Eposdigi.com – Membanggakan imamat tanpa pernah merawat dan membersihkannya melalui Ekaristi, doa, refleksi dan pertobatan adalah sebuah kesia-siaan.
Membanggakan imamat namun tidak memberikan sebuah daya tarik bagi yang lain untuk ikut merasakan keindahan imamat itu sendiri adalah sebuah kesian-siaan.
Demikian juga dengan keindahan alam yang kita miliki terutama di wilayah NTT. Banyak tempat wisata yang sangat indah dan menakjubkan di wilayah NTT. Sumba, Alor, Kupang, Timor, Ende, Manggarai, Maumere, Larantuka dan Adonara, Lembata serta tempat lainnya.
Sejak 2016 mengunjungi tempat wisata yang ada di Filipina saya merasa tidak ada yang istimewa. Bahkan di wilayah NTT masih jauh lebih indah namun yang tidak ada di tempat saya dan harus jujur mengakui adalah kedisiplinan dan kehendak baik semua orang untuk merawat, menjaga dan mengurusi kebersihan.
Bahkan banyak tempat wisata setelah promosi dibiarkan seperti tak bertuan. Misalnya soal bangunan gereja. Dari sekian banyak bangunan gereja yang dibangun oleh para misionaris awal, hanya sedikit mungkin hanya satu atau dua yang tersisah. Yang lainnya sudah terkubur oleh bangunan baru.
Padahal bangunan itu memiliki nilai sejarah yang bisa menjadi daya tarik wisata religius. Dan ini paling tidak berbeda dengan di Filipina.
Tempat Wisata Pantai Deri di Pulau Adonara Flores Timur Kotor dan Jorok
Bangunan gereja tua nampak monumental dari luar namun bagian dalam memiliki daya tarik dan cita rasa religius tersendiri yang mengundang setiap wisatawan untuk mendahulukan kunjungan ke gereja-gereja tua sebelum mengunjungi tempat wisata lainnya.
Di lain tempat ketika mengunjungi tempat wisata laut dengan menggunakan kapal laut, setiap pengunjung wajib menggunakan baju pelampung sebelum berangkat. Jika satu saja tidak menggukannya, kapal tidak diijinkan berlayar. Tempat kita, baju pelampung menjadi hiasan tempat duduk.
Dari pengalaman sederhana ini mengajarkan bahwa daya tarik itu muncul bukan semata karena keindahan namun juga niat dan kehendak baik untuk merawat, menjaga dan melindungi yang memberi rasa nyaman dan aman bagi siapapun.
Rasa bangga hanya menjadi sebuah kesia-siaan ketika kita sang penangung jawab yang diutus oleh Tuhan tak pernah ikut memiliki sense of belonging atau rasa memiliki dan hanya sebatas membanggakan tanpa punya kamauan merawat, menjaga dan melindungi (Bdk. Kej 1:28).
Penulis adalah Misionaris Asal NTT di Filipina / Foto dari laman Facebook penulis
Leave a Reply