Eposdigi.com – Brain Root adalah struktur dasar otak. Brain Root yang merupakan landasan kerja otak yang bertanggung jawab untuk memproses informasi, membangun kebiasaan hingga mengatur emosi.
Brain Root berbeda dengan Brain Rot. Brain rot oleh Oxford University Press pada tahun 2024 lalu, seperti dikutip oleh antaranews.com(08.12.2024) dinobatkan sebagai “Kata Tahun Ini”. Penobatan ini jelas memberi gambaran bahwa brain rot menjadi sebuah fenomena baru, yang menyita perhatian banyak kalangan.
Para psikolog melihat bahwa fenomena brain rot memiliki dampak serius pada menurunnya kesehatan mental hingga dapat berdampak serius pada persoalan kognitif siapa saja yang mengalaminya.
Baca Juga:
Media Sosial Bukan Untuk Anak, Orang Tua Perlu Tahu Dampaknya
Brain rot atau ‘pembusukan otak’ merupakan sebuah kondisi mental yang ditandai atau memiliki gejala seperti kecemasan dan depresi, penurunan kemampuan kognitif, analisis, penurunan daya ingat, terganggunya konsentrasi, tidak dapat berpikir jernih dan juga kesulitan menyerap informasi baru.
Fenomena pembusukan otak atau brain rot ini disebabkan oleh paparan tinggi dari konten-konten berkualitas rendah atau ‘receh’ secara berlebihan. Kata kuncinya adalah konten-konten berkualitas rendah.
Brain rot biasanya dialami oleh mereka yang mengkonsumsi berbagai platform media sosial yang berisi konten-konten singkat dan dangkal yang memang dibuat sebagai hiburan instan dengan durasi yang sangat singkat.
Karena dimaksud sebagai hiburan instan inilah sehingga konten-konten dangkal ini tidak memerlukan cukup waktu untuk ditelaah, difilter, apalagi direfleksikan terlebih dahulu oleh siapa saya yang terpapar.
Baca Juga:
Akibatnya, pada tingkat konsumsi yang berlebihan konten-konten intan dengan durasi singkat ini secara perlahan namun pasti membuat siapa saja yang terpapar kehilangan kemampuan untuk menganalisa. Padahal hasil analisa bisa saja merupakan cara orang-orang bertahan hidup atau menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang sedang terjadi di dalam hidup mereka.
Ketika solusi-solusi instan yang disediakan oleh konten-konten berdurasi pendek dengan isi yang dangkal sudah menjadi kebiasaan, apalagi kemudian menjadi pegangan hidup maka ketika seseorang menghadapi persoalan pelik, serius, yang membutuhkan tingkat analisa yang tinggi dan mendalam untuk mencari jalan keluar atas masalah tersebut, orang cenderung akan merasa kesulitan.
Ekspektasi akan solusi instan seperti yang disediakan oleh konten-konten media sosial dengan durasi singkat, ketika berhadapan dengan kenyataan akan masalah yang membutuhkan pemikiran yang runtut dan sistematis, serta analisis yang mendalam, yang mengharuskan seseorang memilih banyak alternatif, jelas menjadi persoalan mental yang serius.
Baca Juga:
Paparan yang tinggi dan berlangsung lama atas konten-konten yang berdurasi singkat dan instan membuat yang terpapar kehilangan minta pada hal-hal akademis yang memerlukan daya tahan konsentrasi tinggi dalam waktu lama, sekaligus memerlukan tingkat analisa yang tinggi dan pemahaman yang dalam.
Kebiasaan serba instan dari konten-konten dangkal ini berpotensi menghilangkan sedemikian rupa kemauan dan kemampuan untuk berpikir sistematis, menggunakan berbagai pendekatan dan analisa yang mendalam, mencoba alternatif-alternatif solusi baru – semua prasyarat ilmiah akademik.
Dengan demikian brain rot jelas merupakan sebuah fenomena yang sangat potensial mempengaruhi kesehatan mental sekaligus berdampak serius pada kecerdasan seseorang.
Brain rot jelas bisa saja dialami oleh siapa saja. Prasyarat untuk mengalami gejala ini cukup mudah. Hanya dengan terpapar konten-konten instan yang dangkal dan berdurasi singkat, sudah cukup membuat seseorang berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental serta menurunnya tingkat intelektualitasnya.
Baca Juga:
Ini Langkah Tanggung Pemerintah Indonesia dalam Mencegah Dampak Buruk Media Sosial
Kabar baiknya adalah, prasyarat untuk menjauhkan diri dari “pembusukan otak” ini pun sama mudahnya dengan membiarkan diri menerima paparan konten yang berpotensi menyebabkan brain rot.
Kita bisa saja tetap berselancar di lautan dunia maya, namun dorong diri kita untuk mengarungi ombak ilmu pengetahuan yang bermakna dalam serta yang memerlukan tingkat analisa yang tinggi.
Mungkin tidak mudah. Karena itu membangun kebiasaan baik lain seperti membaca buku, mencoba dan mengasah permainan-permainan luring untuk mengasah otak, berolahraga rutin dan beristirahat cukup dan habiskan waktu lebih banyak untuk bersosialisasi dengan orang lain tanpa gadget.
Baca Juga:
Karena Berdampak Buruk, Australia Resmi Melarang Anak Usia Di Bawah 16 Tahun Main Media Sosial
Otak kita memiliki potensi luar biasa untuk terus berkembang, mengatasi dan menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam hidup, karena itu jangan biarkan otak mengalami “pembusukan otak” atau brain rot akibat konten-konten instan yang dangkal dan berdurasi pendek.
Leave a Reply