Green Hydrogen Menjadi Masa Depan Energi Baru Terbarukan di Indonesia?

Lingkungan Hidup
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Hidrogen Hijau atau Green Hydrogen bisa saja menjadi nama yang asing bagi kebanyakan kita. Saya juga demikian. Karena itu tulisan ini lebih pada upaya untuk menjawab rasa penasaran saya sendiri mengenai Green Hydrogen.

Awalnya saya menemukan sebuah berita yang diwartakan melalui cnbcindonesia.com/20.11.2023 dengan judul “RI Bakal Punya SPBU Hidrogen HIjau, Dibangun di Senayan.” Berita inilah yang mendorong saya menelusuri lebih dalam tentang Hydrogen Hijau ini.

Saya suka dua kata kunci dalam berita tersebut, yang membuat saya sangat penasaran sehingga memutuskan untuk mencari lebih detail tentang Green Hydrogen atau Hydrogen Hijau ini.  Kata kunci itu ialah “energi bersih” dan “di sektor transportasi.”

Dua kata kunci ini membuat saya bertanya-tanya apakah hydrogen hijau ini akan menggantikan  bahan bakar minyak (BBM)? Apakah mobil-mobil nanti bisa menggunakan green hidrogen sebagai sumber pembakaran mesin? Mengapa disebut green hydrogen? Lalu mengapa pula green hydrogen ini disebut energi bersih?

Baca Juga:

Masa Depan Energi Kita, Fosil atau EBT?

Apalagi dalam berita ini juga disebutkan bahwa SPBU Hidrogen Hijau tersebut merupakan hasil kerjasama PLN dengan BRIN dan menjadi proyek percontohan bahan bakar hidrogen hijau untuk sektor transportasi.

Green Hidrogen adalah bahan bakar hidrogen yang dihasilkan dari pemisahan antara molekul Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) dari air (H2O). Bahan bakunya adalah air, yang kemudian dalam proses elektrolisis atau proses dimana energi listrik digunakan untuk menjalankan reaksi kimia, untuk mendapatkan hydrogen (H2) yang kemudian dijadikan bahan bakar yang disebut green hydrogen ini.

Kritiknya adalah dalam proses elektrolisis ini sumber listriknya menggunakan apa? Apakah dari bahan bakar fosil atau menggunakan listrik yang bersumber dari energi baru terbarukan? Dalam konteks proyek percontohan ini, disebutkan bahwa sumber listrik yang digunakan adalah berasal dari pembangkit listrik tenaga surya dan/atau tenaga kincir angin

Dengan demikian, green hydrogen ini benar-benar menjadi energy bersih. Bersih dalam proses produksinya dan bersih saat digunakan, sebab tidak ada sisa pembakaran yang dibuang dalam bentuk asap knalpot yang mencemari udara.

Baca Juga:

Tantangan Kedaulatan Energi, Belajar dari Krisis Rusia – Ukraina

Dengan kata lain Green Hydrogen benar-benar energi bersih sebab dalam proses produksinya dan saat digunakan tidak mengeluarkan gas rumah kaca yang buruk bagi kesehatan udara dan yang menyebabkan pemanasan global.

Apalagi, konon katanya, green hydrogen ini merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh PLN untuk mendukung tercapainya salah satu program prioritas pemerintah yaitu target net zero emission pada tahun 2060.

Hidrogen sebagai bahan bakar, bukan barang baru. Ratusan tahun lalu, tepatnya tahun 1805 seorang Isaac De Rivaz berkebangsaan Swiss pernah merancang dan membuat mesin pembakaran internal dengan menggunakan bakar hidrogen hasil proses penguraian air.

Pada saat itu, temuan semacam ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa, sebuah pencapaian teknologi yang gemilang. Apalagi bahan bakar minyak dari fosil belum ditemukan.

Namun baru pada tahun 1974 oleh Profesor Yull Brown dari Sydney Australia-lah yang memberi makna lain dengan “ditemukannya” gas Brown (Brown Gas).

Baca Juga:

Tantangan mewujudkan Energi Baru Terbarukan

Profesor Brown menggunakan energi listrik yang kecil untuk menghasilkan daya ledak yang besar dari pencampuran antara gas hidrogen (H2) dengan Oksigen (O2). Daya ledak yang besar ini dapat menyalakan mesin bakar. Gas Brown kemudian dimanfaatkan secara lebih serius oleh Stanley Meyer dari Ohio Amerika Serikat.

Sayangnya Meyer justru bernasib sial berkat temuannya. Setelah Meyer berhasil membuat mobil VW buggy dengan menggunakan bahan bakar 100 % dari air, ia justru mati diracun di rumahnya pada 21 Maret 1998.

Kematiannya tentu kontroversial. Apalagi diikuti oleh raibnya dokumen-dokumen penelitiannya dari laboratorium di rumahnya.

Meyer boleh jadi adalah pahlawan. Hasil penelitian di laboratoriumnya bisa jadi menginspirasi banyak kalangan untuk memproduksi gas hidrogen (H2) dengan berbagai macam manfaat. Termasuk meneruskan warisan Meyer dimana hydrogen digunakan untuk sektor transportasi.

Foto dari minergy-news.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of