratori Infection) yang disebabkan oleh Coronavirus. Kali ini mereka mengidentifikasinya sebagai wabah yang disebabkan oleh virus corona jenis baru. Mereka menamainya novel coronavirus atau 2019-nCoV.
Pneumonia sendiri merupakan infeksi akut di jaringan paru. Ia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, parasit, jamur, bakteri, ter-ekspos bahan kimia, atau karena kerusakkan fisik paru.
Di Indonesia, berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia, pada tahun 2015 lalu, pneumonia menyebabkan kematian 922.000 balita. Dalam rentang tahun 2015 hingga 2018, terkonfirmasi kasus pneumonia pada anak-anak mencapai 505.331 pasien. 425 pasien diantaranya meninggal dunia (kompas.com 22/01/2020).
Data dari Strait Times (straittimes.com – 22/01/2020) menyebutkan bahwa hingga saat ini 2019-nCoV telah menginfeksi 446 orang di seluruh dunia. 440 diantaranya di Tiongkok. Selain di Tiongkok, kasus-kasus serupa dilaporkan juga terdapat di Singapura, Korea Selatan, Thailand dan Hongkong.
Gejala Novel Coronavirus
Gejalah yang muncul pada kasus pneumonia 2019-nCoV ini antara lain : demam tinggi karena radang di jaringan paru, batuk kering maupun berdahak, kesulitan bernafas, nyeri di area dada; badan terasa panas dingin, kelelahan dann badan terasa berat. Gejala lain yang mungkin timbul seperti mual, muntah atau diare.
Dari gejala-gejala tersebut ada tiga gejala yang perlu diwaspadai, seperti disampaikan oleh Erlina Burhan dari Pokja Infeksi, Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia kepada cnnindonesia.com (22/01/2020) adalah demam, batuk kering atau berdahak dan kesulitan bernafas.
Lebih lanjut, menurut Erlina, ketika gejala tersebut dirasakan seseorang, bukan berarti telah terinfeksi 2019-nCoV. Ia menyarankan agar segera menghubungi fasilitas kesehatan terdekat ketika merasakan ketiga gejala ini.
Baca Juga: Lakukan 6 Hal Ini Untuk Mencegah Munculnya Penyakit Pasca Banjir
Belum ada Vaksin.
Saat ini untuk mencegah pneumonia sudah tersedia beberapa vaksin. Vaksin Pneumokokus PVC : Pneumococcal Conjugate Vaccine untuk bayi di bawah 2 tahun, Vaksin PPSV23 untuk usia 2 hingga 64 tahun, dan Vaksin Hib. Untuk di Indonesia, Vaksin Haemophilius influenza type B (Hib) menjadi vaksin untuk program nasional imunisasi untuk bayi.
Namun untuk mencegah penularan 2019-nCoV, hingga saat ini belum ditemukan vaksin karena virus pneumonia ini adalah jenis virus baru.
Upaya Mencegah.
Mengingat bahwa hingga saat ini belum ada vaksin maka beberapa tipe berikut ini yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan 2019-nCoV:
Pertama: Menjaga kebersihan pribadi. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik. Hindari menyentuh area mata, hidung dan mulut ketika tangan kotor. Hindari menyentuh permukaan apapun yang mungkin terkontaminasi oleh kotoran.
Kedua: Pastikan untuk mengkonsumsi makanan terutama daging dan telur yang telah dimasak dengan matang. Hindari kontak langsung dengan hewan baik hidup maupun yang mati dan lingkungannya.
Ketiga: Gunakan masker atau penutup mulut dan hidung. Hindari kontak dengan orang lain yang jelas terlihat sakit. Istirahat di rumah ketika sedang tidak fit. Buanglah tisu bekas ke tempat sampah dan segeralah cuci tangan.
Keempat: Bersegeralah mendatangi fasilitas kesehatan untuk berobat ketika mengalami gejala pneumonia. Jangan dulu bepergian terutama ke Tiongkok dan hindari sementara bertemu dengan mereka yang baru pulang dari Wuhan – Tiongkok. (Foto : usatoday.com)
[…] Baca Juga: Waspada Wuhan Virus yang Sedang Mewabah […]
[…] Baca Juga: Waspada Wuhan Virus yang Sedang Mewabah […]
[…] Baca Juga: Waspada Wuhan Virus yang Sedang Mewabah […]
[…] Baca Juga: Waspada Wuhan Virus yang Sedang Mewabah […]