Mengenali Gejala Omicron pada Anak

Nasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com- Setelah sempat melandai pada Bulan November hingga pertengahan Desember, pada pertengahan Januari jumlah kasus Covid-19 mengalami tren peningkatan. Data yang dirilis oleh Komite Penanganan Covid-19 tanggal 25 Januari, ada 4.878 kasus baru Covid-19.

Sehari berikutnya (26/1/2022) lembaga yang sama merilis data kasus baru Covid-19, hampir dua kali lipat dari data sehari sebelumnya yakni 7.010. Sebagian kasus baru tersebut didominasi oleh varian omicron, yang baru dideteksi masuk ke Indonesia seminggu sebelumnya.

Dari data tersebut, jumlah kasus anak akibat omicron cukup tinggi. Padahal pemerintah pada saat yang bersamaan sedang mendorong sekolah-sekolah agar menyelenggarakan pembelajaran tatap muka untuk mencegah learning loss.

Baca Juga: PTM 100% Di Tengah Lonjakan Positive Rate, Pertimbangannya Bagaimana?

Orang tua yang tadinya bersemangat mendorong anaknya untuk pengajaran tatap muka was-was kembali, bahkan pemerintah Kota Tangerang tutup kembali proses belajar tatap muka di sekolah.

Di tengah merebaknya kasus omicron, orang tua perlu mengenali gejala omicron pada anak agar tidak salah dalam penanganan awal.

Gejala omicron pada anak

Seperti dilansir pada laman Kompas.com, gejala omicron pada anak tidak terlalu berbeda dengan pada orang dewasa, namun sejauh ini kasus anak lebih parah. Ini terutama terjadi pada anak-anak yang belum memperoleh vaksin.

Di bawah ini gejala omicron yang sering muncul pada anak:

  • Anak mudah mengalami kelelahan
  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Demam
  • Batuk kering
  • Pada beberapa kasus disertai mual dan diare. Umumnya gejala ini termasuk gejala ringan
  • Namn dalam beberapa kasus ditemukan gejala yang lebh parah seperti sesak napas, kejang-kejang, dan bibir menjadi biru

Baca juga: Ternyata Kita Virusnya

Jika anak baru mengalami gejala ringan, maka orang tua dapat melakukan isolasi dan perawatan di rumah. Gunakan fasilitas tele-medicine untuk konsultasi dokter tentang obat-obatan atau hal lain yang diperlukan.

Sebaliknya jika anak mengamati gejala yang lebih berat maka sebaiknya segera membawa anak ke dokter atau opname di rumah sakit hingga sembuh.

Tetap waspada meskipun telah sembuh

Meskipun anak telah dinyatakan sembuh oleh dokter, namun orang tua diharapkan tetap waspada hingga 6 minggu setelah infeksi, karena anak yang telah sembuh masih beresiko terkena Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C).

Ahli dari John Hopkins Medicine misalnya menjelaskan MIS-C adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada anak empat minggu setelah terinfeksi virus Covid-19.

Gejala yang muncul ketika terkena MIS-C seperti demam tinggi lebih dari tiga hari, kepala  pusing dan  badan tersasa lemah, mata merah, ruam pada kulit, sakit perut, diare dan muntah, serta banyak tidur.

Kasus MIS-C banyak terjadi pada anak usia sekolah umur 8-9 tahun. Namun juga ditemukan pada anak usia 5 tahun ke bawah dan para remaja.

Baca Juga: Sekolah Wajib PTM Terbatas Mulai Semester Dua? Berikut Ketentuannya!

Namun jangan khawatir karena hampir semua kasus MIS-C pada anak setelah sembuh dari Covid-19, dapat disembuhkan dengan penanganan yang tepat dari dokter.

Hingga kini para peneliti kesehatan belum sepenuhnya memahami munculnya gejala MIS-C ini. Belum ditemukan faktor pemicunya. Oleh karena itu, sejauh ini para peneliti baru dapat merekomendasikan agar anak tidak mengalami kasus MIS-C, maka hindari supaya jangan sampai terkena virus Covid-19.

Kalau itu, saya yakin orang tua sudah pahamlah bagaimana menghindari Covid-19 setelah hampir dua tahun mengalami pandemi.

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali  denganizin dari penulis / Foto: Kompas.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of