Eposdigi.com – Singapura adalah sebuah negara yang memandang pendidikan sebagai instrumen untuk mengatasi berbagai masalah dalam masyarakatnya. Mulai dari masalah lingkungan hidup hingga masalah dampak perubahan karena Artificial Intelligence (AI) bagi warga negara usia di atas 40 tahun.
Ketika masalah perubahan iklim mulai menjadi masalah global, Singapura sangat mengandalkan pendidikan sebagai instrumen untuk menghadapi perubahan iklim. Mulai dengan memasukkan masalah perubahan iklim ke dalam kurikulum, menumbuhkan sikap peduli lingkungan pada murid, dan membangun infrastruktur ramah lingkungan di sekolah.
Kini setelah AI digunakan di banyak sektor kehidupan, mulai dari sektor pendidikan, sektor bisnis, dan pelayanan umum, Singapura juga mengandalkan dunia pendidikan sebagai instrumen dalam menangani berbagai perubahan yang ditimbulkannya, termasuk agar warga negaranya yang berusia 40 tahun ke atas, tetap relevan di tengah dunia yang berubah.
Baca juga :
Bagaimana Guru Matematika Singapura, Sukses Mengajar Mata Pelajaran Matematika?
Menghadapi berbagai perubahan yang dipicu oleh kehadiran AI dalam industri, dalam bisnis, dan pelayanan umum, Singapura menyediakan beasiswa bagi warga negara yang berusia 40 tahun ke atas untuk belajar AI, agar tetap relevan di tengah dunia yang terus berubah.
Beasiswa ini adalah bagian dari Strategi AI Nasional (NIAS) 2.0. Melalui strategi dan program ini Singapura menginvestasikan lebih dari 1 miliar dolar Singapura atau 12 triliun rupiah dalam komputasi AI, pengembangan sumber daya manusia, dan pengembangan industri selama lima tahun ke depan.
Dalam strategi ini pemerintah telah meluncurkan skema subsidi beasiswa baru bagi masyarakat berusia 40 tahun ke atas untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam hal AI. Ini adalah program pendidikan diploma penuh waktu di pendidikan tinggi yang 90 persennya dibiayai oleh pemerintah.
Tan Wu, seorang anggota parlemen Singapura menggambarkan bahwa dalam program ini para penerima beasiswa usia 40 tahun ke atas akan belajar bersama para mahasiswa berusia muda. Ia mengatakan pembelajaran yang bersifat kolaboratif seperti itu akan sangat bermanfaat.
Baca juga :
Wu juga mengatakan, pengalaman berkolaborasi tidak hanya menguntungkan bagi para penerima beasiswa usia 40 ke atas, mendapatkan bantuan dari kecepatan belajar para mahasiswa usia 20-an, tetapi para mahasiswa usia 20-an juga berpeluang untuk belajar dari pengalaman hidup dan kebijaksanaan hidup para penerima beasiswa.
Bahkan kata Wu, para pengelola pendidikan tinggi pun akan memperoleh pengetahuan baru dari interaksi antara para mahasiswa usia 20-an dan para penerima beasiswa usia 40 tahun ke atas. Ini akan mengubah pengalaman institusi pendidikan di Singapura dalam menyelenggarakan pengajaran.
Tan Wu juga mengatakan bahwa ternyata AI berkembang lebih cepat dari yang ia pikirkan. Tadinya ia berpikir bahwa perkembangan teknologi AI akan memakan waktu dua sampai tiga tahun ke depan. Ternyata hanya dalam waktu 10 bulan OpenAI telah mengumumkan platform Sora yang lebih canggih dari yang diperkenalkan oleh ChatGPT.
Menurut Tan Wu, tidak ada negara, tidak ada perekonomian yang dapat bersembunyi dari perubahan yang dipicu oleh kehadiran AI. Oleh karena itu, kata Wu, tindakan antisipasi harus dilakukan, masyarakat harus disiapkan, karena perkembangan negara ditentukan oleh kesiapan masyarakatnya.
Baca juga :
Inisiatif Reformasi Pendidikan Singapura Sudah Mulai Menghasilkan Perubahan?
Bagaimana dengan Indonesia? Kita tunggu langkah antisipasi dari pemerintah. Atau masyarakat dibiarkan berjibaku sendiri? Ayo, perubahan tidak menunggu kita menyiapkan diri. Apa kabar Indonesia maju 2045?
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto: sindonews.com
Leave a Reply