Eposdigi.com – Bhineka Tunggal Ika, sekali lagi dilukai. Peristiwa doa Rosario beberapa waktu lalu di Tangerang Selatan menunjukan bahwa toleransi di negeri ini masih menyisakan PR Besar. kejadian “tidak enak” itu, dialami oleh beberapa mahasiswa dari Timur Indonesia. Katakanlah dari NTT
Pada saat yang sama, Provinsi Nusa Tenggara Timur – NTT dikenal memiliki nama lain. NTT karena reputasinya dalam hal toleransi, ia juga dikenal dengan nama Nusa Toleransi Tinggi. NTT pada tahun 2023 lalu keluar sebagai yang pertama dalam Indeks Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
Toleransi beragama merupakan sikap saling menghormati, saling menghargai setiap keyakinan individu, tidak memaksakan kehendak, serta tidak mencela ataupun menghina agama lain dengan alasan apapun.
Kasus intoleransi yang sering terjadi di sebagian tempat di Indonesia tentu dilihat ‘sedikit aneh’ bagi daerah-daerah lain yang memiliki tingkat toleransi yang baik di Indonesia.
Yang jelas bahwa sikap intoleran yang ditunjukan oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia, jelas menunjukan bahwa kita belum saling menerima sebagai sesama anak bangsa yang bernaung di bawah kepak sayap Garuda Pancasila, yang mencengkram erat Bhineka Tunggal Ika di kakinya.
Baca Juga:
Karena itu, seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia harus saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan. Entah itu perbedaan ideologi politik, perbedaan agama, bahasa, suku, ras, budaya, bahasa dan atau perbedaan lainnya.
Perbedaan adalah kodrat Bangsa Indonesia. Para pendiri bangsa ini menyepakati untaian Nusantara yang terangkai dari Sabang hingga Merauke dan dari Sangihe Talaud hingga Rote di dalam wadah NKRI.
Namun karena kodrat perbedaan itu, kita masih sering mengalami tindakan intoleran dari sebagian kecil oknum masyarakat. Menurut kami sikap intoleran yang masih ada di sebagian oknum masyarakat disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama: sikap eksklusif. Sebagai masyarakat yang majemuk, seharusnya kita hidup dalam sikap inklusif bukan eksklusif. Kita seharusnya terbuka dan membuka diri terhadap perbedaan. apapun jenis perbedaan itu.
Kedua: Keinginan untuk mengenal yang berbeda. Buah dari sikap eksklusif adalah keengganan untuk memandang dan menghargai perbedaan. penolakan terhadap mereka yang berbeda menunjukkan bahwa belum munculnya keinginan untuk mengenal kemudian menerima perbedaan
Baca Juga:
Ketiga: Sindrom Mayoritas. Sebagian orang masih merasa bahwa kelompok-kelompok minoritas akan mengancam eksistensi mereka yang mayoritas. ketakutan seperti ini melahirkan sikap permusuhan kepada mereka yang minoritas.
Keempat: Sindrom Mayoritas kemudian melahirkan produk aturan yang diskriminatif terhadap kelompok-kelompok minoritas. jika aturan relatif adil, maka kemungkinan lainya adalah penegakan hukum belum berlaku adil.
Kasus-kasus hukum terkait tindakan intoleransi yang dilakukan oleh oknum-oknum radikal, cenderung memiliki masa hukuman yang tidak adil jika dibandingkan dengan tindakan intoleran yang dilakukan oleh kaum minoritas kepada yang mayoritas.
Karena itu kita harus berupaya keras agar kasus-kasus intoleransi yang mencederai janji suci Bhineka Tunggal Ika segera pupus dari bumi NKRI. Lantas apa yang bisa kita lakukan.
Pertama: berbenah dari rumah. sikap toleransi harus dimulai dari rumah. Pembagian tugas dan kesediaan untuk mengemban tanggung jawab atas hal-hal kecil di rumah bisa mendorong sikap toleransi tumbuh di lingkungan keluarga.
Peran yang berbeda yang dilakukan secara konsisten dan bertanggung jawab memupuk sikap toleransi di rumah.; menerima perbedaan peran, adalah menerima perbedaan itu sendiri.
Kedua: berbenah diri di sekolah. Institusi pendidikan tidak boleh bersikap eksklusif. Inklusivitas di lingkungan pendidikan harus menjadi sebuah urusan yang bersifat prioritas. Perbedaan harus terus dipromosikan, diterima dan dihidupi, dan menjadi jalan hidup setiap orang Indonesia dimulai dari lingkungan pendidikan.
Baca Juga:
Ketiga: masyarakat yang membuka diri. Berhubungan baiklah dengan tetangga. Hubungan baik dengan tetangga adalah pintu masuk untuk mengenal dan berdamai dengan perbedaan.
Telibatkan diri dalam berbagai kegiatan dan kebersamaan di lingkungan terdekat adalah cara paling murah dan cepat untuk memperkenalkan perbedaan.
Syarat minimal dari sikap toleran adalah menerima perbedaan. Namun kadang toleransi menciptakan batas di antara satu hal dengan hal lain yang berbeda. Jika batasan ini dilanggar, maka kecenderungan terlahirnya tindakan intoleransi semakin besar.
Karena itu kita membutuhkan tidak hanya sikap toleran, melainkan sikap saling mencintai antar sesama manusia. Jika toleransi menciptakan batas, maka semangat mencintai justru merobohkan batas-batas perbedaan itu.
Karena itu, dalam konteks Indonesia yang ber Bhineka Tunggal Ika, di bawah naungan sayap Garuda Pancasila, sikap toleransi saja tidak cukup. kita harus mendorong semangat mencintai satu sama lain dalam kehidupan kita sehari-hari.
Foto Contoh Sikap Toleransi di NTT dari Facebook Eman Ola Masan Lamabelawa
Leave a Reply