Setelah Serangan Teror; hasrat menjadi terkenal mengalahkan naluri bertahan hidup.

Sospol
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Jagat maya hari ini ramai berita terkait penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto di Pandeglang – Banten , Kamis (10.10.2019) sekitar jam 11.50 WIB.  Berita-berita, foto dan video berseliweran di berbagai platform media sosial dengan beragam narasi pula analisa terkait penyerangan terhadap mantan Menpangab ABRI itu. Dari keprihatinan akan tindakan terorisme sampai nyiyiran bahwa aksi terkait ini adalah setingan.

Sebagaimana diberitakan, pelaku penusukan itu diduga memiliki hubungan dengan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD). JAD sendiri diketahui berafiliasi dengan ISIS.

Kepala BIN Budi Gunawan, seperti yang dilansir detik.com (10/10/2019) membenarkan hal ini. “Bahwa dari dua pelaku ini kita sudah bisa mengidentifikasi bahwa pelaku adalah kelompok JAD Bekasi,”  katanya di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Dari video yang beredar di berbagai lini media masa, ada dua hal yang “mengganggu”.

Pertama, terlihat tidak ada seorangpun yang segera melindugi Wiranto sesaat ketika terjatuh setelah penusukan. Saya bukan ahli sehingga tidak mengerti SOP pengawalan terhadap pejabat negara. Namun pendapat awam saya mengatakan bahwa Wiranto harusnya mendapat perlindungan dari para petugas saat terjatuh. Ini tentu melindunginya dari kemungkinan jika ada serangan susulan oleh pelaku lain.

Terlihat bahwa petugas segera mengerubuti pelaku penyerangan. Ini tentu baik. Bahwa pelaku harus segera diamankan agar tidak berpotensi melukai orang lain. Namun menurut saya seorang pejabat negara setingkat menteri harus mendapat perlindungan yang maksimal.

Kedua, terlihat begitu banyak masyarakat di lokasi kejadian. Banyak diantara mereka adalah anak kecil yang terlihat berseragam sekolah. Sebagian besar terlihat asik mengambil gambar maupun video dengan HP mereka masing-masing. Alih-alin menjauh, mereka malah  berusaha sedekat mungkin dengan lokasi kejadian. Seolah hendak menjadi yang pertama menagkap momen dan memviralkannya.

Setahu saya, lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) harusnya steril sebagai bagian dari proses menyelidikan atau penyidikan petugas. Namun lebih dari itu, resiko keselamatan menjadi taruhan. Bagimana jika ada ledakan bom paska kejadian penusukan? Kerumunan massa dilokasi kejadian bisa jadi adalah target serangan. Jika ada serangan susulan maka resiko jatuhnya korban dalam jumlah banyak lebih berpeluang terjadi pada kerumunan-kerumunan ‘kepo’ seperti yang terlihat dari video.

Kedua hal ini mengindikasikan belum adanya pemahaman yang baik tentang bagaimana bersikap pada saat adanya kejadian teror. Kita sepertinya tidak terdidik dengan baik dan benar bagaimana merespon kejadian terorisme. Reaksi alamiah bertahan hidup pun sepertinya kalah dari hasrat menjadi terkenal. Terkenal ketika menjadi yang pertama atau yang terbanyak memviralkan berita foto maupun video kejadian.

Padahal, melindungi diri sendiri adalah prioritas utama pada saat terjebak dalam sebuah aksi terorisme atau saat berada di sekitar lokasi kejadian. Maka diantaranya beberapa hal berikut ini yang seharusnya dilakukan untuk melindungi diri.

Pertama, segera menghindar sejauh mungkin dari lokasi kejadian. Ini penting untuk menghindari diri menjadi korban jika ada serangan susulan. Kedua, jika tidak memungkinkan meninggalkan lokasi, maka segeralah mengamankan diri. Cari perlindungan. Hindari berada dilokasi yang memungkinkan cedera misalnya jendela atau pintu kaca, dan barang-barang rapuh yang berpotensi mencederai. Tiga, jika berada di area terbuka segera tiarap atau merebahkan diri. Ini sangat efektif menghindari diri dari cedera akibat ledakan bom.

Empat, hindari keramaian dan kumpulan orang. Keramaian dan kumpulan banyak orang bisa jadi sasaran empuk pelaku teror susulan berikutnya. Lima, patuhi petugas berwenang di lokasi kejadian. Ikuti arahan mereka. Jangan menjadi penghalang ketika para petugas sedang menolong korban atau mengatasi kejadian chaos tersebut.

Benar bahwa pesan menebar rasa takut dalam setiap kegiatan teror harus dilawan balik dengan keberanian. Terorisme tidak boleh menang. Kita tidak boleh takut. Namun nyawa harus jadi prioritas utama yang diselamatkan.

Menyelamatkan nyawa bukan saat kejadian terorisme saja tapi juga ketika sedang menghadapi bencana yang lain, termasuk jika terlibat kecelakaan kendaran bermotor. Cara kita bereaksi atas kejadian-kejadin bencana alam maupun bencana sosial menunjukan tingkat sadar bencana.

Mengingat tingginya potensi bencana di Indonesia. Bencana alam, kebakaran, bencana atau konflik sosial, terorisme, termasuk kecelakaan lalu lintas begitu sering terjadi di Indonesia. Oleh karena itu maka pendidikan sadar bencana harus segera diterapkan. Untuk menghindari lebih banyak korban. (Foto: tangkapan layar video pelaku diamankan sesaat setelah Menko Polhukam Wiranto meninggalkan lokasi kejadian)

Sebarkan Artikel Ini:

3
Leave a Reply

avatar
2 Discussion threads
1 Thread replies
0 Pengikut
 
Most reacted comment
Hottest comment thread
2 Comment authors
depo- ersSipri Peren Recent comment authors
  Subscribe  
newest oldest most voted
Notify of
Sipri Peren
Guest

Ini artikel dengan sudut pandang yg cerdas, oleh karena itu khas dan mencerdaskan. Ini juga menjadikan Eposdigi.com sebagai media yg beda.

trackback

[…] Baca Juga: Setelah Serangan Teror; hasrat menjadi terkenal mengalahkan naluri bertahan hidup. […]