Eposdigi.com – Endemi dan pandemi merupakan dua istilah yang baru-baru ini sering dibahas, karena berkaitan dengan penyebaran virus corona. Pandemi sendiri merupakan sebuah epidemi yang telah menyebar ke berbagai benua dan negara, umumnya menyerang banyak orang.
Sementara epidemi sendiri adalah sebuah istilah yang telah digunakan untuk mengetahui peningkatan jumlah kasus penyakit secara tiba-tiba pada suatu populasi area tertentu. Pasalnya, istilah pandemi tidak digunakan untuk menunjukkan tingginya tingkat suatu penyakit, melainkan hanya memperlihatkan tingkat penyebarannya saja.
Perlu diketahui, dalam kasus pandemi COVID-19 ini menjadi yang pertama dan disebabkan oleh virus corona yang telah ada sejak akhir tahun lalu.
Endemi adalah penyakit yang menyerang hingga mewabah di suatu wilayah atau negara tertentu. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC), endemi mengacu pada kehadiran sebuah wabah penyakit yang terus menerus pada populasi di bentang geografis tertentu, seperti satu wilayah, negara, atau benua.
Sejauh ini ada beberapa penyakit yang termasuk ke dalam jenis endemi, diantaranya yaitu malaria dan demam berdarah dengue (DBD). Penyakit tersebut tercatat masih menyerang beberapa negara setiap tahunnya. Tak terkecuali di Indonesia, penyakit ini masih sering ditemui di beberapa wilayah.
Baca Juga:
Beberapa negara telah bersiap bertransisi dari pandemi Covid-19 ke situasi endemi, termasuk Indonesia. Namun, untuk menentukan status endemi ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) punya otoritas.
Prinsipnya istilah endemi digunakan untuk menggambarkan keberadaan sebuah penyakit yang cenderung terkendali. Status endemi kalau jumlah kasus yang rendah secara konsisten dengan luas daerah terdampak dan durasi yang beragam di setiap daerah.
Dampak dari transisi dilihat dari kebijakan pemerintah. Pemerintah sendiri mulai melonggarkan pembatasan dengan mengeluarkan kebijakan penghapusan syarat hasil tes negatif antigen atau PCR test bagi pelaku perjalanan domestik.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban menjelaskan, salah satu indikator menuju endemi yakni penurunan kasus harian yang signifikan. “Jumlah kasus harian (di Indonesia) turun drastis, dari 23 Februari sebanyak 61.488 kasus, kemudian turun turun turun terus dalam 14 hari.
Meskipun sempat mengalami kenaikan, tapi angka masih di bawah 10 ribu kasus dan kecenderungan turun,” ujar Zubairi. Analis Kebijakan Ahli Muda Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Dwi Anggi Novianti memperkirakan aktivitas ekonomi akan jauh lebih baik selama transisi dari pandemi ke endemi.
Baca Juga:
“Logically, seiring dengan terus bertransisi ke endemi, ya pasti itu akan membuat aktivitas ekonominya menjadi lebih tinggi lagi,” kata Anggi.
Selain dihapuskannya tes Antigen dan PCR, keputusan pemerintah untuk mengurangi batasan bagi wisman juga menurutnya mampu meningkatkan ekspor pariwisata. Dengan meningkatnya ekspor otomatis akan ada Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat.
“Jadi memang pasti akan ada dampak positifnya terhadap besaran-besaran ekonomi. Kalau ekonomi itu bangkit, meningkat, artinya itu ada kesempatan kerja yang meningkat, ada income yang bisa terdorong, ada banyak manfaat baiknya,” ungkapnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu yang lalu kembali mengingatkan mengenai pentingnya vaksinasi dan protokol kesehatan. Jokowi mengatakan Indonesia bisa segera masuk ke endemi jika dua poin penting tersebut terus ditingkatkan.
“Karena memang kunci dari pengendalian COVID ini adalah vaksinasi dan yang kedua adalah protokol kesehatan. Saya rasa kalau dua hal ini bisa kita tingkatkan secara masif di masyarakat, negara kita akan segera masuk ke dari pandemi ke endemi. Kita harapkan juga pemulihan ekonomi nasional juga bisa kita percepat,” kata Jokowi saat meninjau vaksinasi virtual sebagaimana disiarkan di akun YouTube Sekretariat Presiden.
Artikel ini sebelumnya tayang di depoedu.com. – Foto dari: mediaindonesia.com
Leave a Reply